Farmasetika.com – Shionogi & Co., Ltd., adalah perusahaan farmasi Jepang dengan sejarah 139 tahun menemukan dan mengembangkan terapi inovatif. Salah satunya yaitu menemukan Naldemedine (Symproic) sebagai obat baru untuk penanganan konstipasi bagi pasien pengguna opioid.
Sembelit adalah salah satu efek samping yang paling sering dilaporkan terkait dengan pengobatan opioid, seperti pada pasien dengan nyeri kronis non-kanker. Ketika opioid berikatan dengan protein spesifik yang disebut reseptor mu-opioid pada saluran gastrointestinal (GI), konstipasi dapat terjadi. Sembelit yang diinduksi oleh opioid (OIC) adalah hasil dari peningkatan penyerapan cairan dan penurunan motilitas GI karena pengikatan reseptor opioid pada saluran pencernaan.
OIC didefinisikan sebagai perubahan kebiasaan buang air besar. Pada pasien dengan nyeri kronis non-kanker, prevalensi OIC berkisar dari sekitar 40-50 persen. Dalam sebuah survei terhadap 322 pasien yang menggunakan opioid harian untuk menangani nyeri kronis non-kanker, sebanyak 33 persen pasien melewatkan atau bahkan berhenti menggunakan opioid untuk meredakan sembelit yang dialaminya.
Symproic (naldemedine) adalah antagonis opioid. Symproic dibuat khusus untuk mengobati sembelit yang diinduksi oleh opioid pada pasien dewasa dengan nyeri kronis non-kanker.
Symproic disediakan dalam bentuk tablet dengan tujuan penggunaan secara oral. Dosis yang dianjurkan dalam penggunaan Symproic yaitu 0,2 mg sekali sehari sebelum atau sesudah makan.
Persetujuan FDA dari Symproic didasarkan pada dua percobaan replikasi selama 12 minggu, secara acak, double-blind, dan menggunakan placebo sebagai kontrol (Studi 1 dan Studi 2), di mana Symproic digunakan tanpa zat aktif pencahar pada pasien dengan OIC dan nyeri kronis non-kanker.
Dalam kedua studi, OIC dikonfirmasi selama dua minggu dan tidak lebih dari 4 gerakan usus spontan (MBS) total selama 14 hari berturut-turut dan kurang dari 3 MBS dalam satu minggu tertentu, dengan setidaknya 25% dari MBS terkait dengan satu atau lebih dari kondisi berikut:
Sebanyak 547 pasien dalam studi 1 dan 553 pasien dalam studi 2 diacak dalam rasio 1:1 untuk menerima Symproic 0,2 mg 1 x sehari atau plasebo selama 12 minggu. Obat diberikan tanpa memperhatikan makanan.
Kemanjuran Symproic dinilai dalam Studi 1 dan 2 menggunakan analisis responden. Responden didefinisikan sebagai pasien yang memiliki setidaknya 3 MBS per minggu dan perubahan dari baseline minimal 1 MBS per minggu untuk setidaknya 9 dari 12 minggu dan 3 dari 4 minggu terakhir dalam Studi 1 dan 2.
Studi 1: lengan simbolis: 130 subyek (48%) adalah responden dibandingkan dengan plasebo: 94 subyek (35%) (p = 0,0020).
Studi 2: lengan simbolis: 145 subyek (53%) adalah responden versus kelompok plasebo: 92 subyek (34%) (p <0,0001).
Efek samping yang dapat ditimbulkan dalam penggunaan obat symproic ini diantaranya yaitu nyeri pada perut, diare, mual, muntah, dan gastroenteritis.
Sumber:
Penulis : Afina Dwi R., Zara Fushilla H., Iis Nuraeni, Nadiatul Khaira Y., Alfia Nursetiani, Wahyu Ashri A.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…