Xofluza, Obat Flu Terbaru dan Terampuh yang Disetujui FDA

Farmasetika.com – Influenza atau flu adalah infeksi yang menyerang sistem pernapasan. penularan virus sangat mudah terjadi melalui udara dan kontak langsung dengan seseorang yang terinfeksi.Virus influenza akan mengalami perubahan seiring waktu, oleh karena itu semakin banyak pengembangan obat yang difokuskan untuk melawan virus influenza.

Obat flu yang umum di Indonesia

Menurut BPOM, di Indonesia terdapat beberapa jenis kombinasi obat flu yang biasa diantaranya adalah: analgesik & antipiretik, antihistamin, dekongestan, ekspektoran dan mukolitik serta antitusif.

Akan tetapi seluruh jenis obat tersebut cenderung bersifat simtomatik. Sehingga perlu adanya obat flu yang dapat mengobati faktor penyebab flu itu sendiri. Selain itu, salah satu kekurangan kombinasi obat obat tersebut adalah efek samping sedatif yang ada pada antihistamin.

Tamiflu (osetalmivir) merupakan antiviral yang biasa diresepkan untuk mengobati influenza.

Obat flu Xofluza

Xofluza merupakan salah satu obat yang yang secara resmi telah dikeluarkan oleh FDA pada tahun 2018. Xofluza adalah obat baru yang digunakan untuk pengobatan influenza akut pada pasien usia ≥12 tahun dengan gejala tidak lebih dri 48 jam. Rekomendasi dosis xofluza pada pasien berusia ≥12 tahun dengan berat badan 40kg-80 kg adalah dosis tunggal 40mg, sedangkan pada pasien dengan berat badan ≥80 kg yaitu dosis tunggal 80 mg. Obat Xofluza tersedia berupa tablet salut film 20 mg dan tablet dengan dosis 40 mg. Pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap baloxavir marboxil sebaiknya menghindari penggunaan xofluza.

Cara kerja membunuh virus

Xofluza merupakan obat antivirus PA (inhibitor endonuklease) yang bekerja dengan menghambat aktivitas endonuklease dari protein asam polimerase, yang merupakan enzim spesifik yang terdapat pada virus influenza dalam bentuk RNA polimerase yang kompleks yang dapat melakukan transkripsi, yang dapat menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap virus influenza untuk bereplikasi. Aktivitas antivirus ini teruji dengan MDCK-cell-based plaque reduction menunjukkan hasil EC50 sebesar 0.73 dan 0.68 untuk virus H1N1 dan H3N2.

Keamanan obat Xofluza telah teruji

Studi keamanan dan efektivitas Xofluza untuk terapi influenza telah dilakukan terhadap pasien anak anak usia 12 tahun ke atas, namun untuk pasien dibawah 12 tahun belum dilakukan uji keamanannya. Studi dilakukan dengan metode random, double blind controlled trial pada pasien 12 tahun dan lebih (dengan berat minimum 40kg).

Pada uji klinik fase 3, sebanyak 118 subjek secara acak menerima Xofluza (N=80) atau plasebo (N=30). Berdasarkan hasil pengujian, waktu rata rata pengurangan gejala pada subjek yang menerima Xofluza adalah 54 jam (sedangkan pada subjek yang menerima plasebo 93 jam). Baloxavir marboxil (zat aktif obat Xofluza) merupakan prodrug yang akan diubah menjadi metabolit aktifnya yaitu baloxavir setelah proses administrasi secara oral. Berdasarkan uji toksikologi klinis yang telah dilakukan, baik sediaan obat xofluza maupun zat aktif tunggalnya tidak menyebabkan mutagenik baik uji secara in-vitro maupun in-vivo. Selain itu, tidak terbukti adanya efek samping pada kesuburan.

Xofluza juga telah terbukti tidak memberikan efek yang berarti pada fungsi ginjal (untuk pasien dengan klirens kreatinin 50ml/menit atau lebih), akan tetapi untuk pasien dengan penyakit renal impairment parah belum dilakukan studi lebih lanjut. Untuk subjek dengan fungsi hati normal hingga moderate hepatic impairment tidak ada perbedaan farmakokinetika dari obat Xofluza namun belum dilakukan uji lebih lanjut untuk pasien dengan hepatic impairment yang parah. Namun, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi farmakokinetik obat ini yaitu berat badan dan ras/etnik. Laju penurunan obat baloxavir terbukti sebanding dengan peningkatan berat badan pasien oleh karena itu diperlukan penyesuaian dosis berdasarkan berat badan. Sedangkan pengaruh lain adalah pada ras/ etnik dimana hasil analisis farmakokinetik baloxavir 35% lebih rendah pada ras non-asian dibandingkan dengan ras asian. Namun, perbedaan ini tidak menjadi terlalu signifikan bila obat diberikan sesuai dosis yang di anjurkan.

Penggunaan Obat Xofluza

Pada penggunaan xofluza, hidari mengonsumsi bersamaan dengan produk yang mengandung kation seperti susu, antasida serta suplemen dengan kandungan kalsium, besi,magnesium, selenium, atau seng karena obat xofluza dapat membentuk khelat dengan kation polivalen yang terdapat pada produk produk tersebut.

Adanya interaksi dapat menurunkan konsentrasi plasma dari baloxavir. Akan tetapi penggunaan xofluza bersamaan dengan vaksin influenza belum dievaluasi. Efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan obat ini adalah diare, bronkhitis, gejala pilek umum (nasofaringitis), sakit kepala dan mual. Cara penyimpanan obat xofluza yang baik adalah pada suhu ruangan dalam kemasan aslinya (blister).

Dibandingkan dengan Tamiflu, Xofluza memberikan peningkatan dalam penurunan gejala dengan perbedaan waktu 73,2 jam untuk Xofluza dan 81 jam untuk tamiflu.

Sumber:

BPOM. 2006. Obat Flu. Tersedia online di : https://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/158/OBAT-FLU.html [Di akses pada 26 November 2018].
FDA. 2018. XOFLUZATM (baloxavir marboxil) tablets. Tersedia Online di: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2018/210854s000lbl.pdf [Di akses pada 22 November 2018].

Penulis : M. Rizky Fauzan, Herlina, Bella Puteri Irinda, Ruth Michellee, Denia Septy Riyandi, Tiara Salsabila Majid, Destyalitha Sethya N.

Herlina

Share
Published by
Herlina

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

3 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

2 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago