Categories: Liquid

Bahaya Minuman Berlabel “Diet Soda” yang Rendah Kalori dan Gula

Farmasetika.com – “Diet Soda” biasa dipasarkan dengan label Less Sugar atau Less Calorie dipasarkan oleh produsen minuman berkarbonasi sebagai pilihan alternatif yang lebih sehat dibandingkan minuman soda yang terkenal mengandung gula tinggi.

Studi minuman diet soda

Telah banyak studi yang bertujuan membuktikan manfaat memilih “Diet Soda” dibandingkan dengan Soda Reguler.

Salah satu studi terbaru, dilansir dari Clinical and Experimental Opthalmology, membuktikan bahwa konsumsi Diet Soda dapat meningkatkan resiko kebutaan yang merupakan penyakit komplikasi dari diabetes.

Penelitian tersebut menambah daftar riwayat buruk Diet Soda yang tidak sesuai dengan fungsi utama dari produk yang dipasarkan pada konsumen.

Gula reguler

Gula reguler seperti sukrosa dan fruktosa merupakan karbohidrat yang cepat diserap oleh tubuh sehingga masalah yang sering terjadi yang didapat karena konsumsi gula berlebihan berupa kalori (energi) berlebih, obesitas, maupun penyakit metabolik.
Minuman berkarbonasi diet ini menggunakan alternatif pemanis tanpa kalori buatan seperti aspartame (pada merk Diet Coke) maupun sucralose (pada merk Pepsi One). Konsumen beralih pada produk diet semacam ini karena dipasarkan dengan asumsi bahwa produk makanan dengan pemanis buatan tersebut dapat menurunkan berat badan karena rendah kalori.

Pemanis buatan

Pemanis buatan pertama, saccharin, ditemukan pada tahun 1879 oleh John Hopkins dan sering digunakan sebagai gula alternatif bagi penderita diabetes. Perang Dunia ke 2 membuat ketersediaan gula berkurang, sehingga penggunaan gula artifisial semakin marak digunakan.
Saccharin memberikan rasa manis, namun tidak dapat dicerna oleh tubuh dan dimetabolisme sehingga tidak menghasilkan kalori pada tubuh
Salah satu bukti dari dampak negatif konsumsi pemanis buatan adalah ketika tingkat obesitas naik dengan pesat seiring dengan penyebaran secara luas diet soda di Amerika.

Hal ini membuktikan bahwa bukannya sehat, tetapi pemanis buatan justru berkontribusi dalam kenaikan berat badan.

Mekanisme rasa manis

Rasa manis, baik yang dihasilkan oleh pemanis alami maupun buatan, meningkatkan nafsu makan manusia.

Pemanis alami memberikan kalori ketika dikonsumsi, dan tubuh dapat membatasi energi yang diserap, dimana pemanis buatan tidak menghasilkan energi sama sekali sehingga tidak terjadi pembatasan konsumsi makanan dan terus meningkatkan nafsu makan.
Aktivitas neurologis dari nafsu makan yang meningkat dipengaruhi oleh dua cabang, yaitu sensorik dan postingestif. Komponen sensorik berperan dalam timbulnya rasa kepuasan mengkonsumsi makanan dengan rasa yang enak karena terhubung dengan sistem dopamin mesolimbik.

Komponen postingestif bergantung pada proses metabolisme pada tubuh karena dimediasikan oleh hipotalamus. Hipotalamus dapat mensekresikan berbagai macam jenis neuropeptida untuk meregulasi energi dan mengatur pola nafsu makan.
Gula alami menginduksi kedua komponen tersebut, namun gula buatan hanya mengaktifkan komponen sensorik karena tidak termetabolisme oleh tubuh.

Secara alamiah mahluk hidup mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan rasa puas yang didapat dengan merangsang kedua komponen tersebut. Karena tidak terpenuhi secara sempurna, gula buatan dikaitkan dengan tingkat obesitas dimana pengkonsumsi gula buatan masih perlu mencari sumber makanan lain untuk mengaktifkan komponen postingestifnya.
Telah banyak penelitian yang membuktikan secara positif dan jelas korelasi antara konsumsi soda reguler terhadap tingkat diabetes, namun beralih pada “Diet Soda” bukan merupakan solusi yang baik.

Menghindari minuman maupun makanan manis dapat mengurangi resiko obesitas, karies gigi, dan diabetes, karena tanpa kita sadari telah banyak gula yang kita konsumsi tanpa sadar yang “tersembunyi” dalam berbagai macam produk, seperti susu dan saus tomat.

Referensi
Fenwick, E. K., Alfred T., Ryan E., Charumathi S., Preeti G., Krystal L., Amudha A., Tien Y., and Ecosse L. 2018. Diet Soft Drink is Associated with Increased Odds of Proliferative Diabetic Retinopathy. Clinical & Experimental Opthalmology. 46: 767-776.
World Health Organization. 2015. Who Calls On Countries to Reduce Sugars Intake Among Adults and Children. Accessible online at https://www.who.int/mediacentre/news/releases/2015/sugar-guideline/en/ [Accessed 30 January 2019].
Yang, Q. 2010. Gain Weight by “Going Diet?”Artificial Sweeteners and The Neurobiology of Sugar Cravings. Yale Journal of Biology and Medicine. 83(2): 101-108.

Adhitiya Daniyal

Share
Published by
Adhitiya Daniyal

Recent Posts

FDA Menyetujui V116 untuk Pencegahan Penyakit Pneumokokus Invasif dan Pneumonia

Majalah Farmasetika - V116 (Capvaxive; Merck) menimbulkan respons imun yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembanding…

22 jam ago

Axicabtagene Ciloleucel Aman dan Dapat Ditoleransi untuk Limfoma Sistem Saraf Pusat yang Kambuh dan Refrakter

Majalah Farmasetika - Para peserta dalam penelitian ini menunjukkan respons yang tahan lama selama lebih…

2 hari ago

Menkes Gratiskan Biaya Penerbitan Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan

Majalah Farmasetika - Kabar baik datang dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Melalui Peraturan Menteri Kesehatan…

2 minggu ago

FDA Menyetujui Tablet Pelepasan Perpanjangan Sekali Sehari Deutetrabenazine untuk Mengobati TD dan HD Chorea

Majalah Farmasetika - FDA telah menyetujui deutetrabenazine (Austedo XR; Teva Pharmaceuticals) sebagai pilihan pengobatan oral,…

3 minggu ago

Studi Menemukan Dewasa yang Menggunakan ENDS Memiliki Risiko Penyakit Asma yang Lebih Tinggi pada Usia yang Lebih Awal

Majalah Farmasetika - Dewasa yang tidak melaporkan penggunaan sistem pengiriman nikotin elektronik (ENDS) selama 3…

3 minggu ago

Asosiasi Ditemukan Antara Suplemen Peningkatan Pria OTC dan Cedera Hati

Majalah Farmasetika - Janji-janji peningkatan seksual mungkin menjerat pasien yang tidak curiga dengan efek samping…

3 minggu ago