Farmasetika.com – Sediaan suplemen vitamin anak yang berbahan dasar minyak ikan, yang mempunyai rasa yang enak dan segar adalah contoh sediaan emulsi yang terkenal dipasaran. Lalu bagaimanakah larutan berbahan dasar minyak dapat bercampur dengan air dan membentuk sediaan yang homogen ? lalu bagaimanakah bau tidak enak dari minyak ikan tersebut tertutupi dengan aroma segar yang disukai anak ? apakah sediaan Emulsi itu ?
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil . Menurut farmakope edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
2. Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik, antara lain :
Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.
Teori terjadinya Emulsi ada 4 yaitu :
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang disebut dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan “surface tension”. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble liquid”. Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang batas. “interface tension”.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan ada moelkul yang suka minyak atau muudah larut dalam minyak. Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua:
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara minyak dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu kesetimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah HLB (Hydrophyl Lypophyl Balance) yaitu angka yang menunjukan perbandingan Antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil. Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.
3. Teori Interparsial Film (Teori Plastic Film )
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum.
Syarat emulgator yang dipakai adalah:
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama partikel akan tolak menolak, dan stabilitas akan bertambah.
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan:
1. Metode gom kering atau metode continental
Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersedia.
2. Metode gom basah atau metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air ( zat pengemulsi umumnya larut ) agar membentuk suatu mucillago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
3. Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah ( kurang kental ). Minyak dan serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sabil dikocok.
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu:
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.
2. Dengan pengecatan/pemberian warna.
Zat warna akan tersebar dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warana merah emulsi tipe w/o, karena Sudan III larut dalam minyak. Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.
3. Dengan kertas saring.
Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe emulsi o/w,dan bila timbul noda minyak oada kertas berarti wmulsi tipe w/o.
4. Dengan konduktivitas listrik
Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan tahanan 10 K ½ watt , lampu neon ¼ watt, dihubungkan secara seri. Elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o.
Emulsi yang baik salah satu cirinya adalah apabila terjadi pemisahan antara dua lapisan maka sediaan ini akan mudah terdispersi kembali setelah dilakukan pengocokan hal ini disebut Creaming. Tapi apabila terjadi Cracking atau koalesan yaitu terpisahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesan ( menyatu ), sehingga dengan pengocokan pun larutan tidak terdispersi kembali. Atau terjadinya infersi minyak dalam air atau air dalam minyak yang bersifat tetap (Irreversible), maka emulsi dikatakan tidak baik.
Produk sediaan emulsi yang beredar dipasaran sudah sangat banyak. Contohnya saja emulsi suplemen anak yang mungkin sudah tidak asing lagi seperti scott Emulsion yang mengandung minyak ikan, sediaan emulsi ini bahkan memiliki aroma dan rasa yang enak sehingga disukai anak. Sediaan lainnya adalah Curvit, Curcuma Plus, Scott +DHA dan masih banyak yang lainnya.
Demi menjaga stabilitas sediaan emulsi maka faktor penyimpanaan obat perlu diperhatikan, sediaan emulsi sebaiknya disimpan ditempat yang kering dalam wadah tertutup rapat pada suhu ruangan dan terlindung dari sinar matahari. Hal terpenting yang perlu disampaikan juga kepada pasien khususnya untuk sediaan emulsi adalah mengocoknya terlebih dahulu sebelum digunakan.
Daftar pustaka :
Hauner,Ines.M, et al.”The Dynamic Surface Tension of Water”. The Journal of Physical Chemistry Letters (2017)
Fingas.M.F. “Water-in-Oil Emulsion :Formation and Prediction” The Journal of Petroleum Science Research. (2014).vol 3:40-43
Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Lachman, L.,Liebermann, H.A., dan Kanig,J.I.(1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri III. Edisi III.Jakarta : UI Press.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…