Categories: Formulasi

Emulsi dan Tipe-Tipe Emulsi dalam Sediaan Farmasi

Farmasetika.com – Sediaan suplemen vitamin anak yang berbahan dasar minyak ikan, yang mempunyai rasa yang enak dan segar adalah contoh sediaan emulsi yang terkenal dipasaran. Lalu bagaimanakah larutan berbahan dasar minyak dapat bercampur dengan air dan membentuk sediaan yang homogen ? lalu bagaimanakah bau tidak enak dari minyak ikan tersebut tertutupi dengan aroma segar yang disukai anak ? apakah sediaan Emulsi itu ?

Emulsi

Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil . Menurut farmakope edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).

Apa saja komponen Emulsi ?

Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

  1. Komponen Dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:

  • Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
  • Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
  • Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus), Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae), Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat). Emulgator Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).

2. Komponen Tambahan

Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik, antara lain :

  • Corrigen : Corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), Corigen saporis (memperbaiki rasa obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen colouris ( memperbaiki warna obat), corigen solubilis (memperbaiki kelarutan obat)
  • Preservative (pengawet) : Preservative yang digunakan Antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
  • Anti oksidan. Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat.

Apa saja tipe Emulsi ?

Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.

2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

Bagaimana teori terjadinya Emulsi ?

Teori terjadinya Emulsi ada 4 yaitu :

  1. Teori Tegangan Permukaan ( Surface Tension )

Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang disebut dengan kohesi. Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan adhesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan terjadi pada permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan “surface tension”. Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur “immicble liquid”. Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan tegangan bidang batas. “interface tension”.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan ada moelkul yang suka minyak atau muudah larut dalam minyak. Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua:

  • Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
  • Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.

Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian, emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara minyak dengan air dengan minyak, antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu kesetimbangan.

Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah HLB (Hydrophyl Lypophyl Balance) yaitu angka yang menunjukan perbandingan Antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil. Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya.

3. Teori Interparsial Film (Teori Plastic Film )

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dengan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum.

Syarat emulgator yang dipakai adalah:

  1. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
  2. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
  3. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel dengan segera.
  4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak yang mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesama partikel akan tolak menolak, dan stabilitas akan bertambah.

Bagaimana Cara Pembuatan Emulsi ?

Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi, secara singkat dapat dijelaskan:

1. Metode gom kering atau metode continental

Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersedia.

2. Metode gom basah atau metode Inggris

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air ( zat pengemulsi umumnya larut ) agar membentuk suatu mucillago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol atau metode botol forbes

Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai viskositas rendah ( kurang kental ). Minyak dan serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sabil dikocok.

Cara Membedakan Tipe Emulsi

Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu:

  1. Dengan pengenceran fase.

Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.

Zat warna akan tersebar dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warana merah emulsi tipe w/o, karena Sudan III larut dalam minyak. Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.

Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi basah maka tipe emulsi o/w,dan bila timbul noda minyak oada kertas berarti wmulsi tipe w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik

Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan tahanan 10 K ½ watt , lampu neon ¼ watt, dihubungkan secara seri. Elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o.

Bagaimana membedakan emulsi baik atau tidak ?

Emulsi yang baik salah satu cirinya adalah apabila terjadi pemisahan antara dua lapisan maka sediaan ini akan mudah terdispersi kembali setelah dilakukan pengocokan hal ini disebut Creaming. Tapi apabila terjadi Cracking atau koalesan yaitu terpisahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesan ( menyatu ), sehingga dengan pengocokan pun larutan tidak terdispersi kembali. Atau terjadinya infersi minyak dalam air atau air dalam minyak yang bersifat tetap (Irreversible), maka emulsi dikatakan tidak baik.

Apa saja Produk sediaan Emulsi?

Produk sediaan emulsi yang beredar dipasaran sudah sangat banyak. Contohnya saja emulsi suplemen anak yang mungkin sudah tidak asing lagi seperti scott Emulsion yang mengandung minyak ikan, sediaan emulsi ini bahkan memiliki aroma dan rasa yang enak sehingga disukai anak. Sediaan lainnya adalah Curvit, Curcuma Plus, Scott +DHA dan masih banyak yang lainnya.

Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan Emulsi ?

Demi menjaga stabilitas sediaan emulsi maka faktor penyimpanaan obat perlu diperhatikan, sediaan emulsi sebaiknya disimpan ditempat yang kering dalam wadah tertutup rapat pada suhu ruangan dan terlindung dari sinar matahari. Hal terpenting yang perlu disampaikan juga kepada pasien khususnya untuk sediaan emulsi adalah mengocoknya terlebih dahulu sebelum digunakan.

Daftar pustaka :

Hauner,Ines.M, et al.”The Dynamic Surface Tension of Water”. The Journal of Physical Chemistry Letters (2017)

Fingas.M.F. “Water-in-Oil Emulsion :Formation and Prediction” The Journal of Petroleum Science Research. (2014).vol 3:40-43

Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Lachman, L.,Liebermann, H.A., dan Kanig,J.I.(1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri III. Edisi III.Jakarta : UI Press.

Lina Ratnasari

Share
Published by
Lina Ratnasari

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

3 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

2 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago