Farmasetika.com – Presentase impor bahan baku obat saat ini masih mencapai nilai diatas 90%. Namun dibalik itu, kabar gembira datang dari PT. Bio Farma yang berhasil ekspor produk terbarunya, ke Angola, berupa Monovalent Oral Polio Vaccine type 2 (mOPV2), sebanyak 3,4 juta dosis yang akan digunakan untuk pencegahan penyebaran virus polio liar type 2 di kawasan tersebut, pada tanggal 16 Juli 2019 di Kantor Bio Farma di Bandung.
mOPV2 merupakan produk yang baru saja mendapatkan Prakualifikasi (PQ) WHO pada bulan Juni 2019 yang lalu, dan merupakan produk terbaru Bio Farma yang dalam proses produksinya, memerlukan penanganan yang khusus, terkait dengan persyaratan containment, biosafety dan biosecurity virus polio type 2.
Turut hadir dalam pelepasan perdana ekspor ini antara lain, Jajaran Direksi Bio Farma, Direktur Produksi Juliman, dan Direktur Pemasaran Sri Harsi Teteki, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) yang diwakilkan oleh Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes, Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor dan Direktur Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional Kementerian PPN / Bappenas, Ir. Wisnu Utomo, M.Sc.
Penyediaan vaksin mOPV2 ini merupakan kepercayaan dari The United Nations Children’s Fund (UNICEF) kepada Bio Farma, yang merupakan kelanjutan permintaan dari the Global Polio Eradication Initiative (GPEI) dan – WHO pada bulan Agustus 2018, untuk melakukan stockpiling mOPV2 guna mengantisipasi terjadinya global outbreak virus polio liar type 2.
Sri Harsi Teteki mengatakan, total kontrak penyedian vaksin mOPV2 dengan UNICEF adalah sebanyak 60 juta dosis, dan untuk teknis pengiriman ke negara tujuan akan diatur oleh UNICEF,
“Alhamdulillah, Bio Farma mendapatkan kepercayaan dari UNICEF pada Juni 2019 yang lalu, untuk penyediaan finished product vaksin mOPV2 sebanyak 60 juta dosis. Dari 60 juta dosis tersebut, sebanyak 3,4 juta dosis pertama akan kami kirimkan ke Angola dalam bentuk finished product, dan mOPV2 ini lebih diperuntukkan export, hal ini disebabkan Indonesia saat ini tidak memerlukan vaksin Polio tipe 2 salah satunya karena keberhasilan program Imunisasi dari Kemenkes RI khususnya Polio”, Ujar Sri Harsi Teteki
Melanjutkan informasi sebelumnya, Sri Harsi Teteki mengungkapkan bahwa selain Angola, rencana pengiriman selanjutnya adalah Somalia dengan jumlah sebanyak 633 ribu dosis dan Ethiopia sebanyak 1.14 juta dosis. Saat ini Bio Farma sedang berkomunikasi secara intensif dengan UNICEF terkait jadwal pengirimannya.
Selain 60 juta dosis finished product, Bio Farma juga diminta untuk menyediakan 350 juta dosis mOPV2 dalam bentuk bulk (konsetrat vaksin mOPV2).
Penyediaan mOPV2 dalam bentuk bulk ini juga merupakan bagian dari the Global Bulk Stockpile sesuai permintaan GPEI-WHO melalui UNICEF sebagai procurement agency WHO.
Sementara itu Juliman mengatakan, dengan dipilihnya Bio Farma sebagai penyedia tunggal bulk mOPV2 ini, merupakan gambaran kepercayaan dunia kepada Bio Farma, yang selalu bisa mempertahankan kualitas produknya, yang sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan BPOM, terutama sisi safety, quality, efficacy, dari setiap produk yang dihasilkan oleh Bio Farma.
“Vaksin yang akan digunakan untuk program imunisasi di negara yang berada di kawasan Afrika Tengah tersebut, merupakan vaksin terbaru buatan Bio Farma yang baru saja mendapatkan Pre-Qualification World Health Organization (PQ-WHO) pada bulan Juni 2019 yang lalu, hal ini berlanjut pada kepercayaan dunia kepada Bio Farma, untuk mendukung program WHO terutama dalam program eradikasi penyakit polio secara global, dan kepercayaan dari UNICEF ini juga sejalan (in-line) dengan program WHO “Polio Eradication and Endgame Strategic Plan 2019-2023”, Ujar Juliman.
Juliman menambahkan keberhasilan produk mOPV2 Bio Farma dalam memperoleh PQ-WHO, tidak terlepas dari peran BPOM sebagai Bentuk dukungan BPOM kepada Bio Farma, selaku lembaga pemerintah yang melakukan fungsi pengawasan dan juga bimbingan kepada pelaku usaha, dalam hal ini produsen obat, senantiasa memberikan dukungan yang konkrit untuk pengembangan industri farmasi.
Peran yang tidak kalah pentingnya terkait prestasi Bio Farma dalam memproduksi mOPV2 dengan standard internasional tersebut adalah dari Indonesian National Authority for Containment (I-NAC) yang telah memberikan tanggapan positif atas hasil assessment yang dilakukan awal tahun 2019, dan memberikan persetujuannya untuk memproduksi mOPV2 ini melalui surat tanggal 28 Februari 2019.
Dalam sambutan Kepala Badan POM, Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP, yang dibacakan oleh Dra. Rita Endang, Apt., M.Kes, Direktur Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor, mengatakan KaBadan POM mempunyai komitmen utk terus mendorong Bio Farma dan industri farmasi indonesia lainnya untuk bisa terus ekspor produknya.
“Kami mengapresiasi kepada PT. Bio Farma Atas ekspor perdananya ke Angola, yang diharapkan akan diikuti dengan ekspor ke negara-negara lainnya Dengan keberhasilan ini, PT Bio Farma diharapkan dapat masuk ke pasar global secara lebih luas terhadap produk biologi lainnya membuka peluang kerjasama dengan negara lain untuk bidang alih teknologi untuk kemandirian industri Hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor dan keberhasilan ini juga diikuti oleh industri-industri farmasi dalam negeri lainnya ”, Ungkap Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP.
Sumber : Bio Farma Ekspor Perdana Produk Baru ke Afrika. http://www.biofarma.co.id/bio-farma-ekspor-perdana-produk-baru-ke-afrika/
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…