farmasetika.com – Baru-baru ini (18 September 2019), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Amerika Serikat) (FDA AS) telah menyetujui solriamfetol (Sunosi, Jazz Pharmaceuticals) untuk pengobatan kantuk berlebihan di siang hari pada orang dewasa dengan narkolepsi atau apnea tidur obstruktif. Obat solriamfetol ditemukan oleh anak perusahaan SK Group, yang melisensikan hak di luar 11 negara di Asia ke Aerial Pharma pada 2011.
Apnea tidur obstruktif, Sleep apnea atau apnea tidur adalah gangguan serius pada pernapasan yang terjadi saat tidur di mana saluran udara terhambat karena dinding tenggorokan yang mengendur dan menyempit. Ketika kita tidur, otot-otot tenggorokan dapat mengendur dan lemas. Dalam keadaan normal, kondisi ini tidak mengganggu pernapasan. Namun pada penderita apnea tidur, otot menjadi terlalu lemas sehingga menyebabkan penyempitan atau hambatan pada saluran udara yang mengganggu pernapasan.
Terdapat dua macam gangguan pernapasan pada penderita apnea tidur, yaitu hipopnea dan apnea. Hipopnea terjadi ketika saluran udara menyusut hingga lebih dari 50 persen dan mengakibatkan napas menjadi pendek dan lambat. Hipnonea biasanya terjadi selama sekitar 10 detik. Sedangkan apnea terjadi ketika seluruh saluran udara terhambat selama sekitar 10 detik. Saat apnea, kadar oksigen dalam darah turun sehingga otak memerintahkan kita untuk bangun dan berusaha bernapas kembali. Sepanjang malam, penderita apnea tidur dapat mengalami apnea dan hipopnea secara berulang-ulang.
Pengukuran tingkat keparahan apnea tidur dapat diukur melalui indeks apnea-hipoponea dengan mengukur kekerapan gangguan pernapasan saat tidur dalam waktu 1 jam. Untuk tingkat yang ringan, gangguan pernapasan terjadi 5-14 kali dalam waktu satu jam. Untuk tingkat sedang, gangguan pernapasan terjadi sebanyak 15 hingga 30 kali per jam. Sedangkan dalam kasus yang parah, gangguan pernapasan bisa terjadi lebih dari 30 kali dalam waktu satu jam.
Apnea tidur terbagi dalam tiga jenis yaitu :
Berikut ini adalah beberapa gejala yang dialami penderita apnea tidur:
Pengobatan apnea tidur menggunakan obat sunosi dengan kandungan utamanya yaitu mengandung solriamfetol, dopamin dan norepinefrin reuptake inhibitor (DNRI). Solriamfetol adalah turunan fenilalanin dengan nama sistematis (R)-2amino-3-phenyllpropylcarbamate hydrochloride.
Solriamfetol hidroklorida memiliki pemerian padatan putih hingga putih yang larut bebas dalam air. Soriamfetol meningkatkan terjaganya pada pasien dengan kantuk berlebihan di siang hari terkait dengan narkolepsi atau OSA.
Tablet secara oral dan dosis pemberian yang dianjurkan adalah :
Pada pengujian secara klinik metode uji coba double-blind, acak, terkontrol plasebo, kelompok paralel, dengan membandingkan 12 minggu solriamfetol 37, 5, 75, 150 dan 300 mg dengan plasebo. solriamfetol menunjukkan perubahan yang signifikan secara statistik dalam Epworth Sleepiness Scale (ESS) dan Maintenance of Wakefulness Test pada pasien narkolepsi yang menerima 300 mg atau 150 mg solriamfetol dibandingkan dengan plasebo (P<.0001) atau apnea tidur obstruktif (37,5 mg, 75 mg, 150 mg dan 300 mg P<0,05)
Solriamfetol berikatan dengan transporter dopamin dan transporter norepinefrin dengan afinitas rendah (Ki = 14,2 μM dan 3,7 μM, masing-masing), dan menghambat reuptake dopamin dan norepinefrin dengan potensi rendah (masing-masing IC 50 = 2,9 μM dan 4,4 M). Solriamfetol tidak memiliki afinitas pengikatan yang cukup besar untuk transporter serotonin (Ki = 81,5 μM) dan tidak menghambat reuptake serotonin (IC 50 > 100 μM). Solriamfetol tidak mmiliki afinitas pengikatan yang cukup besar terhadap dopamin, seretonin, neropinefrin\, GABA, adenosin, histamin, orexin, benzodiazepine, muskarinik asetilkolin dan reseptor asetilkolin nicotinic.
Solriamfetol menunjukkan kinetika linier pada kisaran dosis 42 hingga 1008 mg (sekitar 0,28 hingga 6,7 kali dosis maksimum yang disarankan). Keadaan stabil tercapai dalam 3 hari, dan pemberian sekali sehari diharapkan menghasilkan akumulasi minimal (1,06 kali paparan dosis tunggal).
Efek samping dilaporkan pada 47,9% pasien yang menggunakan plasebo dan 67,9 % dari solriamfetol, 5 peserta mengalami efek samping yang serius(dua (1,7 %) plasebo, tiga (0,8%) solriamfetol dan tidak ada yang dianggap terkait dengan obat yang diteliti. Dan efek samping paling umum yang terjadi adalah sakit kepala (10,1 %), mual (7,9 %), penurunan nafsu makan (7,6 %) kecemasan (7,0 %) dan nasofaringitis (5,1 %). Secara keseluruhan splriamfetol signifikan meningkatkan terjaga dan mengurangi kantuk berlebih pada pasien dengan apnea tidur obstruktif dan kantuk yang berlebihan.
Penggunan solriamfetol dikontraindikasikan pada pasien yang saat ini menggunakan atau baru saja berhenti menggunakan inhibitor monoamine oksidase untuk depresi. Pasien yang memiliki riwayat masalah jantung, hipertensi, ginjal, diabetes atau kolestrol tinggi. Pasien yang mengalami serangan jantung atau stroke, pasien dengan riwayat gangguan kesehatan mental atau penyalahgunaan obat atau alkohol dan pasien yang sedang hamil, berencana untuk hamil dan saat ini berencana untuk menyusui harus menjalani pertimbangan yang cermat sebelum memulai pemgobatan dengan solriamfetol.
Solriamfetol tidak diindikasikan untuk mengobati obstruksi jalan napas yang berhubungan dengan apnea tidur obstruktif, pasien dengan apnea tidru obstruktif harus dirawat dengan tekanan jalan nafas positif secara terus menerus selama minimal 1 bulan sebelum memulai pengobatan dengan solriamfetol.
Sumber :
Bigica, A. (2019). Solriamfetol Wins FDA Approval for Excessive Daytime Sleepiness in Narcolepsy, Obstructive Sleep Apnea. Retrieved September 20, 2019, from https://www.neurologylive.com/clinical-focus/solriamfetol-fda approval-excessive-daytime-sleepiness-narcolepsy-obstructive-sleep-apnea
Carter, L. P., Wang, H., Lu, Y., Black, J., Malhotra, A., & Kingman, P. (2018). Solriamfetol for Excessive Sleepiness in Obstructive Sleep Apnea (TONES 3): A Randomized Controlled Trial. (Tones 3), 314–338.
Retrieved September 20, 2019, from https://www.drugbank.ca/drugs/DB14754
Marianti. (2017). Sleep Apnea. Retrieved September 20, 2019, from https://www.alodokter.com/sleep-apnea
Retrieved September 20, 2019, from https://www.rxlist.com/sunosi-drug.htm
Retrieved September 20, 2019, from https://reference.medscape.com/drug/sunosi-solriamfetol-1000266
Wikipedia-Solriamfetol. (2019). Retrieved September 20, 2019, from https://en.wikipedia.org/wiki/Solriamfetol
Penulis : Dwi Retno Sari, Mahasiwa Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…