farmasetika.com -Penyakit mata kering/dry eye disease (DED) adalah penyakit permukaan okular multifaktorial yang kompleks, ditandai dengan hilangnya homeostasis lapisan air mata dan disertai dengan gejala okular. Peradangan permukaan mata merupakan salah satu patogenesis penting pada DED [1].
DED (keratoconjunctivitis sicca) terjadi saat volume atau fungsi air mata yang tidak tepat, yang menghasilkan lapisan air mata yang tidak stabil dengan penyakit pada permukaan mata. Prevalensi DED pada populasi Amerika dan Australia diperkirakan sekitar 5-16%, sementara di Asia lebih tinggi dan bisa mencapai 27-33% [2].
Tingkat keparahan gejala dapat sangat bervariasi dari pasien ke pasien, tetapi sebagian besar meliputi perasaan terbakar dan pandangan kabur. Patologi yang mempengaruhi kelenjar lakrimal dan disfungsi kelenjar Meibom, serta penyakit neurologis, dapat menyebabkan keratoconjunctivitis sicca [3].
Tidak ada pedoman khusus untuk pengobatan DED, dan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Pilihan pengobatan DED yang selama ini digunakan seperti; sediaan air mata buatan yang terbuat dari alkohol polivinil, povidon, hidroksipropil, turunan selulosa, dan asam hialuronat, agen antiinflamasi (obat tetes mata kortikosteroid), Imunosupresan cyclosporine-A dan tacrolimus 0,03% dan antibiotik (tetrasiklin dan azitromisin).
Akan tetapi, pilihan obat-obat tersebut memiliki efek samping seperti peningkatan tekanan intraokular dan katarak, memiliki onset aksi yang lama dan juga menyebabkan sensasi terbakar parah pada pasien DED [4]. Sehingga dengan pilihan pengobatan yang ada, dokter mata mencari agen yang lebih baru yang dapat dengan cepat menyelesaikan tanda dan gejala penyakit dengan onset kerja yang cepat dan efek samping yang minimal [5]
Selain itu, DED adalah kondisi kronis dan membutuhkan perawatan jangka panjang, oleh karena itu diperlukan terapi yang menargetkan kondisi patoetiologis utama tanpa banyak efek samping. Sehingga pengembangan obat baru untuk mengobati DED yang bekerja secara spesifik sangat dibutuhkan.
Perkembangan penelitian untuk pengobatan DED diawali oleh Gadek et al. pada tahun 2002 menunjukkan bahwa senyawa yang dikode sebagai senyawa 4 memiliki afinitas ikatan tinggi terhadap LFA-1 dan dengan demikian mencegah interaksi LFA-1 / ICAM 1, sehingga dapat bertindak sebagai senyawa pemandu [6]
Zhong et al. dalam serangkaian penelitain antara 2010 dan 2012 menunjukkan pengembangan kelas tetrahydroisoquinoline dari antagonis LFA-1 / ICAM-1, dan didapatkan kesimpulan bahwa lifitegrast diakui sebagai kandidat obat yang menjanjikan [7,8,9].
Penelitian pertama dalam studi klinis dilakukan oleh Semba et al. pada 2011 di 28 orang dewasa sehat menggunakan dosis 0,1%, 0,3%, 1,0%, dan 5,0% larutan ophthalmic lifitegrast selama 27 hari. Hasil menunjukkan bahwa lifitegrast aman hingga dosis 5% larutan ophthalmic selama 27 hari. Klirens obat dari lokal maupun sistemik cepat, dan tidak ada efek samping mata yang signifikan [10]. Hingga akhirnya pada 11 Juli 2016, FDA mengkonfirmasi Xiidra (larutan ophthalmic lifitegrast) 5% sebagai pengobatan tanda dan gejala DED pada pasien dewasa [11].
Penelitian terbaru oleh Atallah et al. pada juni 2019 menunjukkan bahwa pengobatan dengan larutan mata oftalmik lifitegrast 5% dua kali sehari selama 6 bulan secara signifikan meningkatkan mayoritas gejala mata kering yang dilaporkan oleh pasien. Perbaikan juga diamati pada pewarnaan dan puing kornea dan konjungtiva untuk sebagian besar pasien yang diperiksa [12].
Lifitegrast ditemukan dalam proses desain rasional dengan mengidentifikasi rantai samping asam amino yang vital untuk pengikatan LFA-1 dan ICAM-1 [13]. Lifitegrast adalah turunan tetrahydroisoquinoline dengan rumus molekul C29H24Cl2N2O7S dan berat molekul 615.48106 g/mol [14].
Lifitegrast berupa serbuk putih yang larut dalam air. Xiidra (larutan ophthalmic lifitegrast) 5% merupakan larutan steril, bening, tidak berwarna hingga agak kecoklatan, isotonik dari lifitegrast dengan pH 7,0-8,0 dan kisaran osmolalitas 200-330 mOsmol / kg.
Formulasi yang umumnya digunakan pada pembuatan Xiidra yaitu; mengandung zat aktif lifitegrast 50 mg/mL dengan zat tambahan seperti natrium klorida, natrium fosfat dibasat anhidrat, natrium tiosulfat pentahidrat, natrium hidroksida dan / atau asam hidroklorat (untuk menyesuaikan pH) dan air untuk injeksi [15].
Sumber
Penulis : Dinda Nur Afra, Mahasiswa Sarjana Farmasi, Universitas Padjadjaran
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…