Farmasetika.com – Untuk menunjang keberhasilan terapi depresi berat dan cemas berlebihan, perlu diberikan obat – obatan antidepresan. PT Mersifarma Trimaku Mercusana sebagai salah satu perusahaan farmasi
yang fokus pada produk kesehatan mental meluncurkan produk baru DULOXTA® (Duloxitine) di acara Talkshow mengenai Depresi & Pencegahan Bunuh Diri , bersamaan dengan Launching Duloxta(R), ProdukAnti Depresan, Anti Cemas & nyeri kronik “pada hari jumat 22 November 2019 di Hotel Pullman Thamrin.
DULOXTA® dengan aksi ganda (double action) sebagai pilihan tepat bagi dokter dalam penanganan pada terapi depresi, cemas & nyeri kronik.
Tertuang dalam World Health Organization (WHO,2017) depresi adalah salah satu gangguan mental yang terjadi di seluruh dunia dengan lebih dari 300 juta orang dari segala usia menderita depresi dan meningkat 18% antara 2005 hingga 2015. Dalam DSM–5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) tahapan atau tingkatan tindakan depresi beberapa diantaranya jika terlihat penurunan mood/suasana hati sepanjang hari selama 2 minggu, penurunan minat pada aktifitas, rasa salah yang berlebih,
kelelahan/kehilangan energi, insomnia/hypersomnia, penurunan kemampuan berfikir, sulit berkonsentrasi bahkan sampai memiliki keinginan mengakhiri hidup.
Beberapa tahun belakangan ini, banyak pihak yang mulai menyadari bahwa kesehatan mental emosional sangat penting untuk ditanggulangi secara medis, mengingat Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensinya sudah mencapai 9,8% dari penduduk Indonesia.
Salah satu gangguan kesehatan mental emosional yang sering kita dengar, atau kita temui langsung di lingkungan pertemanan atau bahkan sekitar keluarga kita, yaitu Depresi dan Ansietas. Pada kenyataannya di Indonesia, prevalensi diagnosis Depresi sebesar 6,1% dan sebanyak 91% nyaris tidak diobati, karena berbagai macam alasan. Tentunya gangguan depresi yang tidak ditangani dapat menyebabkan bunuh diri. Hampir 800.000 orang di seluruh dunia meninggal karena bunuh diri setiap tahun.
WHO sendiri memberikan pernyataan bahwa gangguan depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Prevalensi gangguan depresi pada populasi dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. Bunuh diri juga merupakan penyebab utama urutan kedua pada ancaman kematian pada remaja hingga dewasa (usia 15-29 tahun) Sehingga penanggulangan masalah Depresi dan kesehatan mental menjadi fokus utama baik dari PDSKJI, Mersifarma maupun RSJ Dharmawangsa dalam memberikan dan menyampaikan pesan kepada
masyarakan untuk lebih menyadari bagaimana pentingnya mengatasi atau mengobati gangguan kesehatan mental .
Depresi yang tidak tertangani dengan baik dapat mengarah ke recurrent atau depresi berulang, sehingga depresi berat yang menyebabkan berakhir suicide.
Direktur Rumah Sakit Sanatorium Dharmawangsa, dr.Richard Budiman, Sp.KJ(K) menyatakan Ansietas murni dan korelasinya dengan depresi dapat diatasi salah satunya dengan antidepresan yang lebih optimal .
“Penyakit kronis atau penyakit yang sulit disembuhkan sering disertai juga rasa nyeri tak tertahankan dan korelasinya erat dengan depresi dan
ansietas. Sehingga untuk menangani ketiga masalah terkait depresi, ansietas dan nyeri dibutuhkan obat yang lebih efektif , yaitu obat antidepresan Duloxetine.” Ujar dr Richard berdasarkan rilis yang diterima (24/11/2019).
Dr.dr.Diah Setia Utami, Sp.KJ(K), MARS, Ketua PDSKJI periode 2019-2022 menyatakan bahwa depresi dapat diatasi dengan baik jika pengobatannya tepat. Terkait dengan pengalaman empiris beliau mengenai depresi paska putus zat juga merupakan kriteria dari jenis depresi yang dapat diobati dengan antidepresan, terutama depresi yang berkaitan dengan nyeri paska putus zat (Protacted Withdrawal).
“Peran keluarga dan masyarakat dalam kepatuhan pengobatan pada depresi mempunyai kontribusi besar dalam meningkatkan kualitas hidup penderita depresi.” lanjut Dr.dr. Diah.
Menurut dr.Andri, Sp.KJ, FCLP (ahli psikosomatik) praktisi dan dokter di RS Omni Hospital BSD yang juga aktif sebagai Youtuber content kesehatan, menyatakan masalah depresi dapat mengarah ke tindakan suicide. Jika terjadi demikian maka depresi tersebut lebih didominasi pada gejala sisa, gejala fisik atau nyeri dan ini seringkali tidak berhasil ditapiskan (screening) oleh dokter layanan primer atau dokter spesialis sekalipun sebelumnya. Seringkali pada tahapan pengobatan lebih diutamakan atau hanya fokus pada penuntasan gejala fisik, tapi gejala depresinya justru tidak ditangani dengan baik. Bahkan menurut data WHO 65% individu yang mengalami depresi dapat mengalami recurrent episode. Dimana golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) sekalipun tidak mampu memperbaiki ketidaktuntasan pengobatan yang telah dilakukan.
“Mersifarma selaku perusahaan yang memang fokus pada produk kesehatan mental, Central Nerves System , internal medicine, saat ini telah menyediakan obat golongan antidepresan Duloxetine, yaitu DULOXTA® yang menjadi salah satu obat yang direkomendasikan oleh para dokter dan ahli terapis.” tutupnya
Golongan antidepresan SNRI (Selektif Serotonin Norephinefrine Reuptake Inhibitor) seperti Duloxetine diperlukan karena memiliki hasil kerja yang lebih baik dibanding antidepresan golongan SSRI (Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor) dan dapat mengobati depresi lebih efektif pada tahap pertama atau depresi berulang serta pada kaitannya dengan PPS (Painful Physical Symptom).
Duloxetine bekerja cepat, mengatasi depresi, ansietas dan DPNP (Diabetic Peripheral Neurophatic Pain) atau korelasinya dengan nyeri kronik.
Mengapa Duloxetine lebih efektif jika dibanding antidepresan lainnya, karena mekanisme kerja Duloxetine yang bekerja “Double Action” yaitu:
a. Bekerja di Serotonin dapat memperbaiki mood dan korelasinya pada nyeri
b. Bekerja di Norephinefrine dapat meningkatkan energi dan konsentrasi pada pasien depresi
Dengan teknologi formulasi delayed released capsule, pasien dimudahkan dalam masa pengobatan dengan meminum obat sekali sehari dosis 60mg sehingga dapat menjaga kestabilan mood dan memperbaiki cemas dan depresi atau korelasinya dengan nyeri.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…