Categories: herbal

Hati-hati, Jamu bisa Pengaruhi Kesehatan Ginjal

Farmasetika.com – Menurut World Heath Organization dalam postingannya yang berjudul “WHO Traditional Medicine Strategy 2014-2023”, obat tradisional dapat menjadi andalan dalam menjalankan pengobatan atau digunakan sebagai pelengkap dengan jumlah peggunaannya berkisar 75% -80% dari populasi dunia dan sebagian besarnya ada di negara berkembang.

Obat tradisional, termasuk obat tradisional Tiongkok, telah dipraktekkan untuk pencegahan, pengobatan, dan penyembuhan gangguan atau penyakit selama ribuan tahun dan untuk banyak jenis penyakit. Obat ini juga telah menjadi populer di seluruh dunia sumber terapi alternatif.

Namun, walaupun telah dipercaya dapat menyembuhkan dan mencegah berbagai macam penyakit, ada beberapa obat tradisional yang mengandung zat berbahaya dan tidak boleh dikonsumsi.

Fre´de´ric D. Debelle, dari departemen of Nephrology, Dialysis and Renal Transplantation, Erasme Hospital, Brussels, Belgium dalam tulisannya menuliskan bahwa terdapat laporan di Belgia terdapat lebih dari 100 pasien menderita Aristolochic acid nephropathy (AAN).

Hal ini terjadi setelah mengonsumsi pil pelangsing yang mengandung tanaman obat Cina, yaitu Aristolochia fangchi. Meskipun tumbuhan yang diketahui atau diduga mengandung asam aristolochic (AA) tidak lagi diizinkan di banyak negara, beberapa kasus-kasus AAN masih bisa diamati di berbagai belahan dunia.

Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ penting yang tentunya harus kita pelihara dan suatu prioritas kesehatan secara global. Ini mengartikan peran penting yang dimainkan ginjal layaknya untuk proses penyaringan untuk menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh serta menghilangan zat – zat yang tidak diperlukan dalam tubuh termasuk dengan pemprosesan obat – obatan yang masuk dalam tubuh.

Ginjal juga berperan dalam mengontrol tekanan darah dengan melepaskan hormon – hormon, dan dalam merangsang pada proses produksi sel darah merah yang bertujuan untuk mengurangi risiko berbagai penyakit yang kronis seperti Radiovaskular atau yang sering dikenal sebagai penyakit jantung serta Anemia yang merupakan penyakit dimana seseorang mengalami kekurangan sel darah merah.

Jamu

Obat herbal atau yang biasa kita kenal dengan sebutan jamu merupakan salah satu jenis suplemen makanan yang melibatkan penggunaan tanaman obat untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kesehatan.

Obat herbal banyak dijual dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, teh, ekstrak, dan tanaman segar atau kering. Hal pertama yang harus dilakukan sebelum menggunakan obat herbal sebagai suplemen kesehatan ialah mendapatkan informasi tentang obat herbal itu dan berkonsultasi ke layanan kesehatan.

Tumbuhan yang digunakan dalam obat herbal memiliki bahan aktif dan beberapa obat herbal dapat berinteraksi dengan resep atau obat-obatan bebas sehingga harus dikonsumsi dengan tingkat kehati-hatian yang sama dengan obat-obatan farmasi.

Bagaimana jamu memengaruhi kesehatan ginjal?

Secara farmakokinetik, obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Namun, tanaman obat mengandung berbagai senyawa kimia dengan sifat yang berbeda-beda. Ada kemungkinan, senyawa tersebut berinteraksi secara berbeda-beda di dalam tubuh.

Sisa-sisa metabolismenya, maupun kandungan senyawa lain yang belum diketahui bentuk dan sifatnya, dapat memeengaruhi struktur histologi dan fungsi ginjal sebagai organ filtrasi yang mengalami kontak dengan senyawa-senyawa tersebut.

Kerusakan ginjal karena zat toksik yang terdapat pada suatu obat dapat diidentifikasi berdasarkan perubahan struktur histologi, yaitu nekrosis tubular akut (NTA) yang secara morfologi ditandai dengan destruksi epitel tubulus proksimal. Sel epitel tubulus proksimal ini peka terhadap anoksia dan mudah hancur karena keracunan akibat kontak dengan bahan-bahan yang diekskresikan melalui ginjal.

Perubahan struktur histologis ginjal ini dipengaruhi oleh jumlah senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Efek toksik sangat mungkin muncul apabila pemberiannya dengan dosis yang berlebihan.

Obat herbal Tidak menimbulkan efek samping?

Banyak orang yang berasumsi bahwa obat herbal sangatlah aman dan tidak memiliki efek samping, Namun obat herbal juga berkemungkinan memiliki toksisitas yang signifikan dikarenakan penggabungan pengobatan alami dengan terapi medis secara konvensional belum diteliti secara spesifik dan mendalam. Terdapat sebuah kasus – kasus yang berkaitan dengan reaksi yang ditimbulkan oleh pengobatan herbal yang bersifat merugikan.

Contohnya, Reaksi alergi terhadap teh chamomile yang digunakan untuk mengobati kolik, kematian bayi setelah ibu kandungnya mengonsumsi teh yang mengandung alkaloid pirolizidin yang ditemukan dalam tumbuhan seperti komprei, serta sindrom penyalahgunaan ginseng yang melibatkan diare, hipertensi, insomnia, gugup, dan erupsi kulit.

Penyelidikan toksisitas herbal tersebut dibatasi oleh hal-hal berikut: kurangnya model hewan yang baik, sistem pelaporan pasif, metodologi analitik yang tidak dikarakterisasi dengan baik, pengetahuan yang terbatas tentang bahan aktif dan interaksi kimia, pengetahuan yang terbatas tentang mekanisme aksi, variabilitas dalam metode persiapan, dan variabilitas antar pasien.

sumber :

Adinata, M.O., Sudira, W., dan Berata, K. 2012. Efek Ekstrak Daun Ashitaba (Angelica keiskei) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantan. Buletin Veteriner Udayana. Vol. 4 (2) : 55-62

Yang, B., Xie, Y., Guo, M., Rosner, M. H., Yang, H., & Ronco, C. 2018. Nephrotoxicity and Chinese Herbal Medicine. Clinical Journal of the American Society of Nephrology. Vol. 13 : 1605-1611

Debelle, F. D., Vanherweghem, J.-L., & Nortier, J. L. 2008. Aristolochic acid nephropathy: A worldwide problem. Kidney International, 74(2), 158–169

Medline. 2017. Herbal Medicine. Tersedia online di https://medlineplus.gov/herbalmedicine.html. (diakses pada 26 November 2019)

Betterhealth. 2018. Herbal Medicine. Tersedia online di https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/herbal-medicine. (diakses pada 26 November 2019)

Fraser, S.D.S., dan Blakeman, T. 2016. Chronic kidney disease: identification and management in primary care. Dove Press. Vol. 7 :21-32

De Smet PA. 1997. Adverse effects of herbal remedies. Adverse Drug Reaction Bulletin. Vol. 183 (1) :695–698

Ernst E. 1998. Harmless herbs? A review of the recent literature. The American Journal of Medicine. Vol. 104 (2) :170–178

nazhmi fauzan

Share
Published by
nazhmi fauzan

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago