farmasetika.com – Sehari setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan agar klorokuin (chloroquine) menjadi obat COVID-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginformasikan sudah ada resep obat hasil riset dan pengalaman beberapa negara yang bisa diterapkan untuk mengobati pasien corona atau covid-19 yakni Avigan dan Klorokuin.
Dalam keterangan persnya, Jokowi mengatakan pemerintah akan memesan obat yang sudah digunakan di 3 negara dan berhasil menyembuhkan COVID-19.
“Pemerintah juga telah menyiapkan obat dari hasil riset dan pengalaman beberapa negara untuk bisa mengobati Covid-19 ini sesuai resep dokter,” kata Presiden Jokowi lewat siaran live streaming di akun YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (20/3/2020).
BUMN Farmasi, yang ditugaskan untuk mendatangkan obatan itu, diminta untuk segera memperbanyak agar bisa digunakan oleh masyarakat. Jokowi mengatakan, memang anti virus covid-19 belum ditemukan. Tetapi ada beberapa obat yang digunakan oleh satu hingga dua negara dan berhasil menyembuhkan.
“Sampai sekarang belum ditemukan dan ini yang saya sampaikan adalah obat. Obat ini sudah dicoba oleh satu dua tiga negara dan memberikan kesembuhan yaitu Avigan kita telah mendatangkan 5 ribu akan kita coba dan dalam proses pemesanan 2 juta,” jelasnya.
Obat selanjutnya, adalah klorokuin yang juga menurutnya sudah dipesan dan telah siap sebanyak tiga juta. Pemerintah kata dia, terus bergerak dengan cepat agar wabah covid-19 ini bisa segera diatasi.
“Kecepatan ini yang ingin saya sampaikan bahwa kita tidak diam tapi mencari informasi-informasi apa yang bisa kita lakukan agar dapat menyelesaikan covid ini,” jelasnya.
Avigan berisi Favipiravir, juga dikenal sebagai T-705, atau favilavir adalah obat antivirus yang dikembangkan oleh Toyama Chemical of Japan dengan aktivitas melawan banyak virus RNA.
Dalam percobaan yang dilakukan pada hewan, Favipiravir menunjukkan aktivitas melawan virus influenza, virus West Nile, virus demam kuning, virus penyakit kaki-dan-mulut serta flavivirus, arenavirus, bunyavirus, dan alphavirus lainnya. Aktivitas melawan enterovirus dan virus demam Rift Valley juga telah dibuktikan.
Favipiravir telah menunjukkan kemanjuran terbatas terhadap virus Zika dalam penelitian pada hewan, tetapi kurang efektif dibandingkan antivirus lain seperti MK-608. Agen tersebut juga telah menunjukkan khasiat melawan rabies, dan telah digunakan secara eksperimental pada beberapa manusia yang terinfeksi virus.
Pada Februari 2020, Favipiravir sedang dipelajari di Cina untuk pengobatan eksperimental penyakit COVID-19 (novel coronavirus) yang muncul. Pada 17 Maret, pejabat Cina menyarankan obat itu efektif dalam mengobati COVID di Wuhan dan Shenzhen.
Mekanisme aksinya diduga terkait dengan penghambatan selektif RNA polimerase tergantung RNA virus. Penelitian lain menunjukkan bahwa favipiravir menginduksi mutasi transversi RNA yang mematikan, menghasilkan fenotipe virus yang tidak dapat hidup.
Favipiravir adalah prodrug yang dimetabolisme menjadi bentuk aktifnya, favipiravir-ribofuranosyl-5′-trifosfat (favipiravir-RTP), tersedia dalam formulasi oral dan intravena. Human hypoxanthine guanine phosphoribosyltransferase (HGPRT) diyakini memainkan peran kunci dalam proses aktivasi ini.
Favipiravir tidak menghambat sintesis RNA atau DNA dalam sel mamalia dan tidak beracun bagi mereka. Pada 2014, favipiravir disetujui di Jepang karena pandemi influenza. Namun, favipiravir belum terbukti efektif dalam sel jalan nafas primer manusia, menimbulkan keraguan mengenai kemanjurannya dalam pengobatan influenza.
Klorokuin adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria. Klorokuin bersifat sisontosida darah dan gametosida P.vivax dan P. malariae. Obat ini biasanya diberikan pada penderita malaria di daerah endemik atau area yang diketahui berisiko tinggi terjangkit malaria. Di beberapa negara obat ini juga disetujui untuk terapi lupus dan reumatoid arthritis.
FDA Amerika Serikat telah bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan pusat akademik lainnya yang sedang menyelidiki penggunaan obat klorokuin, yang sudah disetujui untuk mengobati malaria, lupus dan rheumatoid arthritis, untuk menentukan apakah obat itu dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan gejala ringan. -moderate COVID-19 untuk berpotensi mengurangi durasi gejala, serta pelepasan virus, yang dapat membantu mencegah penyebaran penyakit. Penelitian sedang dilakukan untuk menentukan kemanjuran dalam menggunakan klorokuin untuk mengobati COVID-19.
Sementara di Cina dan Malaysia, klorokuin telah dimasukan ke pedoman terapi penanganan COVID-19 seperti dikutip dari laporan Institut Pembangunan Jawa Barat Universitas Padjadjaran (INJABAR Unpad).
Sumber :
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…