Majalah Farmasetika – Media pembawa virus atau viral transport medium (VTM) sangat dibutuhkan untuk kelangsungan tes swab virus corona diease 2019 (COVID-19). Sepertihalnya suplai Vitamin ke Apotek, VTM mengalami kelangkaan stok dan harganya yang mahal.
VTM diperlukan sebagai media cairan test swab untuk selanjutnya di uji PCR (Polymerase Chain Reaction). Bila VTM tidak ada dan tidak terstandar, maka hasil pengujian menjadi tidak valid.
Melalui situs resminya, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan program pengadaan VTM untuk mendukung pengujian terhadap virus Covid-19.
VTM merupakan media pembawa spesimen lendir hidung dan tenggorokan pasien yang akan dilakukan uji swab, untuk dikirim ke laboratorium untuk pengujian lanjut. Pasien yang dicurigai terinfeksi SARS-CoV2, virus penyebab Covid-19, dilakukan pengambilan spesimen lendir hidung dan tenggorokan tersebut untuk kemudian dilanjutkan dengan uji PCR.
Hasil positif melalui versi uji rapid test (uji cepat) perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan pengujian swab PCR (Polymerase Chain Reaction) ini. Uji swab PCR tersebut merupakan pengujian dengan hasil yang relatif paling valid untuk mendiagnosa infeksi SARS-CoV2, virus penyebab Covid-19. Sejauh ini, dua laboratorium di UGM sudah bisa digunakan untuk deteksi Covid-19.
Para peneliti dan laboran, serta staf Fakultas farmasi UGM berinisiatif untuk mengadakan program pengadaan VTM untuk mendukung pengujian swab PCR (Polymerase Chain Reaction) terhadap virus Covid-19. Pelaksanaan pembuatan VTM dilakukan di Laboratorium Advanced Pharmaceutical Sciences (APS) Fakultas Farmasi UGM.
“VTM ini dibuat di Fakultas Farmasi UGM untuk memenuhi kebutuhan VTM di beberapa Laboratorium Pengujian swab PCR (Polymerase Chain Reaction)yang selama ini membeli VTM siap pakai, namun akhir-akhir ini pemesanan tidak kunjung datang dan harganya mahal”, kata Ika Puspitasari, PhD, Ketua Prodi Profesi Apoteker (14/4/2020).
Menurut Dr Riris Istighfari Jenie, Dosen Lab Rekayasa Makromoleku Departemen Kimia Farmasi, pembuatan VTM mengacu pada protokol Centers for Disease Control and Prevention Amerika yang memerlukan beberapa alat antara lain biosafety cabinet, waterbath, filter steril ukuran 0,20-0,45 micron. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain Fetal Bovine Serum (FBS) yang kemudian di-heat inactivated, Hanks Balanced Salt Solution (HBSS), gentamicin sulfate, amphotericin B. Secara singkat, prosedur pembuatan VTM meliputi inaktivasi FBS di dalam waterbath penyiapan antibiotik dengan mencampurkan kedua antibiotik di atas, dan mencampurkan bahan-bahan yang telah disiapkan tersebut ke dalam buffer HBSS. Penyimpanan sediaan VTM adalah pada suhu 2-8°C.
Riris berharap untuk pengadaan bahan baku pembuatan VTM ini bisa lebih dipermudah atau mendapatkan prioritas mengingat beberapa bahan dipesan dari Jakarta, padahal Jakarta dan beberapa daerah sedang menjalankan PSBB sehingga memperlambat proses pengadaan bahan baku tersebut.
Wakil Dekan bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Alumni Fakultas Farmasi UGM, Dr rer nat Endang Lukitaningsih mengungkapkan bahwa program ini difokuskan dalam minggu-minggu ini untuk mencukupi kebutuhan VTM di laboratorium pengujian, dan melibatkan dosen dan tenaga kependidikan yang memiliki kompetensi dan keahlian terkait itu.
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…