Majalah Farmasetika – Perusahaan farmasi di Bandung, PT. Bio Farma, akan segera memproduksi alat pendeteksi COVID-19, berupa Rapid Test berbasis Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), yang dapat melakukan pemeriksaan SARS CoV2 (virus corona) atau COVID-19 dengan keakuratan 90%. Kapasitas produksi bisa sampai 50 ribu tes kit per Minggu.
Hal ini diungkap oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK), melalui akun instagram resminya setelah meninjau langsung ke tempat produksi Bio Farma (24/4/2020).
“PCR adalah metode swab hidung tenggorokan. Metoda paling akurat mendekati 90 persen. Tes kit nya selama ini mahal dan harus diimpor dari Luar Negeri.” tulis RK.
Menurutnya, keberhasilan negara dunia yang tren COVID-19 menurun seperti Korea Selatan adalah dengan pelacakan dan tes masif. Indonesia minimal perlu mengetes sebanyak 2 juta tes untuk mendapatkan rasio 0,6 % dari jumlah penduduk seperti Korea Selatan.
“Semoga sumbangsih industri di Jawa Barat ini bisa menolong Indonesia dan jika sudah cukup baru untuk membantu dunia kelak.” tegas RK.
Sementara itu, berdasarkan rilis dari perusahaan, Bio Farma memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 15.000 test per hari, akan memproduksi perdana sebanyak untuk 50 ribu test atau setara 2000 kit pada Bulan Mei 2020, dan tidak lama berselang dalam waktu dekat, akan memenuhi kapasitas produksinya sebanyak 4000 kit atau setara dengan 100 ribu test.
Tes Kit berbasis RT-PCR ini telah memenuhi Golden Standard dalam pemeriksaan COVID-19 sekaligus penentuan penegakkan diagnosis status positif atau negatif dari sampel swab yang berasal dari pasien yang terduga terpapar oleh COVID-19.
Dalam hal ini, Bio Farma bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang melibatkan beberapa kementerian, seperti Kementerian Riset dan Teknologi RI, Kementerian Kesehatan RI, Universitas dan Lembaga Penelitian di Indonesia dan perusahaan StartUp yang bergerak dalam bidang genetika dan Biomolekuler.
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, mengatakan Bio Farma akan menjalankan perannya sesuai dengan kompetensinya, antara lain untuk membuat kit diagnostik berbasis PCR, (Produksi dan Packaging), Quality control sekaligus Validasinya serta Registrasi untuk mendapatkan ijin edarnya. Bio Farma juga berperan aktif dalam Distribusi kit ini ke seluruh Fasilitas kesehatan Rujukan pemerintah yang berada di seluruh pelosok Indonesia.
“Prototype akan kami terima dalam waktu dekat ini dari perusahaan startup asal Indonesia Nusantics, kemudian Bio Farma akan memproduksi secara massal dalam jumlah besar yang akan memanfaatkan fasilitas produksi yang ada di Bio Farma termasuk proses serta pengujian (quality control), packaging dan distribusi“, ujar Honesti dikutip dari situs resmi perusahaan (20/4/2020).
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…