Majalah Farmasetika – Kesehatan Mental menjadi salah satu dampak yang mengancam masyarakat selama Pandemi Covid-19 Berlangsung. Kesehatan mental para Warga di seluruh Indonesia dan negara lainnya di seluruh dunia yang menjalani masa karantina berpotensi mengalami gangguan. Karantina, kematian, kemiskinan, dan kegelisahan akibat pandemi COVID-19 memicu krisis gangguan mental yang serius.
Hal tersebut disampaikan oleh anggota Satgas COVID-19 Psikolog Jawa Barat, Amalia Darmawan M.Psi. Meurut Amalia, penyebab gangguan mental yang dialami masyarakat era Pandemi COVID-19 ini disebabkan karena perasaan ketidakpastian yang menyerang pikiran mereka.
“Kejadian ini belum pernah kita hadapi sebelumnya dan tidak ada yang pernah tahu kapan semua ini akan berakhir dan seperti apa setelahnya. Hal tersebut memunculkan berbagai persepsi yang tidak menentu di dalam pikiran kita dan juga kita dihadapkan oleh banyak kebiasaan baru yang benar-benar berbeda drastis dari kehidupan normal sebelumnya.” jelas Amalia.
Potensi Gangguan mental tersebut disampaikan Amalia Darmawan saat menjadi pembicara di Webinar Seri-2 dengan judul “Tangkal Stress di Masa Pandemi COVID-19” yang diselenggarkan oleh Entalpi Institute bekerja sama dengan Institut Pembangunan Jawa Barat Universitas Padjadjaran (InJabar Unpad) dan juga Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi (PPLIPI) DPW JABAR ,Sabtu, 16 Mei 2020. Turut hadir sebagai pembicara adalah Lina Marlina Ruzhan, Ketua PPLIPI DPW Jawa Barat dan juga Apt. Dr. Evi Sylvia ,MBA dari Entalpi Insititute selaku Moderator.
Amalia menilai munculnya stress pada situasi seperti ini adalah sesuatu yang wajar. Manusia adalah makhluk yang dilengkapi kemampuan untuk beradaptasi dan stress merupakan salah satu mekanisme dalam proses adaptasi tersebut. Ia berharap agar masyarakat tidak terlalu menanggapi hal tersebut sebagai sesuatu yang berlebihan.
“Jangan telalu paranoid dalam memandang situasi sekarang ini. Misalnya dengan menyeleksi pemberitaan mengenai COVID-19 ini. Dalam situasi ini, kita tetap perlu update mengenai kondisi terkini, namun informasi tersebut tetap perlu dipilah. Ambil informasi dari sumber yang terpercaya, jangan gampang percaya berita-berita Corona begitu saja. Itu juga menjadi salah satu pemicu stress di dalam pikiran kita,” tutur Amalia.
Berdamai dengan keadaan yang ada menjadi salah satu kiat yang disampaikan oleh Amalia untuk tetap menjaga kesehatan mental. Masyarakat harus bisa memandang kebijakan pemerintah untuk membatasi interaksi dalam PSBB ini dari sudut pandang yang positif. Menurut Amalia, Stress adalah masalah sudut pandang.
“Kita harus fokus pada sesuatu yang positif dan juga pada sesuatu yang bisa kita kontrol. Misalnya dengan adanya PSBB ini, kita jadi tidak perlu melihat jalanan Bandung yang tiap hari macet. Kita juga bisa bersantai di rumah bersama keluarga,”
Ibadah dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan juga menjadi kunci untuk bisa mendapatkan rasa nyaman. Selain itu, menunjukkan kepedulian terhadap sekitar dengan ikut turun sebagai relawan juga bisa membantu melindungi pikiran dari gangguan stress selama masa Pandemi COVID 19 ini berlangsung.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…