Majalah Farmasetika – Pada tanggal 26 Februari 2020, Food and Drug Administration (FDA) telah menyetui Amisulpride (BARHEMSYS®) sebagai obat yang digunakan pada orang dewasa untuk mencegah atau mengobati mual dan muntah pasca operasi (Postoperative Nausea and Vominting (PONV)).
Ini akan digunakan untuk pencegahan PONV dan perawatan PONV pada pasien yang belum menerima obat apa pun atau pasien yang telah menerima obat lain untuk pencegahan PONV.
Masalah mual atau muntah pasca operasi penting bagi pasien, dokter, dan penyedia layanan kesehatan. karena memiliki konsekuensi medis yang merugikan, seperti dehisiensi luka, dehidrasi, kekacauan elektrolit, dan aspirasi isi lambung, dan merupakan hasil pasca bedah yang paling tidak diinginkan oleh pasien.
Saat ini, profilaksis paling umum melibatkan 5HT3– antagonis, seperti ondansetron, yang sering dikombinasi dengan deksametason.
Satu survei menemukan bahwa dosis berulang dengan 5HT3– antagonis, umum terjadi di kalangan ahli anestesi, serta menunjukkan hasil yang tidak efektif.
Menurut (Habib dkk. (2019), antiemetik yang digunakan untuk mengobati mual atau muntah pasca operasi harus dari kelas farmakologis yang berbeda dengan obat yang diberikan secara profilaksis.
Pilihan yang umum digunakan, seperti promethazine, metoclopramide, dan dimenhydrinate, namun obat-obatan tersebut memiliki efek samping termasuk sedasi dan ekstrapiramidal, yang dapat mengakibatkan perpanjangan masa unit perawatan postanesthesia (Postanesthesia Care Unit/ PACU).
Dopamin selektif D2/D3 -antagonist amisulpride telah digunakan sebagai antipsikotik oral selama lebih dari 30 tahun dan terkenal dengan efek sampingnya yang menguntungkan. Baru-baru ini terbukti sebagai antiemetik yang efektif dan aman bila diberikan secara intravena pada dosis yang sangat rendah.
Karena antiemetik dopaminergik jarang digunakan saat ini untuk mual pasca operasi atau profilaksis muntah. Sehingga potensinya sangat menarik bila digunakan sebagai antiemetik.
Pasien yang menggunakan Amisulpride (BARHEMSYS®) hanya mengalami lebih sedikit mual/ muntah, sehingga kurang membutuhkan obat tambahan untuk mencegah atau mengobati PONV.
Menurut (Kranke dkk. (2018). Amisulpride intravena aman dan efektif sebagai profilaksis mual dan muntah pasca operasi ketika diberikan dalam kombinasi dengan antiemetik dari kelas lain ke pasien dewasa yang berisiko tinggi untuk menderita mual dan muntah pasca operasi yang menjalani operasi elektif di bawah anestesi umum inhalasi.
Amisulpride (BARHEMSYS®) adalah injeksi yang diberikan langsung ke pembuluh darah (infus intravena) oleh seorang profesional kesehatan selama 1-2 menit. Kekuatan sediaan injeksi Amisulpride (BARHEMSYS®) mengandung 5 mg/ 2 mL (2.5 mg/mL) dalam vial dosis tunggal.
Dosis untuk pencegahan PONV adalah 5 mg sebagai dosis tunggal intravena diberikan pada saat induksi anestesi, sedangkan untuk pengobatan PONV adalah 10 mg sebagai dosis tunggal intravena diinfuskan jika mual dan/ atau muntah setelah prosedur operasi.
Amisulpride adalah selektif antagonis reseptor dopamin-2 (D2) dan dopamin-3 (D3). Reseptor D2 ini terlokasi di Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) dan responnya terhadap pelepasan dopamin dari ujung saraf. Aktivasi rangsangan CTZ kepusat muntah terlibat dalam emesis.
Studi menunjukkan bahwa reseptor D3 di area postrema juga berperan dalam emesis. Amisulpride menghambat emesis yang disebabkan oleh apomorphine, dengan estimasi ED50 kurang dari 1 mcg/kg, subkutan, dan menghambat cisplatin yang diinduksi emesis pada 2 mg/kg dan emesis yang diinduksi morfin pada 3- 6 mg/kg, bila diberikan intravena.
Amisulpride tidak memiliki afinitas yang cukup untuk jenis reseptor lain selain afinitas rendah untuk reseptor 5-HT2B dan 5-HT7.
Amisulpride (BARHEMSYS®) dapat menyebabkan masalah irama jantung yang serius karena perpanjangan heart electrical activity (perpanjangan QT).
Efek samping yang paling umum dari Amisulpride (BARHEMSYS®) adalah peningkatan kadar hormon prolaktin dalam darah, menggigil, kadar kalium rendah, tekanan darah rendah selama infus, dan distensi perut serta nyeri di tempat infus.
Obat ini dapat berinteraksi antagonis dengan agonis Dopamin (misalnya, Levodopa), dan dapat menyebabkan perpanjangan QT sehingga perlu dihindari penggunaan bersama dengan obat lain yang diketahui dapat memperpanjang QT (misalnya, Droperidol, Ondansentrol).
FDA menyetujui Amisulpride (BARHEMSYS®) berdasarkan bukti dari 4 uji klinis dari 2.323 pasien yang menjalani operasi atau mengalami mual dan muntah setelah operasi.
Uji coba dilakukan di 80 lokasi di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa. Hal tersebut untuk mengevaluasi manfaat dan efek samping dari Amisulpride (BARHEMSYS®).
Uji klinis 1 dan 2 dilakukan pada pasien yang dijadwalkan untuk operasi. Pasien tersebut secara acak ditugaskan untuk menerima Amisulpride (BARHEMSYS®) atau obat plasebo pada awal anestesi umum. Sedangkan uji klinis 3 dan 4 dilakukan pada pasien yang mengalami mual dan muntah setelah operasi.
Selanjutnya dihitung jumlah pasien yang tidak muntah dan tidak menggunakan obat tambahan untuk mual atau muntah pada hari pertama (24 jam) setelah perawatan. Hasilnya kemudian dibandingkan Amisulpride (BARHEMSYS®) dengan plasebo.
Disini baik pasien maupun penyedia layanan kesehatan tidak tahu perawatan mana yang diberikan sampai setelah uji coba selesai. Plasebo disini adalah jenis obat kosong yang tidak mengandung zat aktif dan tidak dapat memberikan efek apa pun terhadap kesehatan. Plasebo bisa berbentuk pil, suntikan, atau beberapa jenis lain.
Amisulpride (BARHEMSYS®) adalah antagonis reseptor dopamine-2 (D2). Nama kimianya adalah 4-Amino-N-[(1-ethyl-2-pyrrolidinyl) methyl]-5(ethylsulfonyl)-o-anisamide atau C17H27N3O4S. Amisulpride berbentuk serbuk kristal putih atau hampir putih. Ini praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etanol dan bebas larut dalam metilen klorida,. memiliki bobot molekul 369.48, titik leleh 126ºC, pH sekitar 5,0 serta osmolalitas produk ini 250-330 mOsmol/ kg. Senyawa ini bersifat rasemat dan tidak menunjukkan rotasi optik dan tidak higroskopis. Belum ada laporan terkait bentuk polimorf amisulpride lainnya.
Setiap 2 mL vial BARHEMSYS mengandung 5 mg amisulpride; 18,7 mg asam sitrat monohydrate; 3,6 mg natrium klorida; 32,64 mg trisodium sitrat dihidrat; asam hidroklorat dan natrium hidroksida untuk menyesuaikan dengan pH(4,75- 5,25); dan air untuk injeksi (WFI).
Jika terjadi perpanjangan QT seperti merasakan perubahan detak jantung, pusing, maka intruksikan pasien untuk segera menghubungi penyedia layanan kesehatan. Anjurkan pasien untuk melaporkan ke penyedia layanan kesehatan jika pasien menggunakan obat yang dapat memperpanjang interval QT.
Pada ibu menyusui yang menggunakan obat ini, paparannya terhadap bayi dikurangi melalui pemompaan dan pembuangan ASI selama 48 jam setelah pemberian Amisulpride (BARHEMSYS®).
Larutan dosis tunggal vial Amisulpride (BARHEMSYS®) ini jernih, tidak berwarna dan steril. Tidak perlu dilakukan pelarutan sebelum administrasi. Obat ini kompatibel secara fisika dan kimia dengan air untuk injeksi (WFI), injeksi dextrose 5%, dan NaCl 0,9%.
Baik disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya. Amisulpride (BARHEMSYS®) diberikan dalam waktu 12 jam setelah vial dilepas dari karton pelindung.
Referensi:
Habib, A. S., Kranke, P., Bergese, S. D., Chung, F., Ayad, S., Siddiqui, N., Motsch, J., Leiman, D. G., Melson, T. I., Diemunsch, P., Fox, G. M., & Candiotti, K. A. (2019). Amisulpride for the Rescue Treatment of Postoperative Nausea or Vomiting in Patients Failing Prophylaxis: A Randomized, Placebo-controlled Phase III Trial. Anesthesiology, 130(2), 203–212. https://doi.org/10.1097/ALN.0000000000002509
https://www.fda.gov/drugs/development-approval-process-drugs/drug-trials-snapshots-barhemsys
Kranke, P., Bergese, S. D., Minkowitz, H. S., Melson, T. I., Leiman, D. G., Candiotti, K. A., Liu, N., Eberhart, L., Habib, A. S., Wallenborn, J., Kovac, A. L., Diemunsch, P., Fox, G., & Gan, T. J. (2018). Amisulpride Prevents Postoperative Nausea and Vomiting in Patients at High Risk. Anesthesiology, 128(6), 1099–1106. https://doi.org/10.1097/aln.0000000000002133
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…