Majalah Farmasetika – Sebagai anak farmasi, tentunya sudah mengetahui apa itu sediaan suspensi itu, tapi dengan masyarakat awam? mereka belum tentu mengetahui, sebagaian dari mereka hanya mengetahui sediaan oral itu dalam bentuk tablet, kapsul, dan sirup. Terlebih terkait bagaimana parameter kestabilaan obat dalam bentuk suspensi.
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa dan merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinu atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, Dengan kata lain, suspensi merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut (pendispersi) dan zat yang dilarutkan (terdispersi).tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu.
Contoh suspensi oral adalah obat-obat antasida cair seperti Alumina dan Mangnesida (Aludrox Oral Suspension), Alumina dan Magnesium Trisilikat(Alma-Mag liquid), Magaldrat(Riopan oral suspension) , Aluminia Magnesia dan Kalsium karbonat(Camalox), Obat cacing/Antelmintik
Suspensi oral pirantel Pamoat (Antiminth oral 250 mg/5ml suspension), tiabendazol(Mintezol Oral 500 mg/5ml), dan Obat Antibakteri seperti Suspensi oral sulfametoksazol (Gantanol Suspension), Sulfisoksazol Asetil (Gantrisin Syrup 500 mg/5 ml dan gantrisin Pediatric Suspension).
Ada beberapa jenis obat-obatan tertentu yang tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil dalam disuspensi sehingga dibuat suspensi oral untuk menjamin stabilitas obat, beberapa pasien (pasien anak) lebih suka obat bentuk cair (sirup,suspensi, atau emulsi) dari pada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), bentuk cair memudahkan pasien untuk menelan obat, pemberian dosis takaran obat dalam bentuk cair lebih mudah dari pada bentuk padat terutama untuk pasien anak-anak, dan menghilangkan atau menutupi rasa tidak enak (pahit) dari jenis-jenis obat tertentu, misalnya kloramfenikol yang rasanya sangat pahit, bila dalam bentuk suspensi ada tambahan zat pemanis lainnya sehingga disukai anak-anak.
Kesulitan dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh medium suspensi, yang artinya, suspensi merupakan suatu sistem yang tidak dapat bercampur. Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang menjadi kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi kembali dengan sedikit pengocokan saja.
Pembentukan suspensi terdiri dari dua sistem yaitu sistem flokulasi dan sistem deflokulasi. Dalam flokulasi dan deflokulasi, peristiwa memisahnya (mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisper dan fase pendisper terjadi dalam rentang waktu yang berbeda. Dimana pada flokulasi terpisahnya dua fase tersebut lebih cepat dibandingkan dengan deflokulasi. Namun, endapan dari flokulasi dapat didispersikan kembali sedangkan endapan deflokulasi tidak karena telah terbentuk caking, hal ini disebabkan oleh ukuran partikel pada suspensi yang terdeflokulasi sangat kecil, hingga membentuk ikatan antar partikel yang erat dan padat.
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah suspending agent. Penggunaan suspending agent bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang stabil. Suspensi yang stabil harus tetap homogen, partikel benar-benar terdispersi dengan baik dalam cairan, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok endapan harus cepat terdispersi kembali beberapa suspending agent yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi adalah Pulvis Gummi Arabici. CMC Na (Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus). Beberapa Alasan pemilihan suspending agent karena mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya, tidak merubah struktur kimia, bersifat alami, dan dapat menghindari pengendapan.
Volume sedimentasi diamati dari hari pertama sampai beberapa waktu. Suspensi tersebut diukur tinggi sedimen akhir (Hu) dan tinggi suspensi awal (Ho). Volume sedimentasi merupakan perbandingan antara tinggi sedimen akhir dengan tinggi suspensi awal.
Viskositas ditetapkan dengan viskosimeter elektrik pada suhu 25 °C. viskositas yang sesuai menghasilkan sediaan suspense yang baik karena sediaan jadi lebih mudah dituang.
Suspensi dituang dari botol dengan kemiringan kurang lebih 450, waktu yang diperlukan untuk mencapai volume tertentu dicatat. Waktu yang di gambarkan saat penuangan suspense juga akan menggambarkan nilai viskositas suspensi tersebut.
Ukuran partikel ditentukan secara mikroskopis. Ukuran partikel juga menentukan system suspensi pada suatu sediaan.
Suspensi yang telah disimpan dikocok dengan kecepatan tertentu menggunakan alat penggojok. Waktu yang diperlukan untuk terdispersi kembali dicatat. Kemampuan terdispersi kembali oleh suatu sediaan suspense merupakan parameter penting yang menggambarkan stabilitas suspensi.
Peranan ahli farmasi terhadap stabilitas suatu sediaan obat sangatlah penting, baik obat-obatan yang bentuk padat hingga sediaan yang berbentuk cair. Dilihat dari tingkat ketidakstabilan senyawa obat, sediaan cair merupakan sediaan yang cenderung tidak stabil dan lebih mudah mengalami ketidakstabilan fisik maupun kimia.
Dalam pembuatan sediaan suspensi ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang farmasis untuk menjaga kestabilan sediaan yang dibuat yaitu suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki, suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi, viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari wadah, partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan hasil jadi yang baik dan tidak kasar.
Untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang stabil pada umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara pengujian tertentu ataupun pengamatan secara visual. Kerusakan pada sediaan suspensi bisa dilihat dari perubahan organoleptik (rasa, bau, dan warna) juga terlihat ketika ada perubahan suhu maka terjadi pertumbuhan Kristal pada sediaan suspensi dan juga memperlambat penimbunan partikel (memperkecil laju endap zat terdispersi) serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Disarankan untuk para konsumen untuk memperhatikan cara penggunaan dan penyimpanan obat. Untuk sediaan suspensi dilakukan pengocokan terlebih dahulu agar sediaan homogen. Untuk penyimpanan sediaan suspensi disimpan pada tempat yang kering dan tidak terpapar cahaya matahari secara langsung. Sebelum mengkonsumsi obat, pasien harus melihat kondisi obat terlebih dahulu dengan melakukan pengecekan secara visual dan memperhatikan tanggal kadaluarsa.
Referensi :
Anief, M, 2000, Farmasetika, 2000, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 1995, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press; Jakarta
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, penerjemah Farida Ibrahim. Pernebit : UI. Jakarta.
Chasanaha N., Ika Trisharyanti DK, Peni Indrayudhaa., 2015. Formulasi Suspensi Doksisiklin menggunakan Suspending Agent Pulvis gummi arabici: Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lachman Leon, 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Nash, A. R., 1996, Pharmaceutical Suspensions, in Herbert A. Lieberman, Martin M. Rieger, Gilberts, Banker, Pharmeceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Vol. 2, New York.
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta.
Martin, A. 2008.Farmasi Fisika, Buku I. UI Press : Jakarta
Sinko, P. 2011. Farmasi Fisika, Buku II. UI Press : Jakarta
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…