Majalah Farmasetika – Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penularan COVID-19 melalui udara (airborne), artinya virus penyebab COVID-19 dibawa aerosol bukan droplet yang selama ini dibahas para peneliti.
Peraih Habibie Award dan penemu rompi anti kanker, Warsito Purwo Taruno, melalui akun facebook pribadinya memberikan ulasan berdasarkan studi terbaru (29/7/2020).
Menurutnya, aerosol pembawa virus relatif lama dan jauh. Dengan adanya aerosol social distancing tidak cukup, masker penting terutama di dalam ruangan. Permukaan terkontaminasi bisa menjadi aerosol.
Dengan kasus total melebihi 16 jt seluruh dunia, tambah rata-rata 200rb kasus per hari, dengan jumlah kematian melebihi 600rb, tambah rata-rata 4000 orang per hari, kemungkinan cara kita menghadapi COVID-19 selama ini adalah salah.
Hasil riset terbaru menunjukkan bahwa aerosol penyebab penyebaran virus melalui udara bisa diproduksi saat orang bicara, batuk atau bersin. Sehingga penyebaran melalui udara menjadi sangat mungkin, terutama di dalam ruangan tertutup.
Penanganan penyebaran oleh oerosol sangat berbeda dibanding kalau penyebaran hanya melalui droplet (semburan partikel air saat batuk/bersin). Peran memakai masker menjadi sangat penting, baik di luar maupun di dalam ruangan.
Tetapi masker untuk menghadapi aerosol (partikel padat sub-mikron mengandung virus) berbeda dengan untuk menghadapi droplet (partikel air ukuran 1/2 hingga beberapa mili). Umumnya masker yang bisa dipakai (termasuk masker bedah), hanya untuk melindungi diri dari droplet.
Riset terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Chicago, IL, AS, menunjukkan bahwa ketika ukuran aerosol di bawah 300 nm, kemampuan filtrasi masker setingkat N95 pun bisa menurun hingga di bawah 50%. Sementara itu ukuran virus corona satuan adalah 60-140 nm. Satuan virus bisa terjadi kalau dalam bentuk aerosol. Ukuran virus ini jauh lebih kecil dari ukuran terkecil yang mampu difilter oleh masker N95.
Untuk masker bedah umum rata-rata ukuran lubang filter adalah 50-60 mikron. Hasil riset tim peneliti Universitas Ilinoi menunjukkan kemampuan filtrasi masker bedah terhadap partikel aerosol di bawah 300 nm rata-rata hanya mencapai 40-70%.
Untuk masker kain, kemampuan filtrasi terhadap aerosol bervareasi antara 5-95%. Kemampuan terbaik masker kain ditunjukkan oleh kombinasi masker katun/sutera atau katun/kain flanel. Kemampuan filtrasi kombinasi kain ini mencapai rata-rata di atas 90% untuk partikel aerosol dengan ukuran hingga 10 nm sekali pun.
Data di atas adalah dengan catatan bahwa masker dipakai TANPA GAP, terutama pada lekuk hidung dan bagian pipi. Apabila masker dipakai dengan gap (TIDAK RAPAT) kemampuan filtrasi bisa berkurang hingga separoh dari kemampuan filtrasi optimal di atas.
Di dalam laporan hasil riset yang dipublikasikan di ACS Publications itu dijelaskan bahwa kemampuan filtrasi yang tinggi (rata-rata di atas 90%) yang ditunjukkan oleh gabungan masker kain yang melebihi masker standar medis seperti N95 disebabkan oleh efek gabungan filtrasi mekanik (ukuran lubang kain) dan efek filtrasi elektrostis.
Efek filtrasi elektrostatis adalah kemampuan bahan filter yang mengandung listrik statis untuk menarik atau menolak partikel yang bermuatan berlawanan. Perlu diketahui bahwa virus corona secara fisika adalah partikel dengan muatan dominan positif. Virus bisa menempel ke sel tubuh manusia karena gaya tarik listrik statis, yaitu karena sel tubuh manusia bermuatan dominan negatif.
Bahan filter seperti katun mempunyai muatan yang cenderung negatif, sehingga mudah menarik partikel virus yang bermuatan positif. Karenanya katun tenun (seperti yang dipakai oleh Perdana Menteri Jepang yg dijuluki Abeno Mask) mempunyai performa filtrasi tinggi (rata-rata di atas 90%).
Ini TIPS buat Anda: Apa pun masker yang Anda pakai, tambahkan kertas tissue beberapa lembar di dalamnya.
Kenapa? Kertas tissue (bukan tissue basah) mengandung listrik statis tinggi (negatif), mudah menyerap partikel virus yang bermuatan positif. Karenanya tissue adalah salah satu bahan untuk masker terbaik guna menghadapi aerosols.
Tapi cukup sekali pakai buang saja kalau pakai masker tissue, jangan dicuci ulang.
Sumber :
If the coronavirus is really airborne, we might be fighting it the wrong way https://www.technologyreview.com/2020/07/11/1005087/coronavirus-airborne-fighting-wrong-way/
Konda et al, Aerosol Filtration Efficiency of Common Fabrics Used in Respiratory Cloth Masks ACS Nano 2020, 14, 5, 6339–6347 Publication Date:April 24, 2020
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3662578720436247&id=100000524667839
Majalah Farmasetika - Obat tradisional telah digunakan secara turun-temurun sebagai alternatif atau pelengkap dalam pengobatan…
Majalah Farmasetika - Industri farmasi memiliki tanggung jawab besar dalam memproduksi obat yang aman, efektif,…
Majalah Farmasetika - FDA telah menyetujui vimseltinib (Deciphera Pharmaceuticals) untuk pengobatan pasien dewasa dengan tenosynovial…
Majalah Farmasetika - FDA telah memberikan penunjukan fast track (FTD) untuk 67Cu-SAR-bisPSMA (Clarity Pharmaceuticals), yang…
Majalah Farmasetika - FDA telah menyetujui tablet chenodiol (Ctexli; Mirum Pharmaceuticals) untuk pengobatan cerebrotendinous xanthomatosis…
Majalah Farmasetika - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) secara resmi memberikan penunjukan…