Majalah Farmasetika – Hasil uji klinik yang memiliki efektivitas yang baik pada fase 1 dan 2 merupakan faktor utama memilih kandidat vaksin COVID-19 dari perusahaan asal Tiongkok, Sinovac.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K), M.M., saat menyampaikan orasi ilmiah pada Upacara Peringatan Dies Natalis ke-63 Universitas Padjadjaran, Jumat (11/9).
“Mereka (Sinovac) sudah lakukan uji klinis (vaksin) fase I dan II. Kita tinggal lakukan lanjutan uji klinis fase III,” ujar Prof. Kusnandi dikutip dari laman Unpad.
Berdasarkan hasil dari uji fase I dan II, Indonesia pun menjadi salah satu negara yang melakukan uji klinis fase III dari vaksin Sinovac ini, bersama dengan negara Brazil, India, Bangladesh, dan Turki. Dalam pelaksanaannya, Unpad dipercaya PT. Bio Farma sebagai eksekutor dari uji klinis fase III.
“Karena hasil uji klinis fase I dan II baik, kita lebih pede lakukan uji klinis (fase III),” kata Prof. Kusnandi.
Guru Besar bidang ilmu kesehatan anak ini menerangkan, saat ini dunia berlomba membuat vaksin Covid-19. Ada banyak calon vaksin, salah satunya adalah vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac.
Vaksin Sinovac memiliki perbedaan dengan calon vaksin Covid-19 lainnya. Prof. Kusnandi mengambil contoh perbedaan dengan vaksin AstraZeneca. Vaksin AstraZeneca dikembangkan dari dua virus hidup, yaitu adenovirus yang disuntikkan dengan Coronavirus.
Saat disuntikkan ke relawan, ditemukan kondisi di mana tubuh relawan “tidak cocok” dengan vaksin AstraZeneca, sehingga menyebabkan efek samping.
Berbeda halnya dengan vaksin asal Sinovac, vaksin ini dikembangkan dari virus Corona yang dimatikan, sehingga peluang untuk menyebabkan penyakit sangat kecil. Meski demikian, vaksin ini memiliki imunogenitas yang kurang baik, sehingga tim uji klinis harus menyuntikkan vaksin sebanyak 2 kali kepada relawan.
“Pada uji klinis di Indonesia ini kita melakukan 2 kali penyuntikan dengan jarak 14 hari,” papar Prof. Kusnandi.
Prof. Kusnandi menegaskan bahwa tim uji klinis vaksin Covid-19 di Unpad mengikutsertakan banyak ahli kedokteran dan penasehat medis. Total ada 102 tim medis yang ikut serta.
“Moga-moga kami dapat berhasil,” tutup Prof. Kusnandi yang juga menerima Anugerah Padjadjaran Utama pada acara Dies Unpad ke-63.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad ini menngungkapkan, sejak 2002 hingga sekarang, Unpad merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang melakukan uji klinis vaksin. Hampir semua vaksin yang beredar di Indonesia, uji klinisnya dilakukan oleh Unpad.
“Mulai 2002 sampai sekarang, vaksin yang dilakukan di Indonesia, uji klinisnya di Unpad,” tegasnya saat menyampaikan orasi ilmiah pada Upacara Peringatan Dies Natalis ke-63 Universitas Padjadjaran, Jumat (11/9).
Sekira 30 jenis vaksin berhasil dilakukan uji klinis oleh Prof. Kusnandi Rusmil dan tim dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad. Tentunya, proses uji klinis vaksin ini mengikuti alur perencanaan dan produksi vaksin yang sudah ditetapkan di Indonesia.
Prof. Kusnandi menjelaskan, langkah awal adalah melakukan perencaan penggunaan vaksin oleh Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, Bio Farma bertugas memproduksi contoh vaksin.
Begitu contoh tersedia, Bio Farma langsung mengontak FK Unpad dan Rumah Sakit Hasan Sadikin untuk melakukan uji klinis vaksin. Uji klinis kemudian dilakukan oleh Prof. Kusnandi Rusmil dan tim.
“Selesai uji klinis, saya akan bilang ke Bio Farma kalau saya sudah selesai lakukan uji klinis vaksin. Silakan lihat hasilnya di Clinicaltrials.gov, ada semuanya di situ,” ujar Prof. Kusnandi Rusmil.
Karena itu, akademisi berperan penting dalam pengembangan vaksin Covid-19. Selain melakukan uji klinis vaksin, akademisi juga berperan menyumbangkan ide dan mengedukasi masyarakat tentang vaksin Covid-19.
“Akademisi melakukan edukasi kepada masyarakat yang masih berpikiran negatif terhadap keberadaan vaksin,” tutupnya.
Sumber :
Unpad Satu-satunya Perguruan Tinggi yang Lakukan Uji Klinis Vaksin di Indonesia https://www.unpad.ac.id/2020/09/unpad-satu-satunya-perguruan-tinggi-yang-lakukan-uji-klinis-vaksin-di-indonesia/
Prof. Kusnandi Rusmil Ungkap Alasan Indonesia Kembangkan Vaksin Covid-19 Asal Tiongkok https://www.unpad.ac.id/2020/09/prof-kusnandi-rusmil-ungkap-alasan-indonesia-kembangkan-vaksin-covid-19-asal-tiongkok/
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…