Zat Aktif

Mengenal Allopurinol dan Febuxostat sebagai Penurun Kadar Asam Urat

Majalah Farmasetika – Pirai (Gout) merupakan penyakit progresif akibat deposisi kristal monosodium urat (MSU) di bagian sendi, ginjal, dan jaringan ikat lainnya sebagai akibat dari keadaan hiperurisemia (kelebihan asam urat) yang berlangsung kronik. Kristal MSU ini terbentuk dari asam urat sebagai komponen utama.

Apa itu asam urat?

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin, sehingga perlu dikeluarkan dari tubuh. Kadar normal asam urat normal adalah <7 mg/dL pada pria dan <6 mg/dL pada wanita. Sekitar 90% penyakit asam urat disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengeluarkan asam urat secara tuntas dari tubuh melalui urin.

Peningkatan asam urat bisa terjadi akibat peningkatan asupan makanan yang tinggi purin. Konsumsi makanan tinggi purin seperti yang terdapat dalam seafood, jeroan, daging, dan protein hewani lainnya semakin meningkatkan pembentukan asam urat di dalam tubuh.

Cara mengurangi kadar asam urat dalam tubuh

Ada beberapa cara untuk mengurangi kadar asam urat dalam tubuh, yaitu dengan diet makanan rendah purin dan konsumsi obat yang dapat menurunkan kadar asam urat (allopurinol dan febuxostat). Sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein hewani rendah purin yang berasal dari susu, keju, dan telur.

Selain itu, sangat disarankan untuk membatasi konsumsi lemak karena lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Contoh makanan yang mengandung banyak lemak adalah makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega, dan santan. Pasien juga disarankan untuk banyak minum air putih, minimal 2,5 liter/hari karena konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.

Terapi asam urat dengan allopurinol dan febuxostat

Allopurinol merupakan obat keras golongan urikostatik. Allopurinol bekerja menurunkan kadar asam urat dalam darah dengan cara menghambat kerja enzim xantin oksidase, yaitu enzim berperan dalam pembentukan asam urat, sehingga pembentukan asam urat terhambat. Allopurinol memiliki efek samping berupa kulit kemerahan (skin rash), reaksi alergi (hipersensitif), mual, dan muntah.

Selain Allopurinol, obat lain yang juga bekerja menghambat xanthine oksidase adalah febuxostat. Febuxostat merupakan golongan obat keras urikostatik dan pertama kali diedarkan di Indonesia pada tahun 2018 setelah mendapat persetujuan dari BPOM. Ada sejumlah efek samping yang dapat muncul ketika mengonsumsi Febuxostat. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah munculnya diare dan mual. Pada beberapa kasus, muncul efek samping lain yang lebih serius bisa berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, serta munculnya nyeri pada perut (rhabdomyolysis), namun efek samping ini tidak selalu muncul.

Terdapat sejumlah perbedaan antara allopurinol dan febuxostat. Allopurinol dan metabolitnya tidak hanya menghambat kerja enzim xantin oksidase, melainkan juga menghambat enzim yang berperan dalam metabolisme purin dan pirimidin yang penting dalam pembentukan sel. Sedangkan Febuxostat hanya berperan menghambat kerja enzim xantin oksidase.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Febuxostat dengan dosis 80 mg sehari mampu menurunkan kadar asam urat hingga 72 persen. Sedangkan allopurinol dengan dosis 300 mg sehari hanya mampu menurunkan kadar asam urat sebesar 42 persen.  Selain itu, pada penelitian lain yang dilakukan terhadap pasien di benua asia, efek samping reaksi alergi pada kulit yang disebabkan oleh febuxostat lebih rendah dibandingkan dengan allopurinol.

Bila membandingkan ketersediaan dan harganya, Allopurinol tersedia dalam 2 dosis (100 mg dan 300 mg) dan dalam 2 jenis (obat bermerek dan obat generik). Harga Allopurinol tergolong terjangkau (Rp. 500 – Rp. 6000 per tablet). Sedangkan Febuxostat tersedia dalam 2 dosis, yaitu dosis 40 mg dan 80 mg, dan baru tersedia sebagai obat bermerek. Harga Febuxostat lebih tinggi dibandingkan Allopurinol, yakni sekitar Rp. 20.000 – Rp. 30.000 per tablet.

Kesimpulan

Asam urat merupakan hasil metabolisme dari tubuh, sehingga perlu dikeluarkan melalui urin/air seni. Ada 2 cara untuk mengurangi kadar asam urat dalam tubuh, yaitu melalui perubahan pola makan (diet) dan konsumsi obat.

Allopurinol dan Febuxostat merupakan obat yang mampu menurunkan kadar asam urat. Dalam pemilihan kedua obat tersebut, perlu pertimbangan dalam berbagai hal, yaitu efektivitas, efek samping, harga, dan ketersediaan obat tersebut. Kombinasi antara diet dan konsumsi obat diharapkan mampu menurunkan kadar asam urat secara optimal.

Sumber :

Anggraini, Tiara, dkk. 2016. Treatment of Gout Arthritis and Hypertension in 70 Years Old Grnny Through Family Medicine Approach.Vol 5, No.2.

Becker, M.A., dkk. 2006. Febuxistat Compared with Allopurinol in Patients wuth Hyperuricemia and Gout. New England Journal of Medicine.

https://www.ebmconsult.com/articles/allopurinol-febuxostat-zyloprim-uloric-uric-acid-gout-mechanism (diakses 20 oktober 2020 pukul 23.26 WIB)

IBM Micromedex Drug Reference (diakses tanggal 17 oktober 2020 pukul 01.00 WIB).

Liu, Cheng-Wei, dkk. 2019. The Net Clinical Benefits of Febuxostat Versus Allopurinol in Patients with Gout or Asymptomatic Hyperuricemia – A Systematic Review and Meta-Analysis. Elsevier.

Perhimpunan Rheumatologi Indonesia. 2018. Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout. ISBN: 978-979-3730-31-8.

Rezapour, Aziz., dkk. 2020. Cost-effectiveness of Allopurinol Versus Febuxistat in the Treatment of Gout Patients: A Systematic Review.

Salluy, Priscillia. 2019. Analisis Perbandingan Asam Urat Berdasarkan Pola Makan Pada Vegetarian dan Non Vegetarian di Minahasa. Vol.5, No.1.

Penulis : Bambang Tri Laksono, Fathiah Olpah Siara, Khairiatul Ummah. Mahasiswa Pascasarjana dari Magister Farmasi Sekolah Farmasi ITB.

Bambang Tri Laksono

Share
Published by
Bambang Tri Laksono

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

3 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago