Majalah Farmasetika – Program Studi (Prodi) Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran (Unpad) membuka Program Magister Farmasi melalui riset (S2 by research) pertama di Indonesia mulai semester genap tahun ajaran 2020/2021.
Dekan Fakultas Farmasi Unpad, Prof. apt. Ajeng Diantini, MS., menuturkan bahwa adanya berbagai konsentrasi program Magister Farmasi Unpad adalah untuk merespon perkembangan kebutuhan pekerjaan kefarmasian saat ini, yang masing-masing membutuhkan kompetensi berbeda dalam mendukung spesifikasi lingkup pekerjaannya.
Dikutip dari laman resminya, konsentrasi tersebut adalah :
“Saat ini kualitas publikasi ilmiah pada jurnal internasional bereputasi yang dihasilkan oleh dosen dan peneliti Fakultas Farmasi Unpad sudah dapat bersaing dengan publikasi yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi di luar negeri, sehingga kami menawarkan program Magister by research yang mengarusutamakan riset sebagai delivery method nya.” Jelas Prof. Ajeng kepada redaksi Majalah Farmasetika (25/10/2020).
Menurutnya, program pasca sarjana by research ini sebelumnya telah berhasil diimplementasikan pada program Doktor by research yang telah menghasilkan lulusan dengan publikasi pada jurnal internasional bereputasi.
“Dengan best practice pada pengelolaan S3 by research, kami membuka program by research pada program studi Magister di Fakultas Farmasi Unpad dengan persyaratan tertentu pada calon mahasiswanya” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Prodi Magister Farmasi, Dr. apt. Aliya Nur Hasanah, M.Si, menjelaskan bahwa program S2 by Research bidang farmasi belum ada di Indonesia.
“Konsep inti kurikulum masih sama dengan by course, karena ini ada di program studi yang sama, tetapi diatas 70% SKS yang harus dipenuhi mahasiswa agar bisa lulus program ini berkaitan dengan riset, salah satunya adalah publikasi artikel ilmiah yang mencapai 10 SKS” ujar Aliya (25/10/2020).
Aliya menjelaskan bahwa calon mahasiswa by research bisa memilih perkuliahan dengan metode Massive Online Open Course (MOOC).
“Tidak mudah untuk masuk S2 by research karena ada ujian CBT terkait keilmuan dan bagi praktisi yang sedang atau sudah bekerja diutamakan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk fresh graduate yang memang memiliki kemampuan dalam riset” lanjutnya.
Selain itu, ada perbedaan juga pada syarat kelulusan.
“Syarat kelulusannya berbeda, kalau by course cukup di jurnal nasional terakreditasi minimal sinta 3 , sedangkan by research harus jurnal internasional yang terindeks scopus.” Tutupnya. (Red./NW).
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…