Majalah Farmasetika – Tren kecantikan dari tahun ke tahun tak pernah ada habisnya, maraknya perbincangan skin care menyebabkan pertumbuhan industri farmasi khususnya bidang kecantikan di tanah air meningkat pesat. Dari data yang dilansir Kemenperin.go.id bahwa pemerintah mencatat ada 797 industri kosmetik besar dan industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia.
Angka ini naik dari 760 perusahaan pada tahun 2019. Dari 797 industri kosmetik nasional, terdapat 294 industri terdaftar di Baclan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Secara umum sistem penghantaran konvensional mampu melepaskan zat aktif secara cepat sesuai dosis yang diberikan, selain menjadi poin utama dari kelebihannya hal ini juga menjadi faktor kekurangan karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi yang sangat cepat sehingga efek samping sulit untuk diminimalisir.
Oleh karena itu, pada artikel ini membahas terkait peran polimer dalam penghantaran obat, pengaplikasian polimer, responsif polimer terhadap sistem penghantaran obat, aplikasi polimer dalam kosmetik, dan aplikasi nyata dalam kosmetika Indonesia.
Penghantaran obat yang ditargetkan merupakan metode pemberian obat kepada pasien guna meningkatkan konsentrasi obat di pada lokasi tertentu. Sistem ini didasarkan pada pengobatan nanopartikel, yang dirancang untuk menutupi kekurangan dari penghantaran obat konvensional.
Partikel nano dimuat dengan zat aktif dan ditargetkan untuk bagian-bagian tertentu dari tubuh menujujaringan yang sakit sehingga menghindari interaksi dengan jaringan sehat. Tujuan dari sistem penghantaran obat tertarget adalah untuk memperpanjang terapi, melokalisasi, menargetkan dan interaksi obat dapat dilindungi.
Pada sistem penghantaran obat konvensional yaitu penyerapan obat melalui lintasan membran biologis, sedangkan pada sistem rilis yang ditargetkan yaitu dengan melepaskan obat dalam bentuk sediaan. Keuntungan dari sistem penghantaran obat tertarget yaitu pada beberapa obat, perubahan ukuran hingga ke ukuran nano dapat meningkatkan kestabilan, kelarutan, dan penyerapan obat.
Perkembangan obat modern dimulai dengan penggunaan polimer demi mendapatkan efek terapi yang baik pada suatu produk, salah satunya adalah sistem penghantaran obat tertarget dengan pelepasan terkontrol yaitu enkapsulasi. Enkapsulasi telah banyak dikembangkan di bidang kecantikan karena metode ini mampu menjaga stabilitas, meningkatkan kelarutan dan penyerapannya melalui dispersi ukuran serta penjerapan yang efisien sehingga minim efek samping dan aman digunakan untuk kulit sensitif. Namun penggunaan polimer yang tidak tepat dapat menyebabkan ukuran partikel yang lebih besar dari yang diharapkan sehingga penjerapannya menjadi lebih kecil dan efek terapinya kurang optimal.
Polimer merupakan suatu bahan kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari – hari misalnya plastik, karet, serat, dan nilon. Beberapa senyawa penting dalam tubuh makhluk hidup juga termasuk polimer, contohnya karbohidrat (polisakarida), protein, dan asam nukleat. Polimer sintesis mulai dikenal pada tahun 1925, hingga saat ini teknologi polimer mengalami perkembangan pesat terutama pada sistem penghantaran obat yang didorong oleh inovasi para insinyur kimia. Kemajuan modern dalam pemberian obat sekarang didasarkan pada desain polimer yang disesuaikan untuk muatan tertentu dan direkayasa untuk menggunakan fungsi biologis yang berbeda. Perkembangan terbaru dalam polimer yang mampu mengenali molekuler atau mengarahkan pengiriman intraseluler yang memajukan teknologi pengiriman obat.
Teknik kompresi, semprotan dan lapis celup, serta enkapsulasi telah banyak digunakan dalam industri farmasi untuk menggabungkan zat aktif dengan polimer. Polimer tersebut meliputi turunan selulosa, polietilen glikol (PEG), dan poli N-vinil pirolidon. Dari konteks pemberian obat, polimer dapat dikategorikan menjadi sistem difusi terkontrol yang sederhana biasanya, diaktifkan oleh pelarut (sediaan yang dikendalikan dengan pembengkakan terkontrol), dikendalikan secara kimiawi sehingga dapat terurai, maupun sistem yang dipicu secara eksternal misalnya pH dan suhu.
Suhu telah diteliti secara luas sebagai stimulan untuk sistem polimer responsif karena kemudahan modulasi dan penerapannya dalam aplikasi pengiriman obat Pembengkakan gel polimer bergantung pada suhu berdasarkan prediksi teoretisnya. Untuk aplikasi pemberian obat, diinginkan untuk menggeser suhu kritis untuk transisi fase volume ke kisaran suhu tertentu.
PH fisiologis bervariasi secara sistematis di dalam tubuh, Profil pH fisiologis juga akan berubah di antara kompartemen seluler. Misalnya, endosom biasanya menunjukkan nilai pH 5,0–6,8 dan lisosom 4,5–5,5 (58, 59). Juga, diketahui bahwa jaringan yang sakit atau meradang dan menunjukkan profil pH yang berbeda dari jaringan normal. Dengan demikian, para ilmuwan dan insinyur telah melakukan desain polimer yang mampu memanfaatkan variasi pH agar memberikan terapi yang tepat ke tempat aksi intraseluler atau ekstraseluler tertentu. Melalui pemilihan bahan yang bijaksana dan rekayasa arsitektur molekuler yang cermat, sistem pengiriman polimer yang responsif terhadap pH dapat dikembangkan untuk memberikan respons pH dan pelepasan obat yang terkontrol dengan baik.
Polimer yang mengandung keterkaitan labil menghadirkan peluang menarik untuk mengembangkan perangkat pengiriman yang dapat terurai, bidang ini difokuskan pada hubungan asam labil polianhidrida, poli (asam laktat / glikolat), dan poli (β-amino ester). Polimer dengan ikatan silang disulfida telah disintesis sebagai polimer nanogel, dan polipleks ikatan silang inti dan terdegradasi saat terkena sistein atau glutathione. Hubungan disulfida antara bagian PEG hidrofilik dan PPS hidrofobik dari polimer memberikan tingkat kepekaan reduktif yang tinggi.
Polimer alami dan sintetik dapat digunakan dalam pembentukan sistem Enkapsulasi. Syarat utama dari suatu polimer agar dapat digunakan dalam terapi yaitu harus bersifat biodegradabel, biokompatibel, dan non-imunogenik, tujuannya yaitu untuk menghindari efek toksik dalam aplikasinya. Berikut beberapa contok polimer biodegradabel yang telah digunakan dalam sistem enkapsulasi di bidang kecantikan.
Polimer | Kargo | Ukuran
(µm) | Derajat (%) |
Aplikasi |
Granular paraffin wax dan yellow carnauba wax | Retinyl palmitate | 28 | 60 – 80 | Kosmetik |
Gum acacia dan maltodextrin | Minyak lavender | 6.89 – 20.46 | 29.87 – 77.89 | Stabilisasi terhadap degradasi kimiawi dan mencegah penguapan |
Soybean protein | Probiotik | 10 | – | Kosmetik |
Chitosan | Retinol | 0.01 – 0.03 | 60 – 80 | Kosmetik |
Polyglycerol polyricinoleate (PGPR), PGL | Vitamin C | 10 | 50.3 – 90.1 | Kosmetik |
Somethinc merupakan merek produk lokal perawatan kecantikan ternama, dengan salah satu produk Level 1% Retinol®. Retinol 1% dengan teknologi terbaru enkapsulasi yang memiliki stabilitas lebih aman untuk kulit sensitif dan diformulasikan dengan pH setara dengan pH kulit yaitu 5-6, sehingga tidak mengiritasi kulit. Retinol yang dienkapsulasi menembus sel kulit, membelah diri, mendeteksi masalah kulit di lapisan sasaran, dan memperbaiki semua masalah kulit.
Enkapsulasi retinol lebih efektif karena retinol bekerja dari lapisan kulit dalam hingga atas, sehingga dapat membidik area yang tepat dan mencapai hasil yang diinginkan. Dengan teknologi enkapsulasi, retinol tidak mudah menguap ke udara dan terkena sinar UV, sehingga efektifitasnya tetap terlindungi dan tidak mudah teroksidasi.
Peran polimer terhadap tren perkembangan perawatan kecantikan saat ini sangat banyak dimanfaatkan dalam enkapsulasi beberapa zat aktif yang rentan mengiritasi dan teroksidasi, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kestabilan, kelarutan, dan penyerapannya agar lebih aman digunakan semua jenis kulit terutama kulit sensitif.
Sumber
Majalah Farmasetika - Apoteker di seluruh Indonesia, persiapkan diri Anda untuk uji resertifikasi kompetensi apoteker…
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…