Categories: Riset

Komorbid Pengaruhi Tingkat Keparahaan Pasien COVID-19

Majalah Farmasetika – Jenis virus baru yang ditemukan pada akhir tahun 2019 memberikan dampak luar biasa bagi kehidupan manusia. Virus ini bernama SARS-CoV-2 yang disinyalir menyebabkan penyakit menular akibat infeksi saluran pernapasan atau yang biasa dikenal dengan COVID-19.

Pada 11 maret 2020, organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan virus Corona sebagai pandemic karena penularannya yang sangat cepat. Salah satu kelompok yang sangat rentan terpapar virus ini adalah orang dengan penyakit penyerta atau dalam istilah kedokteran disebut komorbid.

Beberapa penyakit penyerta yang umum terjadi yaitu hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung. Melalui Kementerian Kesehatan, pemerintah memberikan perhatian khusus dan serius, dikarenakan tingginya potensi terjadi perburukan klinis apabila terkonfirmasi COVID-19 sehingga meningkatkan risiko kematian.

Patofisiologi utama virus Corona adalah respon proinflamasi berat atau badai sitokin yang terstimulasi saat virus masuk ke tubuh. Angiotensin Converting Enzyme tipe 2 (ACE-2) teridentifikasi sebagai reseptor target terhadap SARS-CoV-2 dan menjadi pintu masuk virus ke sel tubuh manusia. Masuknya virus ke dalam sel memicu respon inflamasi melalui sel T-helper yang memproduksi interferon γ dan berujung pada badai sitokin.

Reseptor ACE-2 diekspresikan oleh sel endothelial dan tersebar di berbagai jaringan berbeda terutama paru-paru, jantung, ileum, ginjal, dan vesika urinaria. Jika ekspresi ACE-2 meningkat, maka dapat menyebabkan kerentanan terhadap infeksi SARS-CoV-2 karena terjadi peningkatan ikatan virus dengan sel target yang memanfaatkan ACE-2.

Pada pasien hipertensi yang menderita COVID-19 terjadi peningkatan ekspresi ACE-2 akibat disfungsi pada sel endotel vascular. Penggunaan ACEi dan ARB sebagai terapi antihipertensi dapat menghambat pembentukan angiotensin II yang berkontribusi terhadap penurunan inflamasi pada paru, jantung, dan ginjal.

Hal tersebut memungkinkan ACEi dan ARB untuk menurunkan potensi perburukan kondisi pada pasien COVID-19 seperti gangguan pernapasan berat akut, miokarditis, atau gagal ginjal akut. Meskipun masih terdapat kontroversi mengenai penggunaan ACEi dan ARB sebagai pilihan terapi antihipertensi pada pasien COVID-19, namun didapatkan bahwa Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS) berperan dalam peningkatan risiko kematian pada pasien COVID-19 dengan hipertensi.

Pada pasien diabetes melitus yang menderita COVID-19, selain terjadi peningkatan ekspresi pada reseptor ACE-2 juga terjadi peningkatan furin, protease membran tipe 1, yang berperan dalam proses masuk virus dan replikasinya.

Gangguan fungsi sel-T dan peningkatan kadar interleukin-6 (IL-6) berperan terhadap respon proinflamasi berat atau badai sitokin. Tingkat keparahan juga terjadi karena memanjangnya waktu pembersihkan virus dari tubuh akibat penghentian aktivitas enzim Dipeptidyl Peptidase IV (DPP4) oleh penggunaan obat antidiabetes. Obat tersebut memiliki aktivitas target pada DPP4 yang meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan kadar gula darah. Sedangkan DPP4 berperan dalam respon imun. Oleh karena itu, terjadi peningkatan risiko kematian pada pasien COVID-19 dengan diabetes melitus.

Pada pasien COVID-19 yang memiliki penyakit kardiovaskular (CVD), terjadi peningkatan kematian sebesar 3,25 kali lipat dibanding pasien tanpa penyakit kardiovaskular. Hal ini terjadi karena infeksi SARS-CoV-2 dapat memicu infark miokard tipe 1, meningkatkan permintaan miokard yang menyebabkan infark miokard tipe 2, atau secara langsung meningkatkan kebutuhan metabolik yang menyebabkan gagal jantung dan kematian.

Mayoritas pasien CVD memiliki tekanan darah yang tinggi, toleransi yang buruk terhadap hipoksia, peningkatan kadar leukosit dan procalsitonin, serta penurunan jumlah limfosit. Tingginya kadar lactate dehydrogenase menjadi salah satu penanda prognostic dari cedera organ dan kematian. Pasien CVD juga memiliki risiko infeksi bakteri dan mungkin mengalami cedera miokard sehingga berisiko meninggal setelah terkena COVID-19. Selain itu, terdapat insiden tinggi sindrom gangguan pernapasan akut sehingga dibutuhkan ventilasi mekanis yang lebih invasif.

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa virus SARS-CoV-2 dapat menyebabkan badai sitokin yang merupakan reaksi dari sel T-helper, hiperkoagulasi atau pengentalan darah, serta kerusakan pada organ terutama paru-paru. Sedangkan penyakit penyerta atau komorbid dapat menyebabkan hiperekspresi Angiotensin Converting Enzyme tipe 2 (ACE-2) sehingga memudahkan virus untuk masuk ke dalam tubuh. Maka dapat disimpulkan bahwa komorbid memiliki pengaruh terhadap pasien COVID-19, baik dalam hal tingkat keparahan maupun kematian.

Daftar Pustaka

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H., … & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45-67.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). 13,2 Persen Pasien Covid-19 Yang Meninggal Memiliki Penyakit Hipertensi. www.Depkes.Go.Id, 8–9

Bajgain, K. T., Badal, S., Bajgain, B. B., & Santana, M. J. (2021). Prevalence of comorbidities among individuals with COVID-19: A rapid review of current literature. American journal of infection control, 49(2), 238-246.

Guo, W., Li, M., Dong, Y., Zhou, H., Zhang, Z., Tian, C., … & Hu, D. (2020). Diabetes is a risk factor for the progression and prognosis of COVID‐19. Diabetes/metabolism research and reviews, 36(7), e3319.

Xu, H., Ai, L., Qiu, C., Tan, X., Jiao, B., Luo, A., … & Yan, L. (2020). COVID-19: a risk factor for fatal outcomes in patients with comorbid cardiovascular disease. Aging (Albany NY), 12(19), 18866.

Balqis F. Ayuni

Mahasiswi Farmasi UNSIKA angkatan 2018

Share
Published by
Balqis F. Ayuni

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago