Majalah Farmasetika – Temuan studi baru melaporkan bahwa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi hepatosit, yaitu sel hati dan dapat merangsang produksi glukosa. Penelitian dipimpin oleh University of São Paulo (USP) di Brazil dan menunjukkan bahwa hal ini dapat menyebabkan hiperglikemia, yang merupakan penyakit seperti diabetes pada pasien yang dirawat di rumah sakit, terlepas dari kadar gula darah normal sebelum dirawat.
Hiperglikemia adalah komplikasi umum pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit yang terjadi terlepas dari riwayat diabetes mereka dan dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih buruk.
Studi tersebut mengonfirmasi bahwa diabetes merupakan faktor risiko bagi pasien dengan COVID-19 dan dapat mengakibatkan tingkat kematian 3,5 kali lebih tinggi untuk individu dengan diabetes tipe 1, dan dua kali lebih tinggi untuk diabetes tipe 2.
Masuknya virus ke dalam sel hati sebagian dimediasi oleh kerja sama antara protein GRP78 dan ACE2 sehingga memungkinkan invasi sel oleh virus ke seluruh tubuh, hadir di permukaan sel hati manusia dalam isoform dengan berat molekul rendah, bukan isoform biasa. Ini adalah salah satu temuan baru para peneliti. Studi sebelumnya menunjukkan sel-sel hati tidak mengekspresikan ACE2.
Pusat Penelitian Penyakit Radang dan Pusat Inovasi dan Diseminasi Penelitian melakukan penelitian dengan 269 orang yang dirawat di unit perawatan intensif Rumah Sakit das Clínicas dan 663 orang yang dirawat dengan kemungkinan COVID-19.
Studi tersebut menemukan bahwa hasil hepatosit primer manusia menunjukkan bahwa sel terinfeksi SARS-CoV-2 dan dalam kedua kasus tersebut virus ditemukan di hepatosit. Namun, virus tersebut tidak membunuh hepatosit, tetapi mampu bereplikasi dan meningkatkan glukosa yang diproduksi.
Menurut rilis berita, para peneliti menggunakan hasil ini untuk menguji senyawa yang mampu menghambat GRP78 dan ACE2. Para peneliti menemukan bahwa metformin dapat membantu pengobatan, karena merupakan obat untuk kadar gula darah tinggi pada diabetes tipe 2.
Penelitian lain menemukan bahwa terapi intensif dengan insulin di rumah sakit tidak serta merta membantu pasien ini. Obat seperti metformin lebih efektif daripada insulin. Tentu saja, metformin bekerja dengan berbagai cara, tetapi ini merupakan jalur potensial untuk memberikan perlindungan tambahan bagi pasien ini.
Temuan menunjukkan metformin dapat membantu individu yang terinfeksi SARS-CoV-2 ketika hiperglikemia hadir.
Reference :
SARS-CoV-2 infects liver, stimulating glucose production and contributing to severe form of COVID-19. EurekAlert!. News release. July 19, 2023. Accessed Aug 2, 2023. https://www.eurekalert.org/news-releases/996151.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…