Categories: Parenteral

XADURO, Antibiotik Kombinasi Sulbactam dan Durlobactam sebagai Terapi Bertarget Patogen Pertama Untuk Mengobati Ventilator-Associated Bacterial Pneumonia

Majalah Farmasetika – Pada bulan Mei 2023, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui Xacduro sebagai pengobatan baru untuk kasus Hospital-Associated Bacterial Pneumonia (HABP) dan Ventilator-Associated Bacterial Pneumonia (VABP) yang disebabkan oleh strain bakteri Acinetobacter baumannii -calcoaceticus complex.

Kasus VABP di Indonesia

Ventilator-Associated Bacterial Pneumonia (VABP) didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah ventilator mekanik diberikan. VABP merupakan bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif khususnya pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik. Semenjak pandemi COVID -19 pada tahun 2019 kejadian kasus pasien yang dirawat di ICU dan memerlukan bantuan ventilasi mekanik meningkat drastis. Hal ini secara langsung menyebabkan peningkatan kasus VABP di Indonesia.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa bakteri Acinetobacter dua kali lipat lebih sering ditemukan pada kasus VABP dibandingkan kasus HABP tanpa ventilator. Pada sebuah penelitian yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Indosenia, ditemukan bahwa bakteri patogen terbanyak yang menyebabkan VABP pada penelitian tersebut adalah bakteri gram-negatif sebanyak 30 isolat (88,22%) dimana Acinetobacter baumanii merupakan bakteri dengan jumlah terbanyak, yakni sebesar 12 isolat (35,3%) yang diikuti oleh Klebsiella pneumoniae Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL)sebanyak 10 isolat, dan Stenotrophomonas maltophilia sebesar 5 isolat. Bakteri gram-positif ditemukan sebanyak 4 isolat (11,76%).

Acinetobacter adalah patogen oportunistik Gram-negatif pada manusia yang sebagian besar menginfeksi pasien sakit kritis dan sering mengakibatkan pneumonia berat dan infeksi aliran darah. Acinetobacter dianggap sebagai ancaman global dalam layanan kesehatan karena kemampuannya untuk resisten terhadap berbagai obat. Acinetobacter resisten terhadap penisilin dan juga memperoleh gen resistensi untuk hampir semua antibiotik yang digunakan untuk mengobati bakteri Gram-negatif, termasuk fluoroquinolones, aminoglikosida, sefalosporin, dan karbapenem.

XADURO untuk terapi kasus HABP/ VABP yang disebabkan Acinetobacter

Menjawab masalah ini, pada tahun 2023 FDA telah menyetui produk kombinasi antibiotik dengan Nama XACDURO yang mengandung kombinasi sulbaktam yang merupakan antibiotik beta-laktam sekaligus penghambat beta laktamase dan durlobactam yang merupakan penghambat beta lactamase. Obat ini diindikasikan pada pasien berusia 18 tahun ke atas untuk pengobatan pneumonia bakterial yang didapat di rumah sakit atau kasus pneumonia bakterial terkait penggunaan ventilator (HABP/VABP). Obat ini secara spesifik ditargetkan pada kasus HABP/ VABP yang disebabkan oleh isolat kompleks Acinetobacter baumannii-calcoaceticus.

Persetujuan FDA atas XACDURO menandai tonggak penting untuk memberikan alternatif terapi kepada pasien sakit kritis yang memiliki pilihan pengobatan yang terbatas. Acinetobacter yang resistan terhadap obat dapat menyebabkan infeksi serius dan bahkan mengancam jiwa. Hal ini berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, serta rawat inap yang lama dan mahal di rumah sakit karena patogen tersebut resisten untuk hampir semua pilihan antibiotik yang tersedia untuk mengobati infeksi karena bakteri Gram-negatif.

Hasil Uji Klinis XADURO

Persetujuan FDA didasarkan pada serangkaian bukti ilmiah, termasuk hasil dari uji klinis Fase 3 yang mengevaluasi keamanan dan khasiat XACDURO terhadap pembandingnya yakni colistin pada pasien dengan infeksi yang disebabkan oleh Acinetobacter. Dalam uji coba tersebut, XACDURO menunjukkan hasil statistik yang non-inferior dibandingkan colistin. Dengan tolak ukur titik akhir utama penyebab mortalitas selama 28 hari pada pasien dengan infeksi Acinetobacter yang resistan terhadap karbapenem, hasil uji menunjukan dari mereka yang menerima Xacduro, 19% (12 dari 63 pasien) meninggal, dibandingkan dengan 32% (20 dari 62 pasien) yang menerima colistin, ini menunjukkan bahwa Xacduro tidak kalah dengan colistin. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan dalam tingkat kesembuhan secara klinis.

Penggunaan XADURO

XACDURO tersedia dalam bentuk serbuk vial injeksi yang berbentuk kit terdiri dari 1 vial bening berisi Sulbaktam dosis tunggal untuk injeksi 1g dan 2 vial amber Durlobactam dosis tunggal untuk injeksi 0,5 g. Dosis XACDURO yang dianjurkan adalah 1 g sulbaktam dan 1 g durlobactam setiap 6 jam yang diberikan melalui infus intravena (IV) selama 3 jam pada orang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal. Durasi pengobatan yang disarankan dengan XACDURO adalah 7 hingga 14 hari. Durasi terapi harus disesuaikan dengan status klinis pasien.

XACDURO dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui memiliki riwayat hipersensitivitas parah terhadap komponen XACDURO (sulbactam dan durlobactam), atau obat antibakteri beta-laktam lainnya seperti carbapenem, penicillin, cephalosporin. Reaksi efek samping yang umumnya terjadi (persentase insiden > 10%) adalah kelainan pada hasil tes fungsi hati, diare, anemia, dan hipokalemia.

Perlu digaris bawahi bahwa untuk mengurangi resistensi antibiotik dan menjaga efektivitas XACDURO dan obat antibakteri lainnya, XACDURO hanya dapat digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi yang sudah terbukti atau diduga kuat disebabkan oleh bakteri Acinetobacter secara spesifik.

Pustaka :

  • Zilberberg MD, Nathanson BH, Puzniak LA, Shorr AF. Descriptive Epidemiology and Outcomes of Nonventilated Hospital-Acquired, Ventilated Hospital-Acquired, and Ventilator-Associated Bacterial Pneumonia in the United States, 2012-2019. Crit Care Med. 2022 Mar 1;50(3):460-468. PMCID: PMC8855942.
  • Christopher, A. Dharmawan, D. M. Pasaribu, N. Layanto. Bakteri Patogen dan Kepekaannya pada Pasien Ventilator Associated Pneumonia dengan Infeksi COVID- 19 di Rumah Sakit UKRIDA. April 2023. Jurnal Kesehatan Andalas 11(3):169 DOI:10.25077/jka.v11i3.1998
  • https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-new-treatment-pneumonia-caused-certain-difficult-treat-bacteria
  • https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2023/216974Orig1s000Correctedlbl.pdf
Siti Utami Rahmayanti

Share
Published by
Siti Utami Rahmayanti

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago