Berita

Awas! Kecanduan Internet Sebabkan Kekurangan Tidur Hingga Penurunan Kualitas Hidup Remaja

Majalah Farmasetika – Kecanduan internet dapat memperburuk persepsi remaja terhadap kualitas hidup mereka, demikian menurut penelitian yang baru muncul yang diterbitkan dalam Jornal de Pediatria dari Brasil. Kecanduan ini juga dikaitkan dengan tingkat kantuk pada siang hari yang signifikan.

“Semakin tinggi kecanduan internet, semakin tinggi tingkat kantuk pada siang hari dan semakin rendah kualitas hidup remaja,” tulis para penulis dalam artikel ini.

Di seluruh dunia, masalah penggunaan teknologi yang berlebihan semakin meningkat, terutama sebelum tidur. National Sleep Foundations (USNSF) Amerika Serikat melaporkan bahwa remaja yang terpapar teknologi secara intens mendapatkan kurang dari 8 hingga 10 jam tidur yang direkomendasikan, menurut penulis studi ini.

Namun, kelompok usia ini sedang mengalami perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan perilaku sosial yang akan berdampak hingga dewasa. Studi-studi sebelumnya sudah menunjukkan bahwa waktu layar yang berlebihan dapat mengakibatkan tidur yang kurang atau kantuk pada siang hari (yang pada gilirannya dapat mengurangi kualitas hidup), dan perilaku tidur yang buruk ini dapat meningkatkan risiko mengalami masalah tidur pada masa dewasa.

Studi ini mengevaluasi dampak kecanduan internet pada kualitas hidup dan masalah tidur pada remaja. Para penulis menghipotesiskan bahwa kecanduan internet akan menyebabkan durasi tidur yang lebih pendek dan kualitas hidup yang berkurang, dan di antara 875 remaja yang berpartisipasi dalam studi lintas-seksional ini, kecanduan internet terkait dengan durasi tidur yang lebih singkat, kantuk pada siang hari, dan persepsi kualitas hidup yang berkurang.

Sebenarnya, para peneliti mengamati adanya hubungan langsung antara durasi tidur dan kantuk pada siang hari, tetapi ini dapat dijelaskan secara fisiologis. Anak-anak dalam kelompok usia ini memiliki proses fisiologis yang berbeda dengan orang dewasa, dan pelepasan dan penyerapan melatonin mereka mungkin terlihat berbeda. Lebih dari itu, hasil studi lain yang mengevaluasi kantuk pada siang hari pada remaja menunjukkan bahwa kelompok usia ini secara konsisten merasakan kebutuhan untuk tidur lebih banyak.

Perempuan juga lebih mungkin merasakan kantuk pada siang hari dibandingkan dengan remaja laki-laki. Studi sebelumnya dari Matos et al. mungkin juga mendukung temuan ini, menurut para penulis. Dalam studi sebelumnya pada tahun 2019, para penulis menemukan bahwa risiko kualitas tidur rendah dan durasi tidur pendek lebih buruk pada perempuan.

Para penulis mencatat ada beberapa keterbatasan pada studi ini. Pertama, data tidak dapat mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat antara penggunaan teknologi yang berlebihan dan penurunan kualitas hidup. Selanjutnya, kohort tidak diacak (hanya melibatkan siswa yang terdaftar di sekolah), dan penelitian baru perlu mengevaluasi kohort yang diacak.

Studi ini juga tidak mengidentifikasi hubungan signifikan antara kecanduan internet dan durasi tidur pada remaja, tetapi lebih banyak penelitian seharusnya mengevaluasi hubungan antara kecanduan internet dan durasi tidur, beserta hubungannya dengan faktor fisik/fisiologis.

Penting untuk melakukan penelitian pada kelompok usia ini karena perilaku tidur yang buruk dapat menjadi perilaku pada masa dewasa yang membawa risiko kesehatan sekarang dan di masa depan, menurut para penulis.

Tentu saja, para penulis merekomendasikan dalam artikel ini bahwa “penggunaan internet pada remaja seharusnya lebih baik diawasi oleh orangtua, mengingat adanya bukti dampak buruk pada kualitas hidup dan kantuk pada siang hari.”

Referensi

Ferrari Junior GJ, da Silva AB, Meneghetti A, et al. Relationships between internet addiction, quality of life and sleep problems: a structural equation modeling analysis. Jornal de Pediatria. Jan 2, 2024; doi:10.1016/j.jped.2023.09.015.

jamil mustofa

Share
Published by
jamil mustofa

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

3 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago