Majalah Farmasetika – Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal memiliki manfaat untuk mengontrol kadar gula darah dan bahkan memberikan efek perlindungan terhadap infeksi tertentu seperti pneumonia. Namun, sebuah penelitian baru yang diterbitkan di Journal of the Chinese Medical Association menyoroti sisi lain dari obat ini yang mengejutkan: penggunaan metformin dapat meningkatkan risiko infeksi kaki, cellulitis berulang, dan bahkan amputasi pada pasien diabetes tipe 2.
Penelitian ini menggunakan data dari National Health Insurance Research Database Taiwan, yang mencakup lebih dari 23.000 pasien diabetes tipe 2 pengguna metformin dan jumlah yang sama dari kelompok kontrol yang tidak menggunakan metformin. Dengan metode propensity score matching untuk memastikan kedua kelompok sebanding, peneliti menemukan hasil berikut:
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin lama durasi penggunaan metformin, semakin besar risiko infeksi dan komplikasi tersebut.
Pada dasarnya, pasien diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi, termasuk cellulitis, akibat gangguan fungsi imun dan sirkulasi darah yang buruk. Namun, yang menarik dari penelitian ini adalah peran metformin.
Metformin dikenal memiliki efek antiinflamasi melalui aktivasi enzim AMPK (adenosine monophosphate-activated protein kinase), yang dalam beberapa studi sebelumnya bahkan disebut dapat menurunkan risiko infeksi tertentu seperti pneumonia atau sepsis. Namun, hasil dari studi ini justru menunjukkan bahwa penggunaan metformin dapat memperburuk risiko infeksi kulit seperti cellulitis dan infeksi kaki.
Peneliti berspekulasi bahwa ada kemungkinan metformin memengaruhi mikrobiota kulit atau sirkulasi lokal di area kaki, yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Selain itu, pasien yang mengonsumsi metformin sering kali sudah memiliki diabetes dengan komplikasi berat, yang mungkin turut memperbesar risiko.
Cellulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam dan jaringan subkutan akibat masuknya bakteri, seperti Streptococcus atau Staphylococcus aureus, melalui luka kecil atau retakan pada kulit. Pada pasien diabetes, terutama yang memiliki neuropati atau masalah sirkulasi, infeksi ini lebih sulit ditangani dan dapat menyebar ke tulang (osteomyelitis) atau menyebabkan sepsis.
Infeksi kaki yang tidak tertangani dengan baik dapat berujung pada amputasi. Data global menunjukkan bahwa angka kematian akibat cellulitis meningkat dari 42.555 pada tahun 1999 menjadi 70.526 pada 2019, menunjukkan bahwa masalah ini semakin serius.
Temuan ini tidak berarti semua pasien diabetes harus berhenti menggunakan metformin. Obat ini tetap menjadi salah satu pilihan terbaik untuk mengontrol kadar gula darah, terutama bagi pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi. Namun, penelitian ini memberikan peringatan penting bahwa penggunaan metformin harus diimbangi dengan pemantauan ketat terhadap kondisi kaki pasien, terutama untuk tanda-tanda awal infeksi.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Penelitian ini menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih holistik dalam pengelolaan diabetes. Selain fokus pada kontrol gula darah, tenaga medis perlu memperhatikan risiko infeksi kulit dan kaki pada pasien, terutama mereka yang menggunakan metformin.
Selain itu, studi ini membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut. Mengapa metformin dapat meningkatkan risiko infeksi tertentu? Apakah ada peran faktor genetik atau interaksi obat lain? Menjawab pertanyaan ini dapat membantu mengoptimalkan terapi diabetes di masa depan.
Meskipun metformin adalah obat yang sangat efektif untuk diabetes tipe 2, penggunaannya tidak terlepas dari risiko. Penelitian baru ini memberikan wawasan penting bahwa metformin dapat meningkatkan risiko cellulitis, infeksi kaki, dan amputasi, terutama jika digunakan dalam jangka panjang. Penting bagi pasien dan dokter untuk lebih waspada terhadap komplikasi ini dan mengambil langkah pencegahan yang tepat untuk meminimalkan risiko.
Yeh, Y. K., Yen, F. S., Wei, J. C., Hu, K. C., Yu, T. S., Hsu, C. C., & Hwu, C. M. (2024). Metformin and the risks of cellulitis, foot infections, and amputation in patients with type 2 diabetes. Journal of the Chinese Medical Association : JCMA, 87(4), 384–392. https://doi.org/10.1097/JCMA.0000000000001078
Majalah Farmasetika - Kevin Ben Laurence, seorang apoteker berbakat asal Indonesia, berhasil mendapatkan pengakuan resmi…
Majalah Farmasetika - Apoteker di seluruh Indonesia, persiapkan diri Anda untuk uji resertifikasi kompetensi apoteker…
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…