Eksipien

Pentingnya Siklodekstrin dalam Industri Makanan, Kosmetik, dan Farmasi

Majalah Farmasetika (Ed.4/Juni 2016). Tanpa kita sadari siklodekstrin menjadi senyawa yang penting terutama dalam industri makanan, kosmetika, dan farmasi sebagai bahan pembantu makanan maupun obatnya.

Apa itu siklodekstrin?

Siklodekstrin termasuk dari golongan oligosakarida siklik yang terdiri dari subunit glukopiranosa terikat pada α-(1,4). Siklodekstrin memiliki struktur supramolekul seperti kandang atau lubang khusus sama halnya dengan struktur yang dibentuk oleh molekul cryptands, calixarenes, cyclophanes, spherands dan crown ethers.

(Martin Dell Valle, 2003)

Senyawa ini memiliki struktur supramolekul yang bisa bereaksi secara kimia dengan melibatkan interaksi intramolekul seperti ikatan kovalen, ion atau radikal. Mayoritas semua reaksi ini berjenis ‘host-guest’. Dibandingkan dengan semua host dari supramolekul yang disebutkan di atas, siklodekstrin menjadi yang terpenting. Karena memiliki kemampuan dalam membentuk inklusi kompleks dan sifat-sifat kompleksnya dapat dimodifikasi secara signifikan.

Kemampuan dari kompleksasi molekul siklodekstrin membuat banyak digunakan di banyak produk industri, teknologi dan metode analisis. Efek sitotoksik yang bisa diabaikan merupakan atribut penting dalam aplikasi seperti untuk pembawa obat, makanan dan perasa, kosmetik, kemasan, tekstil, proses pemisahan, perlindungan lingkungan, fermentasi dan katalisis.

Siklodekstrin murni dihasilkan dari degradasi starch oleh cycloglycosyl transferase amylases (CGTases) yang diproduksi oleh variasi bacili, di antaranya Bacillus macerans dan Bacillus circulans. Kondisi reaksi yang sesuai akan menghasilkan 3 kelompok utama siklodekstrin yaitu: α-, β-, dan γ- siklodekstrin yang terdiri atas 6, 7, dan 8 unit α(1,4)- linked D(+)-glucopyranose.

Kegunaan Siklodektrin di Industri Makanan, Kosmetik, dan Farmasi 

Dalam industri makanan dan minuman, siklodekstrin digunakan sebagai zat tambahan yang mampu memodifikasi aktivitas kimiawi suatu molekul dengan proteksi suatu gugus tertentu, sebagai penstabil emulsi, menutup bau dan rasa dari bahan makanan serta dapat mengurangi kadar kolesterol.

Tahun 2012, perusahaan makanan Wacker memperkenalkan produk CAVAMAX® yang berisi alpha-siklodektrin yang diklaim sebagai stabilizer produk makanan untuk vegetarian dan penderita kolesterol. Selain itu, produk ini memungkinkan produsen untuk menghasilkan busa yang stabil di berbagai macam makanan penutup tanpa menggunakan lemak atau protein.

Selang setahun, Wacker meluncurkan produk gamma-siklodektrin yang berasal dari jagung dan kentang sebagai zat tambahan baru pada makanan yang memiliki kemampuan untuk menutupi rasa pahit, bebas alergi, dan cocok untuk vegetarian.

Pada industri kosmetik, siklodekstrin digunakan untuk meningkatkan stabilitas minyak parfum terhadap oksidasi dan bau. Sedangkan pada industri farmasi, selain mampu meningkatkan kelarutan suatu obat, menurunkan efek toksisitas suatu senyawa, dan sebagai bahan pengkomplek obat seperti vitamin A, E dan K agar stabil terhadap oksidasi. Selain itu, produk turunannya mampu bertindak sebagai pembawa dalam teknologi nanopartikel terutama dalam aplikasi penghantaran obat bertarget untuk terapi kanker.

Sumber :

  1. Angi Nadya Bestari, PENGGUNAAN SIKLODEKSTRIN DALAM BIDANG FARMASI. Majalah Farmaseutik, Vol. 10 No. 1 Tahun 2014 .
  2. J. D. Dziezak, Microencapsulation and encapsulated ingredients, Food Technol. 42(4): 136 (1988)
  3. E.M.Martin Del Valle. Cyclodextrins and their uses: a review. Process Biochemistry. Volume 39, Issue 9, 31 May 2004, Pages 1033–1046
  4. http://www.wacker.com/cms/en/press_media/press-releases/archive_2013/pressinformation_2013_detail_44672.jsp
  5. http://www.foodnavigator.com/Policy/Wacker-wins-EU-approval-for-novel-ingredient

Artikel Majalah Farmasetika ini termasuk kedalam artikel edisi khusus yang telah diterbitkan di http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika

Nasrul Wathoni

Prof. Nasrul Wathoni, Ph.D., Apt. Pada tahun 2004 lulus sebagai Sarjana Farmasi dari Universitas Padjadjaran. Gelar profesi apoteker didapat dari Universitas Padjadjaran dan Master Farmasetika dari Institut Teknologi Bandung. Gelar Ph.D. di bidang Farmasetika diperoleh dari Kumamoto University pada tahun 2017. Saat ini bekerja sebagai Guru Besar di Departemen Farmasetika, Farmasi Unpad.

Share
Published by
Nasrul Wathoni

Recent Posts

Hubungan Signifikan Antara Insomnia dan Kekambuhan Atrial Fibrilasi Jangka Panjang Setelah Ablasi Radiofrekuensi

Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…

1 hari ago

BPOM Perintahkan Tarik Latiao Tercemar Bakteri Penyebab Keracunan

Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…

1 hari ago

Mudahnya Menganalisis Kapabilitas Proses dengan Software Minitab

Majalah Farmasetika - Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Industri Farmasi Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tahun 2010 tentang…

2 hari ago

Pendekatan Holistik dalam Mengatasi Kontaminasi: Membentuk Standar Baru di Industri Farmasi

Majalah Farmasetika - Dalam industri farmasi, menjaga kebersihan dan mengontrol kontaminasi adalah prioritas utama untuk…

2 hari ago

Pentingnya Product Quality Review (PQR) dalam Menjamin Mutu Obat: Analisis dan Regulasi Terkini

Majalah Farmasetika - Obat merupakan produk kesehatan yang berperan penting dalam upaya penyembuhan dan pencegahan…

7 hari ago

Pendefinisian Nomenklatur Pelayanan Kefarmasian dalam Regulasi Turunan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

Majalah Farmasetika - Pelayanan Kefarmasian merupakan nomenklatur baru dalam definisi Praktik Kefarmasian pada pasal 145…

2 minggu ago