Majalah Farmasetika (V1N5-Juli 2016). Peredaran obat penurun kolesterol generasi baru bukan dari golongan statin kini telah mencapai Benua Asia. Sanofi dan Regeneron Pharmaceuticals mengumumkan bahwa anggota parlemen di Jepang telah memberikan persetujuan otorisasi manufaktur dan marketing untuk obat kolesterol Praluent (alirocumab).
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang memastikan persetujuan pemasaran dan manufaktur otorisasi untuk Praluent untuk mengobati pasien dengan hiperkolesterolemia dengan risiko kardiovaskular tinggi.
Jay Edelberg, kepala pengembangan kardiovaskular, Sanofi, mengatakan :. “Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang signifikan di Jepang, dan banyak pasien yang tidak mampu mencapai tujuan pengobatan kolesterol LDL mereka meskipun dengan terapi penurun lipid saat ini, Praluent bisa menjadi pilihan pengobatan penting untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka. ”
Data dari Uji Klinis Global Tahap III menunjukkan hasil yang konsisten, yakni pengurangan kuat kolesterol LDL untuk Praluent dibandingkan dengan plasebo, ketika ditambahkan standar pengobatan termasuk statin yang ditoleransi secara maksimal (maximally-tolerated statins).
Bill Sasiela, VP, program direction, Regeneron, mengatakan : “Hasil dari Uji Klinik di Jepang konsisten dengan temuan dari program Odyssey global kami yang mengevaluasi efikasi dan keamanan Praluent pada pasien yang diperlukan pengurangan lebih lanjut dari kolesterol LDL mereka, dalam uji klinik Odyssey Jepang, 99% dari pasien mampu secara efektif mencapai tujuan kolesterol LDL mereka seperti yang didefinisikan oleh Masyarakat Aterosklerosis Jepang dengan Praluent 75 mg Q2W dan mempertahankan pengurangan ini selama terapi mereka hingga 52 minggu. ”
Praluent menghambat pengikatan PCSK9 ke reseptor LDL dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang tersedia pada permukaan sel-sel hati dimana menghasilkan penurunan kolesterol LDL (disebut kolesterol jahat) dalam darah.
Pada bulan Juli 2015, BPOM-nya Amerika, Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui Praluent. Bulan berikutnya, FDA menyetujui inhibitor PCSK9 kedua, evolocumab (Repatha). [Baca : Apoteker Harus Tahu Obat Penurun Kolesterol Masa Depan Selain Statin]
Pada bulan September 2015, Komisi Eropa menyetujui izin edar untuk Praluent. Sayangnya hingga saat ini belum ada tanda-tanda obat ini masuk ke Indonesia.
Sumber : http://www.pharmafile.com/news/505440/sanofi-regeneron-say-cholesterol-drug-praluent-approved-japan
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…