Farmasetika.com – Pasca dibekukan izin edar 4 produk sediaan cair mengandung policresulen (Albothyl, Medisio, Aptil, dan Prescotide). Seorang dokter spesialis penyakit mulut, drg. Theodorus Hedwin Kadrianto, S.PM. memberikan penjelasan lengkap terkait policresulen.
“Sebagai klinisi di bidang Penyakit Mulut, saya mengapresiasi langkah BPOM dalam membekukan izin edar obat policresulen 36% yang lebih besar risiko daripada manfaatnya, terutama dalam menangani sariawan.” Tulis Theodorus di akun facebooknya.
Policresulen adalah agen hemostatik (pembeku darah) dan antiseptik topikal (obat luar) yang banyak digunakan untuk kelainan kulit dan vagina.(1-4)
Beberapa sifat kerja policresulen:(1,2,4)
– Mengontrol perdarahan dengan cara menyempitkan pembuluh darah melalui kontraksi otot-otot pembuluh darah.
– Menyebabkan kematian jaringan, menggumpalkan jaringan mati / rusak lalu membuatnya menjadi terkelupas.
– Merangsang aliran darah jaringan yang membantu regenerasi dan pembentukan sel-sel baru.
– Efek antimikroba untuk melawan infeksi.
– Bersifat sangat asam dengan pH 0,6, sehingga dapat menyebabkan cedera kimiawi dari kulit dalam (mukosa) mulut kita berupa erosi, peradangan, luka (ulserasi), dan pengelupasan bila salah digunakan. Pada sariawan, kondisinya bisa menjadi lebih lebar dan parah.
Contoh kasus efek samping policresulen pada rongga mulut dapat dilihat di jurnal ilmiah berikut ini: http://www.jidmr.com/journal/DENTISTRY/2016/Special_Issue/21_D16_5_Indriasti.pdf
“Link di atas adalah publikasi ilmiah dari 3 dosen saya di UI: drg. Indriasti Wardhany, Sp.PM, Dr. drg. Ite Wimardhani, MScDent, dan drg. Anandina Irmagita, Sp.PM.” lanjut Theodorus.
Policresulen bisa digunakan untuk sariawan karena efek pengobatan yang dimilikinya, dengan catatan penggunaannya harus diencerkan terlebih dahulu.7
“Tetapi bila pertanyaannya apakah policresulen aman untuk sariawan? Jawabannya relatif kurang aman, seperti yang ditulis BPOM: “risiko lebih besar daripada manfaatnya.” Pendapat ini disetujui oleh seluruh dokter gigi spesialis Penyakit Mulut di Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPMI).” Jelasnya.
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang membuktikan hubungan antara penggunaan yang salah dari policresulen dapat menyebabkan kanker mulut. Menurut drg. Rahmi Amtha, MDS, Ph.D, ketua ISPMI, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut secara longitudinal.
Policresulen adalah obat resmi yang terdaftar pada dokumen Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) yang dikeluarkan WHO, dan termasuk pada klasifikasi obat kulit (D-08-A-E-02) dan kelamin (G-01-A-X-03).3,5,6
Sehingga tidak benar di Luar Negeri digunakan hanya untuk hewan.
Penjelasan BPOM sudah mencantumkan obat-obat yang aman dan ampuh untuk sariawan yakni benzydamine HCl, povidone iodine 1%, atau kombinasi dequalinium chloride dan vitamin C.
Adapun beberapa rekomendasi yang umum dari drg. Sp.PM untuk mengatasi sariawan:
– Obat kumur yang mengandung Chlorhexidine gluconate 2%, baik dengan cara dikumur maupun dikompres
– Obat kumur / spray / gel yang mengandung sodium hyaluronate, polyvinylpyrrolidone (PVP) dan glycyrrhetinic acid
– Salep mulut triamcinolone in Orabase, kecuali untuk sariawan yang disebabkan infeksi virus
– Plester sariawan (mucosal adhesive patch)
– Madu
– Vitamin yang kaya Zinc, vitamin B, dan vitamin C.
Masih ada beberapa pilihan obat kumur pada kondisi sariawan yang parah, yang hanya bisa diberikan kepada pasien dengan resep dokter (tidak bisa dibeli secara bebas).
Perlu diperhatikan bahwa sariawan dipengaruhi oleh banyak sekali faktor yang berbeda-beda pada setiap orang. Bagi pasien yang sariawannya terus berulang, obat-obat di atas hanya menyembuhkan sariawan lebih cepat, tetapi tidak bisa mengurangi kemunculan sariawan. Untuk bisa mengurangi kemunculan sariawan, maka pasien perlu konsultasi dengan dokter gigi spesialis Penyakit Mulut.
Demikian juga sariawan yang setiap kali muncul disertai demam atau tidak enak badan, tidak bisa sembarangan diobati. Perlu penangan khusus dari drg Sp.PM untuk mencari tahu penyebab infeksinya dan mengatasi dengan tepat secara jangka Panjang.
“Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk kita semua. Salam” tutup
drg. Theodorus Hedwin Kadrianto, Sp.PM.
Referensi:
1. Wardhany II, Wimardhani YS, Soegyanto AI. Oral mucosal burn caused by topical application of 36% policresulen solution – a case series. J Int Med Dent Res 2016: 9(Special Issue); 387-91.
2. Simamora H, Lestari PA, Bangun K, Sudjatmiko G. Curettage and policresulen tampon as a modality treatment in management of verucca. JPR Journal 2012: 1(5);460-4.
3. Pubchem. Policresulen. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Policresulen#section=Top
4. Jung JW, Byun JS, Jung JK, Choi JK. Chemical burns of the oral mucosa caused by Policresulen: report of a case. J Oral Medicine and Pain 2013; 38(2): 109-14.
5. WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, Guidelines for ATC classification and DDD assignment 2013. Oslo, 2012.
6. Verstraelen H, Verhelst R, Roelens K, Temmerman M. Antiseptics and disinfectants for the treatment of bacterial vaginosis: a systematic review. BMC Infectious Diseases 2012; 12: 148.
7. https://m.detik.com/health/read/2018/02/15/150842/3869165/763/pdgi-sebut-policresulen-untuk-sariawan-seharusnya-diencerkan
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…