Categories: Berita

Peneliti Temukan Statin dan Antihistamin Picu Resistensi Antibiotik

Farmasetika.com – Para ilmuwan telah menemukan obat golongan statin dan antihistamin merupakan beberapa golongan obat yang dapat memicu resistensi antibiotik dengan mengubah pertumbuhan bakteri di usus manusia. Obat lainnya diketahui mengganggu usus diantaranya antipsikotik, pereda nyeri, obat anti kanker, penghambat pompa proton, dan obat kontrasepsi.

Periset dari Laboratorium Biologi Molekuler Eropa (EMBL) melihat dampak 1.000 obat umum terhadap 40 strain bakteri usus dan menemukan bahwa seperempatnya memiliki dampak negatif.

Di antara yang diketahui berbahaya adalah simvastatin, salah satu golongan statin yang paling umum, obat kanker payudara tamoxifen dan obat antihistamin loratadin.

Para periset memperingatkan bahwa mengkonsumsi pil setiap hari dapat meningkatkan resistensi antibiotik, karena mereka mendorong bakteri yang tidak membantu untuk mengembangkan strain baru yang resisten dengan cara yang sama seperti antibiotik.

“Ini menakutkan,” kata Dr Nassos Typas, dari EMBL Heidelberg, Jerman.

“Menimbang bahwa kita mengambil banyak obat-obatan non-antibiotik dalam hidup kita yang sering untuk waktu yang lama.” Lanjutnya dikutip dari the telegraph.

“Kami benar-benar melihat obat-obatan dari semua kelas terapeutik yang mempengaruhi mikroba usus. Yang paling menonjol dari mereka adalah antipsikotik , antihipertensi, obat anti kanker, penghambat pompa proton, antihistamin, obat pereda nyeri dan obat kontrasepsi.” Ungkapnya.

Sekitar 5.000 orang di Inggris meninggal setiap tahun karena antibiotik sudah tidak mampu melawan beberapa infeksi dan para ahli memprediksi resistensi akan membunuh lebih banyak orang daripada kanker dan diabetes dalam 30 tahun kedepan.

Profesor Dame Sally Davies, Kepala Petugas Medis, baru-baru ini memperingatkan bahwa ‘kiamat resistensi antibiotik’ dapat mengakhiri pengobatan modern, dan menjadikan tindakan operasi, kemoterapi dan bedah caesar terlalu berbahaya untuk dilakukan.

Dame Sally sebelumnya telah menggambarkan hilangnya antibiotik yang terancam punah ke seluruh dunia karena setara dengan terorisme dan perubahan iklim.

Bakteri resisten jauh lebih sulit diobati dan korban memiliki hasil yang jauh lebih buruk. Sebagai contoh orang dengan MRSA adalah 64 persen lebih mungkin meninggal daripada orang dengan strain bakteri yang resisten.

Resistensi antimikroba terjadi secara alami dari waktu ke waktu, karena mikroorganisme beradaptasi dan bereproduksi. Di antara penyakit yang memiliki strain resisten antimikroba yang sedang tumbuh adalah: influenza, malaria, tuberkulosis dan HIV.

Usus manusia mengandung sejumlah besar spesies bakteri, secara kolektif disebut sebagai microbiome, yang sekarang dikenal memiliki dampak besar pada kesehatan.

Para ilmuwan tahu bahwa antibiotik membahayakan mikrobioma, merusak sistem kekebalan tubuh dan membuat orang rentan terhadap infeksi namun tidak yakin apakah obat lain juga memiliki dampak.

“Jumlah obat yang tidak terkait yang menyerang mikroba usus sebagai kerusakan tambahan yang sangat mengejutkan,” kata Dr Peer Bork, dari EMBL.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature.

Sumber :

Statins and hayfever pills could be driving antibiotic resistance, warn scientists.https://www.telegraph.co.uk/science/2018/03/19/statins-hayfever-pills-could-driving-antibiotic-resistance-warn

Extensive impact of non-antibiotic drugs on human gut. bacteria.https://www.nature.com/articles/nature25979

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago