farmasetika.com – Saat ini, dunia industri farmasi di Indonesia berangsur-angsur mengalami peningkatan. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah dalam Instruksi Presiden atau Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan. Kebijakan tersebut mendorong industri farmasi dituntut untuk lebih mandiri dalam hal penyediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Atas dasar ini, aktivitas impor bahan baku obat semakin berkurang yang dapat memacu industri farmasi lebih termotivasi ke depannya.
Muhammad Iqbal selaku anggota Komisi IX DPR menuturkan jika pengimplementasian dari kebijakan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 direalisasikan dengan baik, Indonesia dapat menjadi poros industri farmasi pada lingkup regional maupun internasional dalam bidang penyediaan obat dan alat kesehatan.
Industri farmasi nasional kian berusaha menyusun strategi, baik struktur maupun ide, yang dipadukan untuk memajukan perekonomian nasional dengan kreativitas dan inovasi yang kian berkembang.
Hal ini didukung pula oleh Bapak Airlangga Hartarto selaku Menteri Perindustrian. Beliau berkata bahwa industri farmasi merupakan salah satu sektor industri yang sangat menjanjikan dalam jangka panjang dan berperan besar dalam roda perekonomian Indonesia. Beliau juga menambahkan bahwa kebijakan pemerintah terkait Inpres No. 6/2016 bertujuan untuk merealisasikan kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri yang memberikan dampak sosial bagi masyarakat sekitar. Dampak sosial tersebut berupa kemudahan masyarakat dalam mendapatkan obat murah yang berkualitas secara berkelanjutan.
Menurut salah satu politikus PPP (Partai Persatuan Pembangunan), pelaksanaan Inpres No. 6/2016 sudah berjalan efektif yang didukung oleh beberapa praktisi kesehatan. Hal ini dapat dibuktikan oleh pencapaian beberapa industri farmasi yang telah menorehkan prestasinya di kancah dunia.
Berikut ialah beberapa prestasi industri farmasi Indonesia yang patut diberikan apresiasi luar biasa.
Perusahaan industri farmasi ini merupakan anak perusahaan dari PT. Kalbe Farma Tbk. Perusahaan ini memproduksi bahan baku obat biosimilar yaitu erythropoietin (EPO) dan Granulocyte Colony Stimulating Factor (GSC). Erythropoietin memiliki peranan dalam terapi cuci darah, sedangkan Granulocyte Colony Stimulating Factor (GSC) digunakan untuk meningkatkan produksi granulosit dalam tubuh. Pada tahap awal, perusahaan ini akan menghasilkan satu juta alat suntik (syringe) EPO.
Pemasaran kuota pasar dalam negeri yang belum terpenuhi memicu PT. Kalbio Global Medika untuk menargetkan kegiatan ekspor sebesar 4% – 5%. PT. Kalbio Global Medika merupakan industri pertama di Indonesia yang menerapkan perkembangan teknologi khususnya dalam dunia teknologi robotik. bioreaktor perfusi, dan teknologi isolator. Penerapan teknologi robotik dilakukan untuk menghambat kontaminasi, teknologi bioreaktor perfusi untuk menambah produksi pabrik, dan teknologi isolator untuk menjamin kebersihan produk.
Prestasi ini didukung oleh sumber daya manusia yang berkompeten dalam rekayasa genetik, biokimia, dan bioteknologi. Hal ini merupakan terobosan baru bagi industri farmasi nasional karena telah munculnya peningkatan mutu dan kualitas bertaraf internasional, baik dari sistem maupun fasilitas, serta adanya teknologi yang ramah lingkungan. Pada tahun 2017 total pemasukan ekspor PT. Kalbio Global Medika berkisar satu 1 – 1,5 triliun rupiah.
Dominasi industri farmasi nasional yang menguasai pasar dalam lingkup pemenuhan kebutuhan obat domestik sebesar 70%. Bukan hanya itu, nilai produksi produk farmasi domestik juga menguasai pasar industri farmasi di Asia Tenggara sebesar 27% dari total pasar. Perkembangan signifikan industri farmasi berasal dari sektor obat tradisional.
Selain itu, dalam rangka pemerataan kesehatan nasional, pemerintah mendahulukan produsen lokal dalam pelayanan kesehatan, khususnya program BPJS. Kementrian industri mencatat bahwa industri farmasi menyumbang lima puluh lima triliun Physicans Desk Reference (PDR) dan merekrut empat puluh ribu orang sumber daya manusia.
PT. Synergy World Wide Indonesia yang memproduksi produk barunya berupa suplemen yang bernama ProArgi-9+. Suplemen ini telah diuji oleh riset dan ahli bidang kardiovaskular. Dalam mengembangkan produk ini, PT. Synergy World Wide melakukan serangkaian seleksi uji coba yang ketat, dengan total 262 tes sampai produk ini berhasil dipasarkan, dengan rincian 247 tes selama proses produksi dan 15 tes untuk tahap akhir.
Erwin Dumalang selaku General Manager PT. Synergy World Wide memaparkan bahwa suplemen ProArgi-9+ adalah produk suplemen yang memiliki kandungan asam amino l-arginine dan juga telah masuk dalam daftar Physicans Desk Reference (PDR) edisi 2014 sampai 2017. PDR merupakan sumber informasi yang valid dalam dunia obat dan medik.
PT. Kimia Farma Tbk yang memperluas target pasarnya dengan membangun pabrik industri farmasi di Jeddah, Arab Saudi merupakan prestasi BUMN yang membanggakan.
Hal ini dibuktikan pasca pemindahan kepemilikan perusahaan dari Medical Limited Company (Dawaa). PT. Kimia Farma Tbk (KAEF) siap mengadakan perluasan bisnis dalam bidang manufaktur di Arab Saudi. Industri farmasi ini berencana akan membangun beberapa pabrik di Jeddah, Arab Saudi dalam dua tahun mendatang. Kedepannya, PT. Kimia Farma akan memperbanyak cabang apotek dalam kurun waktu dua tahun mendatang.
Honesti Basyir selaku Direktur Utama PT. Kimia Farma melakukan riset pembangunan pabrik sembari merampungkan apotek yang akan dibangun. Dana yang dibutuhkan sekitar 100 miliar rupiah telah didapatkan atas kontribusi kerjasama PT. Kimia Farma dengan Arab Saudi pada tahun lalu. Tahun ini, KAEF memiliki optimisme yang besar pada pendapatan mereka, karena pabrik mengalami peningkatan sekitar 20% sampai 30% setelah pencapaian hasil kontribusi kerjasama yang meningkat sebelumnya.
Pada gambarannya, pabrik Kimia Farma yang dibangun di Banjaran senilai 1,3 triliun rupiah. Pabrik yang ada di Banjaran diperkirakan akan memiliki kapasitas produksi yang sama dengan pabrik yang dibangun di Jeddah. Hal ini mencakup penyesuaian kapasitas produksi dan nilai investasi yang ada.
Deputi GM Kimia Farma Dawaa, Ida Rasita, menuturkan bahwa pabrik di Jeddah diperkirakan sudah mulai beroperasi pada tahun 2022. Beliau juga menambahkan bahwa terjadi keterlambatan pembangunan industri hulu di Arab Saudi. Oleh karena itu, pemerintah Arab Saudi gencar untuk mencari investasi dan PT. Kimia Farma siap untuk mengambil kesempatan dengan membangun pabrik disana.
Kimia Farma akan memproduksi kebutuhan pemerintah Arab Saudi seperti obat-obatan, suplemen dan kosmetik. Kebutuhan yang tinggi akan produk kecantikan dan suplemen terjadi karena faktor dominasi penduduk adalah kaum hawa. Tidak hanya itu, gambaran keuntungan dari produk kecantikan dan suplemen jauh lebih tinggi daripada obat dari pemerintah karena harganya sudah ditetapkan.
Jeddah dipilih sebagai tempat pembangunan pabrik karena kemudahan akses menuju Timut Tengah dan Afrika Utara. Berkenaan dengan itu, negara lain lebih mudah mengakui obat yang telah mendapat pengakuan secara tertulis dari Arab Saudi dikarenakan standar obat telah diakui di berbagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim seperti Timur Tengah dan Afrika Utara. Maka dari itu, produk tersebut tentunya telah memiliki standar halal. Meskipun telah diedarkan ke negara lain, nama brand “Kimia Farma” tetap dipertahankan menjadi nama dagang, mengingat anak usaha dari Kimia Farma memiliki saham mayoritas. Tingginya eksistensi brand “Kimia Farma” dalam pasar domestik menguatkan kepercayaan masyarakat dunia.
Penulis : Destri Yulia Rahmi dan Rhayza Salsabila Mardhatillah
Sumber :
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…