Farmasetika.com – Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat dan bersifat neurodegeneratif (kehilangan struktur sel-sel saraf).
Penyakit ini disebabkan akibat adanya kerusakan pada myelin (lapisan pelindung saraf) akibat autoimun. Penyebab terjadinya penyakit MS masih belum diketahui secara pasti, namun sejumlah faktor diduga memiliki peranan penting. Faktor autoimun, genetik dan lingkungan merupakan faktor penting terjadinya kondisi MS.
Penyakit MS umumnya terjadi pada kelompok pasien usia dewasa muda (30-40 tahun) dengan prevalensi umum di seluruh dunia adalah 30 kasus per 100.000 populasi dan hanya sekitar 2-5% terjadi pada usia kurang dari 18 tahun.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyetujui Zinbryta untuk pengobatan multiple sclerosis (MS) pada bulan Mei 2016. Tidak lama dari itu pada bulan Juli 2016 Zinbryta telah disetujui pula oleh Uni Eropa.
Zinbryta mengandung zat aktif daclizumab, yang merupakan antibodi penghambat interleukin-2 yang diindikasikan untuk pengobatan pasien multiple sclerosis (MS). Penggunaan Zinbryta dapat digunakan untuk pasien yang memiliki respon tidak baik terhadap dua atau lebih obat untuk pengobatan MS. Zinbryta diberikan secara injeksi dalam keadaan steril, bebas pengawet, tidak berwarna hingga agak kuning bening.
Uji klinis untuk Zinbryta dilakukan terhadap 5.214 pasien. 67% dari pasien adalah perempuan dan 92% dari pasien adalah ras kaukasia serta usia rata-rata pasien adalah 36 tahun. Pasien untuk kontrol aktif diberikan Zinbryta 150 mg dan 300 mg secara subkutan setiap 4 minggu sekali dan pasien untuk control negative diberikan placebo secara subkutan juga.
Dalam studi klinis, hasil pengukuran serum darah dievaluasi pada setiap blan selama 6 bulan, dan kemudian setiap 3 bulan. Fungsi tiroid diukur pada awal bulan dan setiap 6 bulan. Hasilnya menunjukan bahwa Zinbryta dengan dosis 150 mg dan 300 mg mempunyai aktivitas untuk mengobati penyakit multiple sclerosis (MK), tetapi dari hasil pengujian diketahui juga bahwa Zinbryta bersifat hepatotoksik (dapat merusak fungsi hati) sehingga penggunaanya tidak disarankan untuk pasien yang mengidap penyakit hati.
Dosis untuk Zinbryta adalah 150 mg dan diberikan setiap satu bulan sekali secara subkutan (penyuntikan di bawah kulit) dalam autoinjector (1 mL autoinjector mengandung 150 mg daclizumab; polisorbat 80 0,3 mg; natrium klorida 5,84 mg; natrium suksinat anhidrat 5,94 mg; asam suksinat 0,35 mg; dan air untuk injeksi pH 6).
Pemberian obat secara subkutan dilakukan karena di bawah kulit banyak terdapat pebuluh darah sehingga obat akan cepat diserap oleh tubuh.
Formulasi obat secara injeksi mempunyai kelebihan yaitu kadar obat yang sampai ke target akan optimal, jaminan dosis akan tercapai, terhindar dari kerusakan obat di sistem pencernaan (oleh pH lambung) dan kepatuhan pasien akan terjamin karena obat hanya diberikan satu bulan sekali serta dapat menghindari efek biologis karena penggunaan obat yang terlalu sering.
Penggunaan Zinbryta dapat menyebabkan efek samping pada pasien. Efek samping yang dapat terjadi diantaranya adalah nasofaringitis, infeksi pada saluran pernnafasan atas, ruam-ruam pada kulit, infeksi pada kulit, bronchitis, serta terjadinya eksim. Tetapi efek samping tersebut tidak selalu terjadi pada tiap pasien yang mengkonsumsi Zinbryta, infeksi hanya terjadi pada beberapa pasien saja (tergantung kondisi masing-masing pasien).
Zinbryta dikontraindikasikan terhadap pasien dengan penyakit hati, riwayat hepatitis autoimun atau kondisi autoimun lain, serta terhadap pasien yang hipersensitivitas terhadap daclizumab. Pemakaian Zinbryta harus diperhatikan terhadap pasien yang menggunakan obat hepatotoksik. Hati-hati dalam menggunakan produk herbal atau suplemen makanan yang dapat menyebabkan hepatotoksisitas.
Sumber:
Avasarala, Jagannadha. 2018. DRESS Syndrome and Daclizumab Failure-Were Potentially Dangerous Sign Missed in Clinical Trials?. Drug Target Insights, Vol 12: 1–2.
Baldassari, Laura E., Rose, John W. 2017. Daclizumab: Development, Clinical Trials, and Practical Aspects of Use in Multiple Sclerosis. Neurotherapeutics 14: 842-858 DOI: 10.1007/s13311-017-0553-8.
Food and Drug Administration. 2019. FDA Approves Zinbryta to Treat Multiple Sclerosis. Tersedia (online) di https://www.fda.gov/news-events/press announcements/fda-approves-zinbryta-treat-multiple-sclerosis. Diakses pada tanggal 27 Oktber 2019.
Rizminardo, Fredyton., Syarief, Iskandar., Lestari, Rahmi., Handayani, Tuti. 2018. Multiple Sklerosis pada Anak. Jurnal Kesehatan Andalas, 7 (Supplement 2).
Penulis : Astrina Fuji Nurfadilah, Program Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…