Majalah Farmasetika – Beberapa tahun belakangan beberapa obat telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan bagi penderita Multiple Sclerosis (MS) seperti Siponimod, Faclizumab, Daclizumab, Cladribine, dan Dalfampridine yang khusus untuk membantu pasien MS berjalan.
Dan yang terbaru, FDA juga telah menyetujui Zeposia (Ozanimod) sebagai obat baru untuk pengobatan Relaps MS, termasuk clinically isolated syndrome, relapsing remitting disease dan active secondary disease untuk dewasa.
Indonesia memiliki organisasi yang peduli terhadap Multiple Sclerosis (MS) yang bernama Yayasan Multiple Sclerosis Indonesia (YMSI) yang juga berafiliasi terhadap perhimpunan MS sedunia. Didirikan pada tahun 2008 oleh Kanya Puspokusumo yang lahir pada 1971 dan kemudian didiagnosis menderita MS pada tahun 2001.
Multiple Sclerosis (MS) adalah penyakit seumur hidup yang menyertai penyintasnya karena itu pengobatan harus selalu dikonsultasikan oleh dokter yang ahli pada bidangnya dalam hal ini yaitu dokter neurologi saraf.
Prevalensi di Indonesia tidak banyak jika dibandingkan dengan negara di benua Eropa yaitu berkisar 1-5/100.000 penduduk.
Merupakan subtipe yang paling sering, ditandai dengan episode relaps atau serangan. Dapat dikatakan relaps apabila episode tersebut terjadi setelah 30 hari atau lebih setelah kondisi klinis yang stabil. Serangan-serangan awal umumnya tidak atau mnimal dalam menimbulkan gejala sisa. Dapat berkembang menjadi tipe SPMS sehingga gejala sisa pasca relaps semakin berat.
Terdapat sekitar 75% pasien dengan subtipe RRMS berkembang menjadi SPMS dapat terjadi 20 tahun setelah diagnosis RRMS. Subtipe ini akan terjadi perburukan defisit neurologis yang progresif dapat ditandai dengan relaps maupun tanpa gejala relaps.
Subtipe ini tidak terdapat episode relaps. Penyakit berkembanng gradual dan semakin progresif. Onset PPMS biasanya muncul pada usia yang lebih tua dibandingkan dengan RPMS.
Frekuensi subtipe yang sangat jarang. Dimana perkembangan progresif tetapi ada beberapa episode perburukan yang berespon dengan baik terhadap steroid.
Subtipe yang ditemukan pada 5-8% kasus yang ditandai dengan disabilitas yang minmal dengan nilai EDSS kurang dari 3,5 dan berlangsung lebih dari 20 tahun selama durasi sakit.
Zeposia (Ozanimod) adalah obat baru yang disetujui oleh Food and Drug Adminstrasion (FDA) baru-bau ini tepat nya pada tanggal 20 Maret 2020 ditujukan untuk pengobatan relaps bentuk multiple sclerosis (MS) termasuk sindrom klinis terisolasi, penyakit relaps-remisi, dan penyakit proggresif sekunder aktif pada orang dewasa.
Zeposia mengandung ozanimod, modulator reseptor S1P dan disuplai sebagai ozanimod hidroklorida. Nama kimia ozanimod hidroklorida adalah 5-(3-{(1S)-1-[(2 hydroxyethyl)amino]-2,3-dihydro-1H-inden-4-yl}-1,2,4-oxadiazol-5yl)-2[(propan-2-yl)oxy]benzonitrile, monohydrochloride. Mempunyai bentuk berupa padatan putih yang bebas larut dalam air dan alkohol dengan BM sebesar 440,92 g/mol.
Kapsul zeposia disediakan dalam kapsul gelatin keras untuk pemberian oral dengan komposisi inactive ingredients berupa silicon dioksida koloid, natrium silangarmosa, magnesium stearate dan selulosa mikrokristalin.
Cangkang kapsul dibuat dengan tinta hitam mengandung inactive ingredients berupa oksida besi hitam, gelatin, oksida besi merah, titamiu, dioksida dan oksida besi kuning.
Ozanimod adalah modulator reseptor sphingosine 1-fosfat (S1P) yang berikatan dengan afinitas tinggi terhadap reseptor S1P 1 dan 5. Ozanimod memblokir kapasitas limfosit untuk keluar dari kelenjar getah bening, mengurangi jumlah limfosit dalam darah tepi.
Mekanisme dimana ozanimod memberikan efek terapeutik pada multiple sclerosis tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan pengurangan migrasi limfosit ke dalam sistem saraf pusat.
Zeposia mempunyai 3 bentuk kekuatan dosis mulai dari 0,23 0,46 dan 0,92 mg. dengan regimen dosis dimana pada hari pertama sampai hari keempat diberikan dosis 0,23 mg sekali sehari hari ke 5 sampai ke 7 dinaikkan dosis nya menjadi 0,46 mg untuk hari ke 8 sampai seterusnya untuk dosis pemeliharaan di gunakan dosis 0,92 mg sekali sehari
Kemanjuran zeposia ditunjukan dalam 2 uji klinis acak, double blind, double dummy, parallel group, aktif komparator terkontrol dari desain yang sama pada pasien dengan bentuk relaps Multiple Sclerosis (MS).
Tingkat kambuhan tahunan secara statistik lebih rendah secara signifikan pada pasien yang diobati dengan ZEPOSIA 0,92 mg dibandingkan pada pasien yang menerima IFN beta-1a 30 mcg (IM).
Jumlah lesi T2 baru atau yang membesar dan jumlah lesi GdE secara statistik lebih rendah secara signifikan pada pasien yang diobati dengan ZEPOSIA 0,92 mg dibandingkan pada pasien yang menerima IFN beta-1a.
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perkembangan disabilitas yang dikonfirmasi selama tiga bulan dan enam bulan antara ZEPOSIA dan pasien yang diobati dengan beta-1a dengan pengobatan IFN selama 2 tahun.
Efek serupa dari ZEPOSIA pada tingkat kambuhan tahunan dibandingkan dengan IFN beta-1a diamati dalam subkelompok eksplorasi yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin, usia, terapi non-steroid sebelumnya untuk MS, dan aktivitas penyakit dasar.
Zeposia dapat menyebabkan efek samping seperti masalah pada hati, terjadinya kenaikan tekanan darah, permasalahan pada sistem pernafasan, masalah pada penglihatan (macular edema), pembengkakan dan penyempitan pembuluh darah di otak, memburuknya keadaan MS setelah penghentian Zeposia, dan adanya reaksi alergi.
Disimpan pada suhu 20 ° C hingga 25 ° C (68 ° F hingga 77 ° F)
Sumber:
Estiasari R, Machfoed MH, Purba J, Imran D, Sugianto P, Sudewi R, Komari N and Sucipto. (2015). Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Multipel Sklerosis di Indonesia. Perdossi: Jakarta.
https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/nda/2020/209899Orig1s000lbl.pdf
https://www.clinicaltrialsarena.com/projects/zeposia-ozanimod/
https://www.fda.gov/drugs/development-approval-process-drugs/drug-trials-snapshots-zeposia
https://www.multiplesclerosis.or.id/2019/05/multiple-sclerosis-penyakit-misterius-dengan-seribu-wajah/
Pinzon RT and Renita Sanyasi RDL. (2018). Critical appraisal of multiple sclerosis guideline in Indonesia. GSC Biological and Pharmaceutical Sciences, 5(2), 13-16
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…