Majalah Farmasetika – Corona Virus Disease (COVID-19) disebabkan oleh single-stranded RNA virus yang disebut dengan Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus-2 (SARS-CoV-2). Secara umum virus kelompok RNA akan bermutasi dan tidak dilakukan koreksi terhadap mutasi tersebut. Moderna, Inc yang perusahaan biotekteknologi asal Massachusetts, Amerika Serikat sedang mengembangkan vaksin untuk COVID-19.
Moderna, Inc merupakan perusahaan bioteknologi pertama yang melakukan uji klinik terhadap vaksin messenger RNA (mRNA) untuk menciptakan obat generasi baru untuk pasien. Bentuk virus corona menyerupai mahkota. Bentuk mahkota berasal dari protein S atau spike protein yang mengelilingi permukaan virus.
Protein S inilah yang berperan penting dalam pola infeksi virus corona ke sel pernafasan. Vaksin yang dikembangkan oleh Moderna merupakan vaksin mRNA yang dienkapsulasi dalam Lipid Nanopartikel (LNP) sebagai pengkodean untuk bentuk stabilisasi protein Spike (S).
Uji klinik fase I memberikan hasil yang cukup memuaskan, yang memberikan harapan vaksin mRNA-1273 ini sebagai kandidat vaksin untuk pengobatan COVID-19.
mRNA-1273 adalah vaksin mRNA untuk pengobatan SARS-CoV-2 yang mengkode stabilisasi perfusi protein Spike (S). Moderna bergerak menuju uji klinis Fase I, batch pertama dosis mRNA-1273 selesai pada 7 Februari. Kemudian pada bulan yang sama, pada 24 Februari, perusahaan bioteknologi yang bermarkas di Massachusetts mengirimkan batch pertama kandidat vaksinnya ke NIAID (National Institute of Allergy and Infectious Diseases) untuk menjalani studi klinis Tahap I. Juan Andres (Moderna’s chief technical operations and quality officer) mengatakan “upaya luar biasa” dari semua yang terlibat dimana batch klinis pertama dikirim untuk pengujian dengan “kecepatan” hanya 42 hari setelah urutan genetik virus pertama kali diidentifikasi. Tak lama setelah itu, FDA menerima pengajuan IND (investigational new drug) untuk mRNA-1273 dan NIH (National Institutes of Health) mengumumkan sukarelawan pertama telah diberi dosis dengan kandidat vaksin dalam studi klinis Fase I pada 16 Maret.
Pada akhir Maret, Moderna menyatakan akan meningkatkan kapasitas produksinya untuk memproduksi jutaan dosis vaksin setiap bulannya. Tujuan ini mendapat dorongan besar pada 16 April 2020 karena perusahaan tersebut mendapat dana yang cukup banyak dari pemerintah Amerika Serikat, BARDA (Biomedical Advanced Research and Development Authority) untuk mempercepat pengembangan kandidat vaksinnya dan memungkinkan produksi skala besar sebelum akhir tahun 2020.
Dalam sebuah pernyataan, Direktur BARDA, Dr. Rick Bright mengatakan tujuan BARDA adalah untuk menyediakan vaksin secepat mungkin dan mempersiapkan untuk uji klinis tahap lanjut dan peningkatan produksi.
Tidak seperti vaksin pada umumnya, vaksin RNA ini bekerja dengan cara memperkenalkan urutan mRNA (molekul yang memberitahu sel apa yang harus dikembangkan). “Setelah diproduksi di dalam tubuh, antigen tersebut akan membantu tubuh meningkatkan imunitas yang berfungsi untuk melawan virus corona”.
Moderna, Inc merupakan perusaan farmasi di Amerika Serikat yang mengembangkan messenger RNA (mRNA) untuk menciptakan kelas baru obat-obatan transformatif untuk pasien. Obat-obatan mRNA dirancang untuk mengarahkan sel-sel tubuh untuk menghasilkan protein intraseluler, membran atau protein yang disekresikan yang dapat memiliki manfaat terapeutik atau pencegahan dan memiliki potensi untuk mengatasi spektrum penyakit yang luas. Moderna mengembangkan terapi dan vaksin untuk penyakit menular, imuno-onkologi, penyakit langka dan penyakit kardiovaskular, secara mandiri dan dengan strategi kolaborasi.
Moderna, Inc merupakan perusahaan bioteknologi pertama yang melakukan uji klinik terhadap vaksin messenger RNA (mRNA) untuk menciptakan obat generasi baru untuk pasien. Pada tanggal 18 Mei 2020 waktu Cambridge, Moderna mengumumkan data klinis sementara hasil uji klinik fase 1 mengenai vaksin mRNA-1237 yang cukup memuaskan sebagai kandidat vaksin terhadap Novel coronavirus (SARS-CoV-2) yang dipimpin oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), bagian dari National Institutes of Health (NIH).
Vaksin yang dikembangkan oleh Moderna, Inc dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. mRNA-1273 adalah vaksin berbasis Lipid Nanopartikel (LNP) yang mengenkapsukasi mRNA. Tujuan sekunder adalah untuk mengevaluasi imunogenisitas yang diukur dengan Immunoglobulin G (IgG) enzyme-linked assay immunosorbent (ELISA) ke protein SARS-CoV-2 S (spike). Subjek akan menerima injeksi intramuskular (IM) (0,5 mililiter [mL]) mRNA-1273 pada Hari ke-1 dan ke-29 pada otot deltoid dan akan diikuti 12 bulan setelah vaksinasi kedua (Hari 394).
Uji klinik fase I (NCT04283461) dilakukan terhadap 45 pasien yang bertujuan untuk menilai keamanan dan reaktivitas pada orang dewasa sehat (laki-laki dan perempuan yang tidak sedang hamil) dengan rentang usia 18-55 tahun pada tiga tingkat dosis penelitian (25 mg, 100 mg, dan 250 mg).
Hasilnya menunjukan bahwa semua sukarelawan pada tiga tingkat dosis penelitian menghasilkan antibodi virus pada hari ke 15 setelah pengobatan, dengan delapan sukarelawan dalam dua tingkat dosis mencapai atau melebihi titer neutralizing antibody. Pada hari ke 43, dua minggu setelah dosis kedua, tingkat pengikatan antibodi untuk 15 sukarelawan yang diberi dosis pada tingkat 25 mg berada pada tingkat yang terlihat dalam sampel darah dari orang yang telah pulih dari COVID-19. Pada hari ke 43, 10 sukarelawan pada level 100 μg menunjukkan tingkat pengikatan antibodi yang secara signifikan melebihi tingkat yang terlihat dalam serum pemulihan
Hasil uji klinik fase I ini memberikan harapan awal bahwa vaksin yang sedang dikembangkan dapat memberikan hasil yang baik terhadap Virus Corona. Tingkat dosis yang berbeda menunjukkan respons yang berbeda pula, dimana sukarelawan yang mendapat dosis lebih tinggi memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi pula.
Berdasarkan hasil parsial Fase 1, Moderna mengatakan bahwa mereka tidak akan memakai dosis tertinggi karena pada dosis yang rendah sudah memberikan efek. studi Fase 1 hanya mampu menunjukkan vaksin yang hanya memicu respons antibodi.
Secara umum mRNA-1273 aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Sampai saat ini efek samping yang dilaporkan pada dosis 25 μg dan 100 μg adalah terjadi eritema (kemerahan) di sekitar lokasi injeksi pada satu orang sukarelawan yang ditandai sebagai efek samping “kelas 3”. Efek samping yang plaing menonjol terlihat pada tingkat pemberian dosis 250 μg, dimana terdapat tiga sukarelawan yang mengalami gelaja sistemik tingkat 3, hanya setelah pemberiain dosis kedua. Semua kejadian buruk bersifat sementara dan sembuh dengan sendirinya. Tidak ada efek samping grade 4 atau efek samping serius yang dilaporkan.
Berdasarkan data uji klinik fase 1 sementara, Moderna akan melakukan uji klinik fase II dengan dua tingkat dosis yaitu 50 ug dan 100 ug. FDA telah memberikan persetujuan Moderna untuk uji klinik fase II yang bertujuan untuk menguji efek biologis obat pada pasien, dan Moderna mengajukan amandemen untuk penambahan tingkat dosis 50 ug pada studi fase 2 (yang sebelumnya tidak dilakukan pengujian pada uji klik fase I).
Uji klinik fase II (NCT04405076) akan mencakup sekitar 600 sukarelawan sehat, setengah dari mereka berusia 18-55 tahun dan setengahnya berusia di atas 55 tahun. Para sukarelawan akan ditugaskan secara acak untuk menerima plasebo atau salah satu dari dua dosis mRNA-1273.
Moderna tidak membuang waktu dalam memajukan vaksinnya menuju uji klinik fase II, mengajukan aplikasi IND ke FDA pada 27 April, dan aplikasi tersebut diterima pada 6 Mei. Perusahaan kemudian mengumumkan perjanjian kolaborasi 10 tahun dengan perusahaan bioteknologi raksasa di Swiss yaitu Lonza untuk memproduksi vaksin mRNA 1273. Kolaborasi ini diharapkan mampu membantu Moderna mencapai tujuan akhirnya, yaitu menghasilkan satu miliar vaksin per tahun. Pada 12 Mei 2020, mRNA-1273 menerima penunjukan fast track dari FDA.
Moderna mengumumkan hasil uji klinik fase I vaksin mRNA-1273 yang cukup memuaskan pada 18 Mei 2020 yang menjadi perusahaan pertama yang merilis data uji klinik untuk kandidat vaksin corona virus.
Sukarelawan dalam penelitian ini nampak menghasilkan respons imun yang serupa dengan yang terlihat pada orang yang telah terinfeksi virus dan telah pulih. Moderna mengklaim mRNA-1273 telah “secara umum aman dan dapat ditoleransi dengan baik”.
Tak lama setelah ini, pada tanggal 29 Mei, Moderna mengatakan telah memulai uji klinik fase II pada seorang sukarelawan dan bermaksud untuk mendaftarkan total 600 orang sehat dalam penelitian ini.
Pada saat yang sama, perusahaan bioteknologi ini mengumumkan akan menyelesaikan rencananya untuk uji klinik fase III mRNA-1273, dan mengharapkan untuk memulai tahap pengujian berikutnya pada bulan Juli 2020 dengan 30.000 sukarelawan. Uji klinik fase III ini bertujuan untuk memvalidasi efektivitas vaksin sebelum vaksin tersebut dipasarkan dan secara resmi dapat digunakan sebagai vaksin untuk COVID-19.
mRNA-1273 merupakan kandidat vaksin untuk Corona Virus Disease (COVID-19) yang dikembangkan oleh Moderna, Inc, suatu perusahaan bioteknologi yang berasal dari Amerika Serikat. mRNA-1273 adalah vaksin berbasis Lipid Nanopartikel (LNP) yang mengenkapsukasi Mrna yang dikembangkan dalam bentuk sediaan injeksi. Uji klinik fase I (NCT04283461) dilakukan terhadap 45 pasien (18-55 tahun) pada tiga tingkat dosis penelitian (25 mg, 100 mg, dan 250 mg) yang memberikan hasil cukup memuaskan yang di umumkan pada 18 Mei 2020. Secara umum mRNA-1273 aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Pada tanggal 29 Mei, Moderna telah memulai uji klinik fase II, dan uji klinis fase III yang direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli 2020. Dari hasil uji klinik fase I sementara, Mrna-1273 diharapkan dapat menjadi kandidat vaksin yang efektif dan dapat diproduksi secara masal, guna untuk menanggulangi pandemic yang sedang berlangsung ini.
Referensi
Penulis : Mayang Kusuma Dewi, Program Magister Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…