Majalah Farmasetika – Pemerintah Indonesia sedang bekerja keras untuk memproduksi vaksin COVID-19 sendiri pada awal tahun depan, di tengah meningkatnya kecemasan bahwa negara-negara berkembang dapat mengalami kesulitan mendapatkan akses ke vaksin di masa depan.
Hal ini diungkap oleh kepala tim peneliti nasional COVID-19 Indonesia, Ali Ghufron Mukti, pada Kamis (16/7/2020).
“Kemampuan produksi dan kapasitas perusahaan biotek di dunia, kami tahu, terbatas, dan rantai pasokan global juga menghadapi tantangan,” kata Ali Ghufron Mukti, kepala tim inovasi di kementerian riset dan teknologi Indonesia, mengatakan pada konferensi pers yang disiarkan bersama menteri luar negeri.
“Karena itu, Indonesia perlu mengembangkan vaksin COVID-19 sendiri. Dan itu akan dilakukan oleh Indonesia, dari Indonesia, ke Indonesia,” katanya.
“Kami menggunakan teori kami dan kami optimis bahwa pada tahun 2021 dan awal 2021, ini akan selesai di laboratorium,” ujarnya, menambahkan perusahaan milik negara Bio Farma dapat melakukan uji coba pada paruh kedua tahun depan.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dalam beberapa bulan terakhir telah berbicara tentang perlunya negara-negara berkembang untuk memiliki akses ke vaksin apa pun di masa depan, di tengah kekhawatiran bahwa negara-negara kaya akan mencoba menyudutkan pasokan yang terbatas.
Kekhawatiran tersebut meningkat minggu ini, ketika Amerika Serikat mengumumkan telah membeli sebagian besar pasokan global obat Gdilead Inc., remdesivir, yang terbukti mempercepat waktu pemulihan dari COVID-19.
Pandemi telah memicu perlombaan untuk menemukan vaksin, dengan lebih dari 100 dalam pengembangan dan sekitar selusin sudah diuji pada manusia.
Pada hari Kamis, Mukti juga menguraikan upaya yang sedang berlangsung antara perusahaan farmasi lokal dan asing untuk memproduksi vaksin secara massal di Indonesia. Tim Pengembangan Vaksin COVID-19 telah bertugas menjamin ketersediaan vaksin secara nasional dalam 12 bulan ke depan.
Honesti Basyir, direktur Bio Farma, mengatakan kepada Reuters pada akhir Juni bahwa pihaknya bekerja dengan perusahaan Vaksi China Sinovac yang akan memasuki tahap ketiga uji klinis pada manusia bulan ini. Jika percobaan berhasil, maka dapat memulai produksi pada kuartal pertama tahun depan dengan dosis minimum 100 juta.
Dengan populasi lebih dari 265 juta, Indonesia memperkirakan akan membutuhkan lebih dari 352 juta suntikan vaksin dua dosis.
Pada hari Kamis Indonesia mencatat 1.624 kasus virus korona baru, kenaikan harian tertinggi sejauh ini, menjadikan jumlah total kasus menjadi 59.394.
Selain Bio Farma dan Sinovac, Mukti mengatakan perusahaan farmasi swasta Indonesia Kalbe Farma dan perusahaan bioteknologi Korea Selatan Genexine bekerja sama untuk memproduksi vaksin.
Sumber : Indonesia seeking its own COVID-19 vaccine amid worry about access. https://www.thejakartapost.com/news/2020/07/03/indonesia-seeking-its-own-covid-19-vaccine-amid-worry-about-access.html
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…