Majalah Farmasetika – Lebih dari 10 juta penduduk di dunia mengalami parkinson. Kejadian penyakit parkinson meningkat seiring dengan pertambahan usia, namun diperkirakan sebanyak 4% penderita parkinson didiagnosis sebelum usia 50 tahun.
Hingga saat ini, levodopa merupakan pengobatan simptomatik yang paling efektif untuk penyakit Parkinson (PD). Efek terapeutik levodopa bergantung pada biotransformasi menjadi dopamin di otak. Akan tetapi, levodopa mengalami metabolisme yang cepat dan ekstensif oleh aromatic L-amino acid decarboxylase (AADC) perifer dan catechol-O-methyltransferase (COMT).
Hal ini menyebabkan dosis oral levodopa yang mencapai otak hanya berkisar 1%. Oleh karena itu, untuk meningkatkan bioavailabilitasnya, pemberian levodopa biasanya disertai dengan penghambat AADC (carbidopa atau benserazide) meskipun masih sekitar 90% dosis levodopa diubah oleh COMT menjadi 3-O-methyldopa.
Dengan demikian, inhibitor COMT diberikan untuk mengurangi metabolisme levodopa perifer dan meningkatkan dosis levodopa yang sampai ke otak. Hanya terdapat dua penghambat COMT (tolcapone dan entacapone) yang saat ini tersedia untuk penggunaan klinis meskipun kedua obat tersebut masih memiliki beberapa keterbatasan klinis. Oleh karena itu, diperlukan penghambat COMT yang lebih manjur dan lebih aman.
Opicapone merupakan penghambat COMT generasi ketiga baru yang saat ini sedang menjalani uji klinis fase III dan digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien PD yang diobati dengan levodopa. Opicapone (Ongentys®) merupakan obat baru golongan penghambat COMT (catechol-O-methyltransferase) yang diberikan izin edar pertama kali pada bulan Juni 2016 oleh European Medicines Agency dan telah diberi lisensi resmi untuk terapi adjuvan untuk sediaan levodopa / DOPA dekarboksilase inhibitor (DDCI) pada orang dewasa dengan penyakit Parkinson yang mengalami fluktuasi motorik akhir dosis.
Dalam pengujian studi klinik (BIPARK-1 dan BIPARK-2), ONGENTYS 50mg secara signifikan mengurangi waktu istirahat absolut rata-rata dari awal ke minggu ke 14 atau 15 dibandingkan dengan plasebo. Peningkatan yang signifikan dalam waktu “on” tanpa dyskinesia yang sulit dari awal sampai minggu ke 14 atau 15 ditemukan bila dibandingkan dengan plasebo.
Pada saat ini, ONGENTYS® (opicapone) merupakan obat yang digunakan untuk penyakit Parkinson dan digunakan bersama dengan Levodopa atau Karbidopa. Lebih khusus lagi obat ini digunakan saat penggunaan levodopa tidak mengatasi gejala dari Parkinson.
Kelebihan ONGENTYS® (opicapone) dibandingkan dengan obat yang sebelumnya, contohnya entacapone dan tolcapone yang merupakan obat golongan COMT inhibitor generasi 2 yang sudah banyak digunakan. Pada obat entacapone membutuhkan konsumsi yang lebih sering yaitu setiap asupan L-dopa dengan potensi ringan. Sementara tolcapone, meskipun berpotensi lebih kuat dan durasi lebih lama, perlu dilakukan pemantauan fungsi hati berulang karena risiko hepatotoksisitas yang tinggi.
Sedangkan pada Opicapone yang merupakan golongan COMT inhibitor generasi 3 yang dirancang untuk menutupi kekurangan entacapone dan tolcapone. Opicapone memberikan potensi penghambatan COMT yang tinggi sehingga menghindari toksisitas sel. Afinitas opicapone yang lebih tinggi ini menjadikan dosis sebesar 50 mg dapat berefek seperti entacapone 200 mg. Kelebihan ini dibuktikan dengan konstanta laju disosiasi kompleks yang lambat dan secara in vivo memberi durasi aksi yang lama.
Terapi opicapone cukup dikonsumsi sekali sehari, namun karena aktivitasnya terkait dengan levodopa, maka tetap perlu diwaspadai adanya efek samping pusing dan mengantuk. Pasien dengan pengobatan menggunakan opicapone tidak mengalami perubahan warna urin seperti yang terjadi pada terapi entacapone dan tidak memerlukan pemantauan fungsi hati seperti pada terapi tolcapone.
Maka dari itu, opicapone merupakan terapi tambahan yang efektif untuk dipilih dalam pengobatan fluktuasi motorik pada pasien Parkinson yang menggunakan terapi levodopa.
Sumber :
FDA Clears Opicapone (Ongentys) as Add-On Therapy in PD https://www.medscape.com/viewarticle/929586
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…