Categories: Berita

Studi : Konsumsi Obat Steroid Seperti Prednison Bisa Turunkan Respons Vaksin COVID-19

Majalah Farmasetika – Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hampir 3% orang dewasa yang diasuransikan di Amerika Serikat di bawah usia 65 tahun mengonsumsi obat yang melemahkan sistem kekebalan mereka.

Sebuah studi yang diterbitkan di Jama Network Open menemukan bahwa hampir 3% orang dewasa yang diasuransikan di Amerika Serikat di bawah usia 65 tahun mengonsumsi obat yang melemahkan sistem kekebalan mereka.

Menurut penulis penelitian, imunosupresi yang diinduksi obat berpotensi meningkatkan risiko gejala COVID-19 yang parah dan dirawat di rumah sakit jika orang-orang ini terinfeksi.

Data untuk penelitian ini dikumpulkan dari lebih dari 3 juta pasien dengan asuransi swasta. Para peneliti memusatkan perhatian pada penggunaan obat-obatan imunosupresif oleh pasien, termasuk obat-obatan kemoterapi dan steroid seperti prednison, dan menemukan bahwa hampir 90.000 orang memenuhi kriteria penelitian untuk imunosupresi yang diinduksi obat.

Dua pertiga dari pasien ini menggunakan steroid oral setidaknya sekali, dan lebih dari 40% pasien menggunakan steroid selama lebih dari 30 hari dalam setahun.

“Studi ini memberi kami informasi yang sebelumnya tidak tersedia tentang berapa banyak orang Amerika yang mengonsumsi obat penekan kekebalan,” kata Beth Wallace, MD, seorang rheumatologist di Michigan Medicine, dalam siaran pers.

“Ini juga memperkuat bahwa banyak orang Amerika terus menggunakan steroid oral, yang terkait dengan efek [merugikan] yang serius dan seringkali dapat dihindari atau diganti dengan pengobatan alternatif.” lanjutnya.

Pada saat analisis penyelidik mereka, vaksin untuk melawan COVID-19 belum tersedia di luar uji klinis. Namun, menurut para peneliti, bukti yang berkembang menunjukkan bahwa mengonsumsi obat penekan kekebalan dapat mengurangi kemanjuran suntikan COVID-19.

Mereka menyebutkan beberapa strategi yang saat ini sedang dievaluasi untuk kemanjuran, termasuk menahan obat-obatan sekitar waktu vaksinasi dan memberikan suntikan penguat tambahan.

“Kami mulai menyadari bahwa orang yang memakai obat penekan kekebalan mungkin memiliki respons yang lebih lambat dan lebih lemah terhadap vaksinasi COVID [-19], dan, dalam beberapa kasus, mungkin tidak merespons sama sekali,” kata Wallace dalam rilisnya.

“Kami tidak memiliki gambaran lengkap tentang bagaimana obat-obatan ini memengaruhi keefektifan vaksin, jadi sulit untuk merumuskan pedoman seputar vaksinasi pasien ini.” tegasnya.

Wallace juga menyatakan keprihatinannya atas bagaimana kelompok pasien yang mengalami imunosupresi harus melanjutkan mengikuti pedoman relaksasi dari masking dan jarak CDC untuk orang yang divaksinasi.

“CDC mengakui kelompok ini mungkin tidak terlindungi seperti orang lain yang divaksinasi penuh, tetapi tidak ada rekomendasi yang ditetapkan untuk tindakan pencegahan apa yang harus mereka ambil,” kata Wallace dalam rilisnya.

“Untuk saat ini, ini akan menjadi keputusan individu yang dibuat orang dengan dokter mereka.” Jelasnya.

Para peneliti mengatakan bahwa ke depan, peneliti masa depan perlu melihat secara prospektif tanggapan vaksin pada populasi yang rentan ini.

“Sampai kami mengetahui lebih banyak tentang ini, kami benar-benar tidak akan dapat mengatakan apakah orang yang mengalami imunosupresi benar-benar dilindungi,” kata Wallace dalam rilisnya.

Sumber

Study: Patients Taking Immunosuppressive Drugs May Have Limited COVID-19 Vaccine Response https://www.pharmacytimes.com/view/study-patients-taking-immunosuppressive-drugs-may-have-limited-covid-19-vaccine-response

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago