Categories: Berita

Waspadai Efek Kelelahan Karena Fenomena Long COVID-19

Majalah Farmasetika – Long covid adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang masih mengalami gelaja COVID setelah mengalami kondisi pasca akut.

Orang yang terkena fenomena long covid adalah orang yang sudah pernah mengalami COVID-19 dan telah dinyatakan sembuh sampai berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

10% hingga lebih dari 80% pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 mengalami gejala lebih dari 3 minggu dan terkadang lebih dari 12 minggu (Mondelli dan Pariante, 2021).

Sudre dkk., (2021) menganalisis data dari 4.128 kasus insiden COVID-19 di mana individu melaporkan sendiri gejala mereka secara prospektif di aplikasi studi gejala COVID-19 sebanyak 558 (13,3%) orang melaporkan gejala yang berlangsung selama ≥28 hari, 189 (4,5%) untuk ≥8 minggu dan 95 (2,3%) untuk ≥12 minggu.

Penyebab long COVID masih diselidiki namun dugaan sementara yakni terjadi akibat adanya kerusakan organ akibat virus dan sisa-sisa peradangan.

Gejala-gejala yang sering terjadi kelelahan, sesak napas, batuk, nyeri sendi, nyeri dada termasuk gangguan penciuman dan pengecap.

Studi Gejala Covid-19 Inggris, mengumpulkan informasi gejala dari hampir empat juta pengguna, data mereka menunjukkan bahwa satu dari 10 pasien Covid sakit selama tiga minggu atau lebih.

Tim tersebut mengungkapkan, “Sebagian besar sumber kesehatan menyarankan bahwa orang akan pulih dalam waktu dua minggu atau lebih. Tetapi semakin jelas bahwa ini tidak terjadi pada semua orang yang terinfeksi virus corona.”

Beberapa penelitian mengatakan kelelahan merupakan gejala utama dan gejala yang paling sering terjadi pada pasien yang mengalami “Long Covid”.

Kelelahan dapat mempengaruhi 87% pasien Covid-19. Studi lain juga menemukan bahwa 47% pasien mengalami kasus kelelahan.

Apakah kelelahan yang biasa terjadi dengan kelelahan yang menjadi tanda gejala pasien “Long Covid” adalah kelelahan yang sama?

Istilah ‘kelelahan’ memiliki beragam arti, ada yang termasuk bagian dari kehidupan sehari-hari karena aktivitas yang dilakukan disebut kelelahan fisiologis, atau seperti yang terjaid pada penyakit anemia disebut kelelahan patologis. Kelelahan dapat dianggap sebagai alarm tubuh dalam mempertahankan keseimbangan tubuh yang sangat berhubungan dengan kebutuhan energi.

Pada keadaaan long covid, kelelahan digambarkan dalam bentuk fisik berupa kehilangan energi dan perasaan berat dan dalam bentuk mental seperti kurang konsentrasi dan tidak bisa focus atau dikenal juga dengan sebutan brain fog.

Kelelahan terus-menerus setelah infeksi COVID-19 akut terjadi selama 21 hari atau lebih setelah timbulnya gejala. Kelelahan yang diakibatkan “Long Covid” terjadi akibat perubahan aktivitas sel imun yang berpotensi menyebabkan respon autoimun dan kerusakan pada jaringan akibat infeksi virus yang terjadi diawal. Kelelahan yang terjadi terus menerus juga dapat dihubungkan dengan kerusakan sistem saraf pusat (SSP).

Kelelahan setelah infeksi virus adalah suatu hal yang sering terjadi. Ini karena tubuh masih merespon infeksi virus meskipun sebenarnya sudah tidak ada infeksi.

Kelelahan dapat bertahan lama pada beberapa orang karena beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti rendahnya aktifitas fisik, terganggunya rutinitas sehari-hari, pola tidur yang tidak baik, pekerjaan yang menuntut, mood yang rendah, anxiety dan juga stress. Hal-hal inilah yang dapat memperparah kelelahan pada long Covid sehingga kelelahan dirasakan hingga berbulan-bulan.

Sumber

Mondelli, V., dan Pariante, C. M., 2021. What can neuroimmunology teach us about the symptoms of long-COVID?. Oxford Open Immunology. Vol 2 (1).

Sudre, C. H., Murray, B., Vasavsky, T., Graham, M. S., Penfold, R. S., Bowyer, R.C., Pujol, J. C., Klaser, K., Antonelli, M., Canas, L. S., Molteni, E., Modat, M.,Cardoso, M. J., May, A., Ganesh, S., Davies, R., Nguyen, L. H., Drew, D. A., Astley, C. M., Joshi, A. D., Merino, J., Tsereteli, N., Fall, T., Gomez, M. F., Duncan, E. L., Menni, C., Williams, F. M. K., Franks, P. W., Chan, A. T., Wolf, J., Ourselin, S., Spector, T., dan Steves, J., 2021. Attributes and predictors of long COVID. Nature Medicine. Vol 27.

Nur Fahmi Azzahra

Mahasiswa semester 5 Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Share
Published by
Nur Fahmi Azzahra

Recent Posts

Kimia Farma Hadapi Tantangan Besar: Penutupan Pabrik dan PHK Karyawan

Majalah Farmasetika - PT Kimia Farma (Persero) Tbk, perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, saat ini…

4 hari ago

Pertimbangan Regulasi Terkait Model Peracikan 503B ke 503A untuk Apotek Komunitas

Majalah Farmasetika - Tinjauan mengenai persyaratan bagi apotek yang mempertimbangkan untuk memesan senyawa dari fasilitas…

4 hari ago

FDA Memperluas Persetujuan Delandistrogene Moxeparvovec-rokl untuk Distrofi Otot Duchenne

Majalah Farmasetika - Setelah sebelumnya disetujui pada Juni 2023 dalam proses Accelerated Approval, FDA telah…

4 hari ago

FDA Menyetujui Epcoritamab untuk Pengobatan Limfoma Folikular Kambuhan, Refraktori

Majalah Farmasetika - Persetujuan ini menandai antibodi bispesifik pengikat sel T pertama dan satu-satunya yang…

4 hari ago

FDA Mengeluarkan Surat Tanggapan Lengkap untuk Pengajuan BLA Patritumab Deruxtecan

Majalah Farmasetika - Pengajuan lisensi biologis (BLA) untuk patritumab deruxtecan menerima surat tanggapan lengkap karena…

1 minggu ago

FDA Menyetujui Ensifentrine untuk Pengobatan Pemeliharaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Majalah Farmasetika - Setelah lebih dari 2 dekade, produk inhalasi pertama dengan mekanisme aksi baru…

1 minggu ago