Categories: Biologis

Mengenal BA.2, Sub Varian Omicron “Siluman” Versi Terbaru

Majalah Farmasetika – Secara global angka kasus Covid-19 dari 228 negara telah mencapai angka 430 juta lebih (data per 27 Februari 2022). Di Indonesia sendiri seperti dikutip dari laman Satgas Covid, tercatat 5.5 juta lebih kasus terkonfirmasi Covid dengan 4.7 juta lebih telah sembuh.

Dari grafik juga diketahui bahwa kasus Covid -19 sempat melandai di Bulan Agustus tahun lalu namun kembali naik di Januari 2022 dengan varian baru bernama Omicron.

Varian Omicron mulanya ditemukan di Afrika Selatan Bulan November 2021 lalu menyebar cepat ke negara lain. Turunannya yang paling banyak ditemui adalah BA.1 , BA. 1.1 (atau Nextstrain clade 21K) dan BA.2 (atau Nextstrain clade 21L).

Saat para ahli memusatkan perhatiannya untuk mengenali lebih dalam varian omicron yaitu BA.1, dari data diketahui peningkatan kasus yang disebabkan sub varian BA.2.

Penyebarannya yang cepat terjadi termasuk di Denmark, Afrika Selatan dan Filifina. Julukan ‘Stealth Omicron’ atau Omicron Siluman bahkan sempat disematkan pada sub Varian BA.2.

Pertumbuhan BA.2

Sub varian BA.2 berbeda dengan BA.1 pada genetik sekuensnya, termasuk perbedaan asam amino pada protein spike dan protein lainnya.

Dari penelitian ditemukan bahwa pertumbuhan BA.2 lebih tinggi dibanding BA.1. Studi masih terus berlanjut untuk memahami alasan di balik hal tersebut, namun data awal menunjukkan bahwa BA.2 bersifat lebih mudah menular dibanding BA1,varian yang sekarang paling banyak ditemukan.

Penyebaran BA.2 relatif meningkat dibanding BA.1 belakangan ini, walaupun begitu secara global seluruh varian dilaporkan mengalami penurunan kasus.

Mengutip dari laman Nature, Dan Barouch, seorang ahli imunologi dan ahli virus di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, Massachusetts, yang memimpin penelitian laboratorium ( diposting di server pracetak medRxiv pada 7 Februari) menyatakan bahwa hal ini mungkin memperpanjang gelombang Omicron. Namun begitu dari data yang diketahui bahwa hal tersebut tidak akan mengarah pada lonjakan tambahan baru.

Kemampuan Netralisasi Antibodi

Untuk menilai perbedaan antara BA.1 dan BA.2, tim Barouch mengukur seberapa baik netralisasi atau pemblokiran virus pada antibodi sel darah manusia yang dilindungi dari infeksi virus salah satu varian protein spike.

Studi dilakukan pada 24 orang yang menerima tiga dosis vaksin mRNA buatan Pfizer di New York. Hasilnya adalah mereka menghasilkan antibodi netralisasi yang lebih baik dalam menangkis infeksi virus BA.1 dibanding BA.2. Hasil yang sama juga diperoleh pada sekolompok kecil orang yang mendapat kekebalan dari hasil infeksi saat omicron meningkat, beberapa lainnya dari kekebalan hasil vaksinasi.

Derajat Keparahan Penyakit

Melansir laman WHO melalui Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus Evolution (TAG-VE) telah menyatakan bahwa sub turunan Omicron BA.2 perlu dimonitor lebih lanjut.

TAG-VE juga sedang melihat data preliminary dari Jepang yang menggunakan model hewan tanpa kekebalan SARS-CoV-2 dan menyoroti bahwa BA.2 bisa menyebabkan penyakit lebih parah pada hamster dibanding BA.1.

Namun begitu TAG-VE juga mempertimbangkan data keparahan klinis yang terjadi di Afrika Selatan, United Kingdom, Denmark, dimana negara tersebut tingkat kekebalan hasil vaksinasi atau infeksi alaminya tergolong tinggi. Hasil data menunjukkan tidak ada perbedaan derajat keparahan penyakit antara BA.2 dan BA.1.

Di Denmark, yang tingkat vaksinasinya tinggi, lonjakan kasus BA.2 tidak menyebabkan masalah serius. Di studi preliminary menunjukkan bahwa varian ini sepertinya tidak menyebabkan keparahan dibanding BA.1, termasuk ketika terjadi pada anak.

Akan tetapi BA.2 bisa menjadi tantangan besar bagi tempat dengan tingkat vaksinasi rendah. Karena masalah terbesar varian BA.2 adalah sifatnya yang lebih mudah ditransmisikan.

Kemampuan Mutasi

Perbedaan perilaku varian tersebut bisa jadi karena perbedaan genetik mereka. Lusinan mutasi yang terjadi menjadi pembeda BA.1 dari BA.2 , terutama pada protein spike virus, target penting antibodi yang bisa memblok infeksi. BA.2 memiliki mutasi yang tidak teratur yang belum ada seorang pun yang mengujinya, ujar Jeremy Luban, virologist University of Massachusetts Chan Medical Svhool di Worcester.

Ahli Virus Columbia University David Ho menemukan bahwa BA.2 dan BA.1 memiliki kemampuan yang sama untuk menahan netralisasi antibodi pada darah orang yang telah divaksinasi atau sebelumnya telah terinfeksi.

Tim Ho juga menandai bahwa mutasi unik BA.2 mempengaruhi cara sebagian antibodi mengenali varian. Para peneliti menemukan bahwa satu kelompok antibodi yang melekat pada bagian protein spike yang mengikat pada sel inang adalah lebih kurang efektif menetralisasi BA.2 dibanding BA.1., sedangkan jenis antibodi yang lain cenderung lebih aktif melawan BA.2.

Studi lain menunjukkan bahwa BA.2 bisa mengatasi terapi monoklonal antibodi, Sotrovimab, salah satu terapi COVID-19 yang disebabkan BA.1 dan dianggap efektif melawan strain terdahulu.

Walaupun begitu, pembuat obat tersebut yaitu Vir Biotechnology San Fransisco California menyatakan di pres releasenya bahwa Sotrovimab masih efektif melawan sub varian BA.2.

Pada saat yang sama, pemerintah Amerika telah memberikan persetujuan darurat untuk antibodi monoklonal lain yaitu Bebtelovimab, yang bisa menghambat strain omicron original dan yang terbaru di pengujian lab.

Referensi

https://www.who.int/news/item/22-02-2022-statement-on-omicron-sublineage-ba.2
https://covid19.go.id/peta-sebaran
https://www.nature.com/articles/d41586-022-00471-2?utm_source=Nature+Briefing&utm_campaign=c7186bd3b2-briefing-dy-20220223&utm_medium=email&utm_term=0_c9dfd39373-c7186bd3b2-47006171

Yu, J. et al. Preprint at medRxiv https://doi.org/10.1101/2022.02.06.22270533 (2022).
Iketani, S. et al. Preprint at bioRxiv https://doi.org/10.1101/2022.02.07.479306 (2022).
Yamasoba, D. et al. Preprint at bioRxiv https://doi.org/10.1101/2022.02.14.480335 (2022).
Lyngse, F. P. et al. Preprint at medRxiv https://doi.org/10.1101/2022.01.28.22270044 (2022).

https://news.un.org/en/story/2022/02/1112492

Novi R S.Si. Apt

Menulis, berbagi informasi kesehatan dan obat.

Share
Published by
Novi R S.Si. Apt

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

3 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago