Majalah Farmasetika – Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan telah menemukan kadar Bhispenol-A (BPA) berada diatas ambang batas yang disarankan (0.6 ppm/liter) yakni 0.9 ppm/liter di 6 daerah yang diuji (Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara).
Bisfenol A (BPA, bisphenol A) adalah senyawa sintetis organik yang termasuk dalam kelompok turunan difenilmetana dan bisfenol, dengan dua gugus hidroksifenil. Ini adalah padatan tak berwarna yang larut dalam pelarut organik, tetapi tidak larut dalam air (0,344% berat pada 83 °C).
BPA adalah prekursor untuk plastik penting, terutama polikarbonat dan resin epoksi tertentu, serta beberapa polisulfon dan bahan niche tertentu.
Dalam bentuk bebas, BPA bersifat sedikit lipofilik (larut dalam lemak). Namun melalui proses metabolisme dalam hati, BPA dapat dirubah menjadi lebih hidrofilik (larut dalam air) yang merupakan senyawa inaktifnya, yaitu BPA glucuronic acid yang tidak memiliki aktifitas hormonal dan tidak berbahaya. Dalam bentuk aktifnya, BPA memiliki aktifitas hormon estrogen dan dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen karena kemiripan struktur kimianya dan bertindak sebagai agonis atau antagonis melalui jalur reseptor endokrin
Zat ini disebutkan dapat mengganggu sistem reproduksi dan sistem kardiovaskular hingga gangguan perkembangan otak. Selain itu, paparan BPA yang berlebih juga dapat memicu diabetes, penyakit ginjal, hingga kanker.
Dikutip dari Kompas.id, Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan Martin Suhendri menyampaikan, pihaknya menemukan zat BPA ini dalam kadar berlebih (0,9 ppm per liter) yang terkadung pada air minum dalam kemasan galon.
Padahal ambang batas yang ditentukan sebesar 0,6 bagian per sejuta (ppm) per liter, pada periode 2021-2022.
Martin menyampaikan keenam daerah yang diduga tercemar BPA pada air minum kemasan galon, di antaranya:
MedanBandungJakartaManadoBanda AcehAceh Tenggara
“Hasil uji migrasi BPA pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang melebihi 0,6 ppm,” ujar Martin di Medan, Senin (12/9/2022).
Ia menjelaskan, tingginya kadar BPA ini sebanyak 3,4 persen ditemukan pada sarana distribusi dan peredaran.
Sementara hasil uji migrasi BPA yang mengkhawatirkan, 0,05-0,6 ppm, menyebutkan 46,97 persen di sarana distribusi dan peredaran serta 30,19 persen di sarana produksi.
Adapun uji kandungan BPA pada AMDK melebihi 0,01 ppm, 5 persen di sarana produksi serta 8,6 persen di sarana distribusi dan peredarannya.
Sementara itu, BPOM Medan menduga tercemarnya AMDK galon dengan BPA yang berlebih ini disebabkan oleh proses pasca produksi.
Hal itu seperti transportasi dan penyimpanan AMDK galon dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang yang tidak sesuai prosedur.
Sebagai contoh, galon yang terkena panas atau dibanting-banting.
Martin menyampaikan, hal itu diduga menyebabkan kandungan BPA dalam kemasan galon bermigrasi dalam air.
”Awalnya kandungnya BPA-nya zero, tetapi di lapangan meningkat karena penanganan yang kurang baik,” kata Martin.
Sumber
Bisphenol A https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bisphenol_A
BPOM Menemukan BPA dalam Air Minum Kemasan Galon di 6 Daerah https://www.kompas.com/tren/read/2022/09/14/155500065/bpom-menemukan-bpa-dalam-air-minum-kemasan-galon-di-6-daerah
Majalah Farmasetika - PT Kimia Farma (Persero) Tbk, perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, saat ini…
Majalah Farmasetika - Tinjauan mengenai persyaratan bagi apotek yang mempertimbangkan untuk memesan senyawa dari fasilitas…
Majalah Farmasetika - Setelah sebelumnya disetujui pada Juni 2023 dalam proses Accelerated Approval, FDA telah…
Majalah Farmasetika - Persetujuan ini menandai antibodi bispesifik pengikat sel T pertama dan satu-satunya yang…
Majalah Farmasetika - Pengajuan lisensi biologis (BLA) untuk patritumab deruxtecan menerima surat tanggapan lengkap karena…
Majalah Farmasetika - Setelah lebih dari 2 dekade, produk inhalasi pertama dengan mekanisme aksi baru…