Berita

VANRAFIA (Atrasentan) untuk IgA Nefropati: Bukti Terkini, Posisi Terapi, dan Implikasi Praktik di Indonesia

Majalah Farmasetika-IgA nefropati (IgAN) merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal kronik (PGK) primer pada dewasa, dengan proteinuria sebagai prediktor kuat progresi penurunan fungsi ginjal. Atrasentan 0,75 mg (VANRAFIA), antagonis reseptor endotelin A selektif, menerima accelerated approval dari FDA pada April 2025 untuk reduksi proteinuria pada pasien dewasa dengan IgAN berisiko progresi cepat (umumnya UPCR ≥1,5 g/g), berdasarkan penurunan rasio protein/kreatinin urin (UPCR) pada minggu ke-36 uji ALIGN (U.S. Food and Drug Administration [FDA], 2025; Novartis, 2025). Di Indonesia, pilar tata laksana tetap terapi suportif berupa penghambatan sistem renin–angiotensin (ACEi/ARB), inhibitor SGLT2, pengendalian tekanan darah, dan modifikasi gaya hidup sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran 2023 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023).

Pendahuluan

IgAN ditandai deposisi kompleks imun IgA di mesangium yang memicu inflamasi, cedera podosit, dan glomerulosklerosis progresif; secara klinis, penurunan proteinuria dan perlambatan laju penurunan eGFR merupakan target utama tata laksana (KDIGO, 2024). Pedoman internasional terkini (KDIGO, 2024) menegaskan terapi suportif sebagai fondasi universal meliputi ACEi/ARB, kontrol tekanan darah, intervensi gaya hidup, dan manajemen komorbid serta mengakui peran terapi bertarget pada pasien berisiko progresi, termasuk inhibitor SGLT2, antagonis reseptor endotelin, dan budesonide targeted‑release. Dalam konteks Indonesia, praktik nefrologi mengikuti koridor PNPK 2023, dengan adaptasi temuan global berdasar ketersediaan obat, pembiayaan, dan kesiapan pemantauan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023).

Tinjauan Bukti dan Posisi Klinis Atrasentan

Atrasentan bekerja menghambat reseptor endotelin A yang berperan dalam vasokonstriksi glomerulus, inflamasi, dan peningkatan permeabilitas kapiler yang memicu proteinuria; profil ini secara rasional menurunkan proteinuria ketika ditambahkan di atas fondasi RASi ± SGLT2i (FDA, 2025). Dalam uji ALIGN, pemberian 0,75 mg sekali sehari menurunkan UPCR secara bermakna dibanding plasebo pada 36 minggu; konsistensi efek juga terlihat pada subkelompok yang menggunakan SGLT2 inhibitor (FDA, 2025). Keamanan memerlukan kewaspadaan terhadap retensi cairan/edema perifer, penurunan hemoglobin (sebagian karena hemodilusi), hipotensi ringan, serta potensi hepatotoksisitas; kontraindikasi pada kehamilan mengharuskan uji kehamilan dan kontrasepsi efektif selama terapi dan 2 minggu setelahnya (FDA, 2025). Selain itu, perlu menghindari induktor kuat/sedang CYP3A dan inhibitor OATP1B1/1B3 karena potensi interaksi farmakokinetik (FDA, 2025). Karena persetujuan berbasis surrogate endpoint (penurunan proteinuria), verifikasi manfaat jangka panjang terhadap penurunan eGFR menunggu konfirmasi uji lanjutan (Novartis, 2025).

Perbandingan dengan Terapi Lain dan Praktik di Indonesia

Dalam praktik global, ACEi/ARB merupakan dasar tata laksana IgAN, sedangkan inhibitor SGLT2 (misalnya dapagliflozin dan empagliflozin) memberikan manfaat kardiorenal yang luas dan kini menjadi pasangan logis di atas RASi, didukung uji acak besar pada populasi PGK luas (Heerspink et al., 2020; The EMPA‑KIDNEY Collaborative Group, 2023). Terapi bertarget lain yang telah berkembang meliputi budesonide targeted‑release (Nefecon/Tarpeyo), yang pada uji fase 3 NefIgArd 2‑tahun menunjukkan penurunan proteinuria dan perlambatan penurunan eGFR, temuan yang mendasari persetujuan penuh FDA pada 2023 untuk mengurangi kehilangan fungsi ginjal pada IgAN (Lafayette et al., 2023; Calliditas Therapeutics, 2023). Selain itu, sparsentan (antagonis ganda ETA/AT1) dalam uji fase 3 menunjukkan penurunan proteinuria lebih besar pada 36 minggu yang berlanjut hingga 110 minggu, dengan perbedaan kecil namun signifikan pada kemiringan eGFR 2‑tahun (Rovin et al., 2023). Di Indonesia, pilar terapi tetap PNPK 2023: optimasi ACEi/ARB, pertimbangan SGLT2 inhibitor bila tidak ada kontraindikasi, serta pengendalian faktor risiko kardiometabolik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023). Implementasi obat inovatif seperti atrasentan akan bergantung pada izin edar BPOM, ketersediaan rantai pasok, pembiayaan (publik/privat), dan kesiapan fasilitas untuk pemantauan efek samping (misalnya berat badan/edema, hemoglobin, dan fungsi hati).

Implikasi Praktis dan Pemilihan Pasien

Pasien IgAN berisiko progresi ditandai proteinuria persisten meski RASi dititrasi optimal, langkah awal adalah memastikan kepatuhan dan akses terhadap SGLT2 inhibitor serta kontrol tekanan darah komprehensif (KDIGO, 2024; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2023). Apabila tersedia dan sesuai secara klinis, atrasentan dapat dipertimbangkan sebagai terapi aditif untuk menurunkan proteinuria, dengan seleksi pasien yang ketat (hindari pada kehamilan; waspadai edema atau kerentanan gagal jantung) dan pemantauan berkala parameter klinis dan laboratorium (FDA, 2025). Budesonide targeted release relevan bila strategi penekanan produksi Gd‑IgA1 di usus diharapkan memberi dampak yang lebih besar, sedangkan sparsentan dapat dipilih ketika blokade ganda jalur endotelin angiotensin diinginkan namun keputusan akhir disesuaikan dengan bukti efikasi, profil keamanan, preferensi pasien, biaya, dan akses (Lafayette et al., 2023; Rovin et al., 2023).

Kesimpulan

VANRAFIA (atrasentan) memperkaya pilihan terapi IgAN dengan penurunan proteinuria yang bermakna dan mekanisme yang selaras dengan patofisiologi penyakit. Dalam konteks Indonesia, obat ini jika tersedia paling rasional diposisikan sebagai terapi aditif di atas RASi ± SGLT2i pada pasien berisiko progresi yang belum mencapai target proteinuria, disertai pemantauan ketat terhadap efek samping dan interaksi obat. Hingga hasil konfirmasi jangka panjang terhadap eGFR tersedia, pemilihan obat hendaknya mempertimbangkan kekuatan bukti hard outcomes dari intervensi lain serta faktor akses dan pembiayaan (FDA, 2025; KDIGO, 2024).

Daftar Pustaka

  1. Calliditas Therapeutics. (2023, December 20). Calliditas Therapeutics announces full FDA approval of TARPEYO® to significantly reduce the loss of kidney function in adults with IgA nephropathy [Press release]. https://www.prnewswire.com/news-releases/calliditas-therapeutics-announces-full-fda-approval-of-tarpeyo-the-only-fda-approved-treatment-for-iga-nephropathy-to-significantly-reduce-the-loss-of-kidney-function-302020474.html
  2. Heerspink, H. J. L., Stefánsson, B. V., Correa-Rotter, R., Chertow, G. M., Greene, T., Hou, F.-F., … DAPA-CKD Trial Committees and Investigators. (2020). Dapagliflozin in patients with chronic kidney disease. New England Journal of Medicine, 383(15), 1436–1446. https://doi.org/10.1056/NEJMoa2024816
  3. KDIGO. (2024). KDIGO 2024 Clinical Practice Guideline for the Management of IgA Nephropathy and IgA Vasculitis (Public Review Draft). https://kdigo.org/wp-content/uploads/2024/08/KDIGO-2024-IgAN-IgAV-Guideline-Public-Review-Draft.pdf
  4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK): Tata Laksana Penyakit Ginjal Kronik (Keputusan Menteri Kesehatan 2023). https://kemkes.go.id/id/pnpk-2023—tata-laksana-penyakit-ginjal-kronik
  5. Lafayette, R., Kristensen, J., Stone, A., Floege, J., Tesař, V., Trimarchi, H., … Barratt, J. (2023). Efficacy and safety of a targeted-release formulation of budesonide in patients with primary IgA nephropathy (NefIgArd): 2-year results from a randomised phase 3 trial. The Lancet, 402(10405), 859–870. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(23)01554-4
  6. Novartis. (2025, April 3). Novartis receives FDA accelerated approval for Vanrafia® (atrasentan) for proteinuria reduction in primary IgA nephropathy [Press release]. https://www.novartis.com/news/media-releases/novartis-receives-fda-accelerated-approval-vanrafia-atrasentan-first-and-only-selective-endothelin-receptor-antagonist-proteinuria-reduction-primary-iga-nephropathy-igan
  7. Rovin, B. H., Barratt, J., Heerspink, H. J. L., Alpers, C. E., Bieler, S., Chae, D.-W., … PROTECT Investigators. (2023). Efficacy and safety of sparsentan versus irbesartan in patients with IgA nephropathy (PROTECT): 2-year results from a randomised, active-controlled, phase 3 trial. The Lancet, 402(10417), 2077–2090. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(23)02302-4
  8. The EMPA-KIDNEY Collaborative Group. (2023). Empagliflozin in patients with chronic kidney disease. New England Journal of Medicine, 388(2), 117–127. https://doi.org/10.1056/NEJMoa2204233
  9. U.S. Food and Drug Administration. (2025). Vanrafia (atrasentan) tablets: Prescribing information. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2025/219208s000lbl.pdf
Okta Nama Putra

Share
Published by
Okta Nama Putra

Recent Posts

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

2 hari ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

2 hari ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

2 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

3 minggu ago

Suplemen Kolagen Viral Byoote vs Coolvita vs Noera, Mitos atau Fakta : Benarkah Sampai ke Kulit?

Majalah Farmasetika - Fenomena kolagen minum tak terbantahkan. Tapi, sebagai farmasetika, kita harus bertanya: Bagaimana…

3 minggu ago

Alasan Obat Jerawat Benzolac (BPO) Bisa Bikin Sunscreen Azarine (Avobenzone) Gagal Melindungi?

Majalah Farmasetika - Banyak pejuang jerawat tidak sadar. Menggabungkan Benzoyl Peroxide dengan filter sunscreen yang…

3 minggu ago