Farmasetika.com –Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian dan kecacatan secara global. Salah satu faktor risiko utama penyakit tersebut adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia) yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, infark miokard, dan stroke.
Hiperkolesterolemia dapat terjadi dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Makanan yang dikonsumsi, olahraga, kebiasaan merokok, usia, jenis kelamin, dan penderita penyakit lainnya (seperti obesitas, hipertensi dan diabetes) juga memengaruhi kadar kolesterol dalam darah dan memiliki dampak terhadap perkembangan penyakit kardiovaskular. Di Indonesia, prevalensi penderita penyakit jantung koroner sebesar 1,5% dan masyarakat yang memiliki konsentrasi kolesterol total >200 mg/dL sebesar 39,8%.
Saat ini, penggunaan obat penurun kolesterol yang paling sering dan umum digunakan adalah golongan statin. Namun, ditemukan banyak pasien yang tidak dapat menggunakan obat tersebut (intoleransi) atau obat tidak menunjukkan perbaikan kolesterol. Beberapa pasien yang tidak toleran terhadap pengobatan statin mencapai 3 juta (atau lebih dari 15% pasien yang menggunakan statin).
Selain itu, terdapat efek samping dari penggunaan statin yaitu masalah otot yang juga belum dapat dicegah dan diatasi dengan mengonsumsi vitamin dan mineral seperti suplementasi koenzim Q10. Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mencari alternatif obat baru untuk menurunkan kolesterol darah, salah satunya adalah Repatha® (Evolocumab).
Obat ini disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tanggal 27 Agustus 2015 sebagai pengobatan untuk menurunkan kadar LDL dalam darah dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke.
Repatha® (Evolocumab) adalah antibodi imunoglobulin G2 yang akan berikatan dengan protein PCSK9 yang bersirkulasi dan menghambat dari pengikatan dengan LDLR (Reseptor LDL). Pada saat proses penghambatan ini, dapat terjadi pencegahan degradasi LDLR yang dimediasi PCSK9 dan memungkinkan LDLR untuk didaur ulang kembali ke permukaan sel hati. Dengan menghambat pengikatan PCSK9 ke LDLR, evolocumab dapat meningkatkan jumlah LDLR yang tersedia untuk membersihkan LDL dari darah, sehingga menurunkan kadar LDL.
Penelitian pertama, dikenal sebagai FOURIER, dilakukan pada Repatha® (Evolocumab) dengan 27.564 partisipan internasional yang mengidap penyakit kardiovaskular dan sudah mengonsumsi statin. Pada saat mengikuti penelitian ini, partisipan memiliki nilai LDL sekitar 90 mg/dl. Di akhir periode penelitian (2 tahun), nilai LDL turun hingga 30 mg/dl, dan risiko serangan kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke menurun sebesar 15%. Studi klinis lain menunjukkan bahwa penggunaan evolocumab 140 mg setiap 2 minggu mengurangi konsentrasi LDL sebesar 74% dibandingkan dengan placebo. Jika dibandingkan dengan obat yang sudah beredar di pasaran, penggunaan evolocumab dapat mengurangi konsentrasi LDL 46% dibandingkan dengan ezetimibe serta 54% dibandingkan penggunaan alirocumab 75 mg setiap 2 minggu.
Efek samping yang umum ditimbulkan dari obat ini adalah pilek, sakit tenggorokan serta nyeri atau kemerahan di sekitar lokasi penyuntikan. Namun, pada beberapa orang menimbulkan reaksi alergi seperti kesulitan bernafas atau menelan, gata-gatal serta ruam.
Repatha® (Evolocumab) berbentuk larutan steril, bebas pengawet, bening, tidak berwarna hingga kuning pucat untuk pemberian subkutan. Setiap 1 mL jarum suntik sekali pakai menggunakan autoinjektor SureClick® yang mengandung 140 mg evolocumab, asetat (1,2 mg), polisorbat 80 (0,1 mg), prolin (25 mg) dalam air untuk injeksi, serta natrium hidroksida dapat digunakan untuk menyesuaikan ke pH 5.0.
Obat ini diberikan melalui injeksi subkutan ke perut, paha, atau lengan atas. Dosis yang dianjurkan adalah 140 mg setiap 2 minggu atau 420 mg sekali setiap bulan. Ketika menggunakan dosis 420 mg sekali setiap bulan, dilakukan penyuntikan 3 kali berturut-turut dalam 30 menit.
Repatha® (Evolocumab) diberikan menggunakan jarum suntik dari autoinjektor SureClick®. Pemberian obat menggunakan autoinjektor adalah sebuah alternatif penghantaran obat baru yang merupakan perangkat medis yang dirancang untuk memberikan dosis obat tertentu. Dengan desain ini, autoinjektor mudah digunakan oleh pasien tanpa bantuan petugas profesional.
Autoinjektor menjaga ujung jarum terlindung sebelum injeksi dan juga memiliki mekanisme keamanan pasif untuk mencegah penyuntikan yang tidak disengaja (injeksi). Penggunaan autoinjektor sangat praktis karena hanya dengan menekan tombol untuk menggunakan jarum suntik. Setelah injeksi selesai, beberapa injektor otomatis memiliki indikasi visual untuk mengkonfirmasi bahwa dosis penuh telah diberikan.
Selain kemudahan penggunaan pasien, autoinjektor digunakan untuk mengoptimalkan dosis obat yang diberikan, memastikan ketersediaan hayati yang tinggi, menghindari metabolisme first-pass atau lingkungan gastrointestinal, serta memaksimalkan kecepatan onset kerja obat. Autoinjektor memberikan volume puncak injeksi yang lebih tinggi serta menunjukkan tingkat dispersi yang lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan jarum suntik manual.
Penyimpanan autoinjektor Repatha SureClick® juga harus diperhatikan untuk menjamin dosis dan mencegah penguraian obat. Autoinjektor disimpan di dalam kemasan karton asli untuk melindungi dari cahaya selama penyimpanan selain itu simpan dalam lemari es antara 36°F hingga 46°F (2°C hingga 8°C). Jika dikeluarkan dari kulkas, autoinjektor Repatha SureClick® harus disimpan pada suhu kamar pada 68°F hingga 77°F (20°C hingga 25°C) dalam kemasan karton asli dan harus digunakan dalam waktu 30 hari dan dilarang membekukan Repatha SureClick® atau menggunakan autoinjektor Repatha SureClick® yang telah dibekukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bandyopadhyay, D., Ashish, K., Hajra, A., Qureshi, A., Ghosh, R.K. 2018. Review Article: Cardiovascular Outcomes of PCSK9 Inhibitors: With Special Emphasis on Its Effect beyond LDL-Cholesterol Lowering. Journal of Lipids. pp. 1-13
Blows, S., Hill, R., Wilmot, J., Belluscio, B., Cleary, K., Lindisch, D., Shukla, R. 2016. Comparison of Drug Delivery with Autoinjector versus Manual Prefilled Syringe and Between Three Different Autoinjector Devices Administered in Pig Thigh. Medical Devices: Evidence and Research, Volume 9, 257–266.
Fala, L. 2016. Repatha (Evolocumab): Second PCSK9 Inhibitor Approved by the FDA for Patients with Familial Hypercholesterolemia. Special Feature, American Health & Drug Benefits. Vol. 9: 136-139.
FDA. 2015. Repatha (Evolocumab). Tersedia online di https://www.fda.gov/Drugs/InformationOnDrugs/ucm472319.htm [Diakses tanggal 25 Oktober 2019].
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…