farmasetika.com – Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pada tanggal 28 Maret 2017 telah menyetujui penggunaan injeksi Dupilumab (Dupixent®) dari Regeneron Pharmaceuticals, Inc. untuk pengobatan eczema (eksim) kronik atau dermatitis atopik pada orang dewasa dengan tingkat keparahan sedang hingga parah (Food and Drug Administration, 2017).
Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan peradangan atau eksim yang berkepanjangan dan biasanya disebabkan oleh adanya kombinasi faktor genetik, kekebalan tubuh, dan faktor lingkungan. Penyakit ini ditandai dengan adanya benjolan merah pada kulit dan kulit menjadi bersisik, berkerak, dan terasa gatal (Sanofi and Regeneron Pharmaceuticals, Inc, 2019).
Dupixent® digunakan untuk pengobatan pada pasien dermatitis atopik berusia 12 tahun atau lebih dengan tingkat parah hingga sedang yang tidak terkontrol dengan penggunaan terapi topikal atau pasien yang tidak dianjurkan menggunakan terapi topikal. Dupixent® dapat digunakan dengan atau tanpa kortikosteroid topikal seperti penghambat calcineurin topikal (Regeneron, 2019). Dupixent® merupakan terapi berbasis protein dengan karakteristik zat aktif Dupilumab berupa antibodi monoklonal IgG4 yang diproduksi dengan teknologi DNA rekombinan dalam suspensi kultur sel ovarium hewan hamster China. Antibodi ini berikatan secara selektif dengan reseptor protein interleukin-4 subunit alfa (IL-4Rα) tipe 1 untuk menghambat sinyal IL-4 serta tipe 2 untuk menghambat sinyal IL-4 dan IL-3 sehingga sitokin pro-inflamasi, kemokin, dan IgE dalam proses peradangan yang berperan penting dalam perkembangan penyakit dermatitis atopik terhambat (Regeneron, 2019).
Dosis yang direkomendasikan untuk pasien dewasa dan pasien usia 12-17 tahun dengan berat badan 60 kg atau lebih yaitu dosis awal 600 mg (2 kali injeksi dosis 300 mg), diikuti dengan 300 mg yang diberikan pada tiap minggu berikutnya. Sedangkan untuk pasien dengan usia 12-17 tahun dengan berat badan kurang dari 60 kg yaitu dosis awal 400 mg (2 kali injeksi dosis 200 mg) dengan dosis tiap minggu berikutnya 200 mg (Regeneron, 2019).
Efek samping yang umum terjadi setelah injeksi Dupilumab adalah berbagai reaksi alergi dan masalah pada mata seperti mata gatal, mata merah (konjungtivis), bahkan peradangan pada kornea (keratitis) atau pada kelopak mata (blefaritis) serta adanya reaksi nyeri, merah, atau bengkak pada saat injeksi Dupilumab. Bila terdapat efek samping tersebut, pasien dianjurkan untuk berkonsultasi lebih lanjut penggunaan injeksi Dupilumab dengan dokter.
Pasien yang diberikan injeksi dupilumab harus menghindari penggunaan vaksin dengan mikroorganisme hidup atau obat yang merupakan substrat sitokrom CYP 450 (enzim yang melakukan metabolism di hati) seperti warfarin dan siklosporin.
Untuk penggunaan dupilumab pada ibu hamil dan menyusui, belum terdapat data yang memberikan informasi keamanan penggunaan obat tersebut namun seperti yang diketahui bahwa immunoglobulin G (Ig G) dapat menembus plasenta dan terdapat pada ASI ibu (D’lppolito & Pisano, 2018).
Obat injeksi Dupilumab ini telah melewati tiga kali uji klinis secara acak menggunakan perbandingan obat dan plasebo dengan total 2.119 pasien dermatitis atopik usia dewasa dengan tingkat keparahan sedang hingga parah yang tidak dikontrol oleh pengobatan obat topikal. Hasil yang terlihat pada pasien yang diinjeksikan Dupilumab yaitu kulit yang bersih atau hampir bersih eksim dengan indikator nilai Eczema Area and Severity Index (EASI) dan nilai pruritus atau gatal yang berkurang setelah 16 minggu perawatan (Food and Drug Administration, 2017). ‘
Administrasi agen biologi seperti Dupilumab dengan injeksi subkutan merupakan opsi pengobatan yang baik untuk dermatitis atopik karena merupakan pengembangan dari sistem penghantaran obat yang tertarget yang menargetkan secara spesifik reseptor protein interleukin-4 subunit alfa (IL-4Rα) dengan keuntungan efikasi klinik yang baik, kepuasan serta kepatuhan pasien (Okubo, et al., 2019). Selain itu, dengan formulasi injeksi subkutan Dupilumab dengan dosis 300 mg/2ml dalam pre-filled syringe untuk dosis tunggal tiap minggu merupakan formula yang lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti sediaan topikal seperti krim atau salep.
Dengan demikian, untuk pengobatan pada pasien dermatitis atopik dengan tingkat parah hingga sedang yang tidak terkontrol dengan pengobatan topikal dapat beralih menggunakan terapi alternatif injeksi Dupilumab ini.
Sumber :
D’lppolito, D. and Pisano, M., 2018. Dupilumab (Dupixent): An Interleukin-4 Receptor Antagonist for Atopic Dermatitis. Pharmacy and TherapeuticsI. 43(9): 532-535.
Food and Drug Administration, 2017. FDA Approves New Eczema Drug Dupixent.
Tersedia online di https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-new-eczema-drug-dupixent [Diakses 25 Oktober 2019].
Okubo, Y. et al., 2019. Patient and Physician Preferences for Atopic Dermatitis Injection Treatments in Japan.. J Dermatolog Treat, pp. 1-10.
Regeneron, 2019. DUPIXENT (Dupilumab) Injection. Tersedia online di https://www.regeneron.com/dupixent-injection [Diakses 26 Oktober 2019].
Sanofi and Regeneron Pharmaceuticals, Inc, 2019. Understanding Eczema. Tersedia online di https://www.eczemaexposed.com/understanding-eczema [Diakses 25 Oktober 2019].
Penulis : Quinzheilla Putri Arnanda, Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…