Farmasetika.com – Menurut WHO pada tahun 2018, angka kematian akibat kanker di Indonesia menempati urutan ke-8 di Asia Tenggara dengan angka 136,2/100.000 penduduk.
Kelompok yang beresiko tinggi akan terpapar kanker paru-paru ialah laki-laki perokok, usia lebih dari 40 tahun, atau memiliki gejala respirasi yang tidak membaik selama dua minggu lebih.
Terapi imun akhir-akhir ini banyak didengar sebagai suatu pengobatan utama untuk melawan sel asing dalam tubuh yang dapat beresiko untuk mengganggu sistem kekebalan dalam tubuh kita.
Untuk pengobatan kanker, antibodi monoklonal memiliki potensi besar, karena mereka dapat dicampur dengan agen radioaktif atau senyawa lain dan diperkenalkan dalam tubuh, yang hanya menargetkan sel-sel kanker saja.
Nivolumab adalah antibodi monoklonal terapi imun anti kanker yang telah disetujui oleh dewan makanan dan obat amerika serikat (FDA) untuk pengobatan berbagai jenis kanker. Nivolumab efektif melawan kanker paru-paru sel non-kecil, karsinoma ginjal, melanoma metastasis dan Hodgkin’s lymphoma.
Tumor dapat menghasilkan protein yang disebut PD-L1 untuk membunuh setiap bagian dari sistem kekebalan tubuh yang mencoba menyerangnya. Nivolumab berperan dalam pengikatan PD-1 (Program kematian sel 1) sel T, yang termasuk jenis pencegahan “penghambatan sinyal” sehingga sel T dapat mengenal sel kanker kemudian membunuh sel kanker melalui efek respon imun.
Pada riset yang dilakukan oleh Dokter Luis Pas-Ares dari Hospital Universitario Doce de Octubre, Madrid, Spanyol, yang mengembangkan obat ini, pasien kanker paru tipe non small cell lung cancer (NSCLC) yang memiliki protein PD-L1 itu, memiliki harapan hidup 19 bulan lebih. Pasien pun tidak mengalami efek samping yang tidak mengenakkan seperti pasien yang diterapi. Nivolumab pun mengurangi risiko meninggal dunia karena kanker paru sebesar 41% lebih banyak ketimbang pemakai ducotaxel (terapi standar pengobatan kanker).
Studi Ares juga menunjukkan bahwa nivolumab dapat memblok kemampuan sel kanker paru untuk bersembunyi di belakang sistem imun. Dengan mematikan sistem imun, sel kanker tidak lagi mendapatkan tempat persembunyiannya. Selama ini kemoterapi kerap gagal, dan sel-sel kankernya mampu aktif kembali serta makin kebal terhadap pengobatan.
Yang didapatkan dengan terapi menggunakan Nivolumab adalah harapan hidup penderita kanker paru yang lebih lama dan dengan efek samping yang sangat minimal.
Sumber :
Penulis : Dina Sembiring, Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Unpad
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…