Farmasetika.com – Menurut American Psychological Association (APA), depresi post-partum merupakan masalah kesehatan mental serius yang ditandai dengan periode gangguan emosional yang berkepanjangan, terjadi pada saat perubahan besar dalam kehidupan dan peningkatan tanggung jawab dalam perawatan bayi yang baru lahir (American Psychological Association, 2019). Secara global, depresi post-partum mencapai angka 10-15%. Sementara di Indonesia, prevalensi depresi postpartum berada di kisaran 2,5-22,3% (American Psychiatric Association, 2013).
Persalinan di usia muda menjadi salah satu faktor resiko depresi post-partum. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa tingkat depresi tertinggi terjadi pada ibu berusia 13-19 tahun (Silva, et al., 2012) sedangkan tingkat terendah terlihat pada wanita dengan rentang usia 31-35 tahun. (Milgrom, et al., 2008).
Meskipun bersifat sementara, apabila gangguan ini tidak ditangani, maka akan berdampak pada kondisi psikologis ibu sehingga menyebabkan sang ibu tidak dapat merawat diri sendiri dan bayinya, bahkan hingga bunuh diri.
Umumnya, Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) digunakan sebagai pengobatan depresi post partum lini pertama. Namun, efek terapi yang dihasilkan tidak begitu efektif. Namun, keberhasilan terapi terbukti terbatas untuk penderita depresi postpartum khusus, dan proporsi pasien yang berhasil diobati dengan SSRI memiliki tingkat keberhasilan 43% -88% (Kanes, et al., 2017).
Pada tahun ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah menyetujui injeksi Brexanolone sebagai terapi depresi postpartum yang dinilai lebih efektif dibandingkan obat golongan SSRI.
“Memiliki obat yang disetujui untuk mengobati depresi post-partum yang bekerja dengan cepat dan efektif, namun juga tahan lama, akan menjadi langkah besar bagi psikiatri secara umum,” ucap Samantha Meltzer-Brody, MD, dari Departemen Psikiatri di University of North Carolina School of Medicine Chapel Hill.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pada uji coba terkontrol secara acak terhadap wanita yang menderita depresi postpartum, pemberian infus Brexanolone selama 60 jam secara terus menerus (90 mg/kg) dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam Skala Skor Depresi Hamilton (HAM-D), yang dipertahankan selama periode penelitian 30 hari (Cooper, et al., 2018). Efek samping yang paling umum terjadi adalah sakit kepala, pusing, dan mengantuk (Meltzer‐Brody, et al., 2018).
Menurut Royal College of Psychiatrists, antidepresan dapat memakan waktu setidaknya 2 minggu untuk menghasilkan efek terapi dan ada yang mungkin perlu memakan waktu sekitar 6 bulan sebelum mereka mulai merasa lebih baik. Dengan hasil aksi yang cepat dan durasi efek Brexanolone yang dibandingkan dengan plasebo, menunjukkan bahwa Brexanolone memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam perawatan pasien yang menderita depresi post-partum. (Kose dan Cetin, 2017).
Brexanolone IV tersedia dalam vial sekali pakai bervolume dengan konsentrasi 100 mg /20 ml (5 mg / ml). Sebelum digunakan, larutan ini memerlukan pengenceran dengan menambahkan CAPTISOL® (Betadex Sulfobutyl Ether Sodium Soumium / USD), atau disebut sebagai sulfobutil eter betacyclodexrin (SBECD), yakni sebuah pelarut. SBECD telah dipastikan sebagai komponen obat-obatan IV yang aman dan efektif (Stella dan He, 2008; Luke, et al., 2010).
Meskipun hingga saat ini rute pengobatan masih secara intravena, namun injeksi Brexanolone bisa menjadi terapi baru yang efektif untuk depresi post-partum.
Sumber :
American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed., text revision). Washington, DC.
American Psychological Association. Postpartum depression. Available from: http://www.apa.org/pi/women/resources/reports/postpartum-dep.aspx. [Diakses pada 25 Oktober 2019].
Cooper, M., Kilvert, H., Eldar-Lissai, A., Roskell, N., Hodgkins, P. 2018 Evaluating Pharmacotherapies for Postpartum Depression: A Comparison of SSRIs to Brexanolone Injection, A Novel Investigational Compound. Psych Congress.
Kanes SJ, Colquhoun H, Doherty J, Raines S, Hoffman E, Rubinow DR et al. 2017. Open‐label, proof‐of‐concept study of brexanolone in the treatment of severe postpartum depression. Hum Psychopharmacol. Vol. 32(2): e2576.
Kose S and Cetin M. Brexanolone: an allosteric modulator of GABA‐A receptors in the rapid treatment of postpartum depression. Psychiatry and Clinical Psychopharmacology. 2017; 27(4):326‐328.
Luke DR, Tomaszewski K, Damle B, Schlamm HT. Review of the basic and clinical pharmacology of sulfobutylether-beta-cyclodextrin (SBECD). J Pharm Sci. 2010;99(8):3291-301.
Meltzer‐Brody S, Colquhoun H, Riesenberg R, Epperson N, Deligiannidis KM, Runibow DR et al. 2018. Brexanolone injection in post‐partum depression: two multicentre, double‐blind, randomised, placebo‐controlled, phase 3 trials. The Lancet. Vol. 392(10152):1058‐1070.
Milgrom J, Gemmill AW, Bilszta JL, Hayes B, Barnett B, Brooks J, Ericksen J, Ellwood D, Buist A. 2008. Antenatal risk factors for postnatal depression: a large prospective study. J Affect Disord. Vol. 108(1-2):147-57.
Silva R, Jansen K, Souza L, Quevedo L, Barbosa L, Moraes I, Horta B, Pinheiro R. 2012. Sociodemographic risk factors of perinatal depression: a cohort study in the public health care system. Braz J Psychiatry. Vol. 34(2):143-8.
Stella V, He Q. Cyclodextrins. Toxicologic Pathology. 2008;36:30-42.
Penulis : Felia Rizka Sudrajat, Mahasiswa Farmasi Unpad
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…