Berita

BLUJEPA (Gepotidacin): Alternatif Antibiotik pada Terapi Pengobatan Infeksi Saluran Kemih Tanpa Komplikasi

Majalah Farmasetika – Infeksi Saluran Kemih (ISK) tanpa komplikasi adalah infeksi bakteri pada kandung kemih dan struktur terkaitnya. ISK tanpa komplikasi umumnya rentan terjadi pada perempuan dewasa dan anak-anak. Penggunaan antibiotik pun diperlukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi. Diketahui pula bahwa penggunaan antibiotik harus diberikan sesuai dengan resep dokter untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik karena alternatif antibiotik yang semakin sedikit. Food and Drug Administration (FDA) pada 3 Maret 2025 menyetujui rilis dari Blujepa yang mengandung gepotidacin sebagai antibiotik yang dapat digunakan untuk mengatasi ISK tanpa komplikasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa obat ini memiliki prospek yang menjanjikan sebagai alternatif antibiotik yang dibutuhkan.

Pendahuluan

Infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi adalah infeksi bakteri pada kandung kemih dan struktur terkaitnya. Kondisi ini terjadi pada pasien tanpa kelainan struktural saluran kemih atau komorbiditas seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi, tindakan operasi urologi yang baru dilakukan, atau kehamilan. Bakteri utama penyebab ISK yang dikenal adalah Escherichia coli, kemudian diikuti dengan Klebsiella pneumoniae dan beberapa bakteri lain seperti Proteus mirabilis dan Enterococcus faecalis.

Faktor risiko utama terjadinya ISK tanpa komplikasi adalah jenis kelamin. Perempuan lebih berisiko terjangkit ISK dibanding laki-laki. ISK terjadi setidaknya 4 kali lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan secara anatomi, perempuan memiliki uretera yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga lebih rentan terinfeksi oleh bakteri penyebab. Selain itu, ISK juga umum terjadi pada anak-anak dan angka kejadiannya juga bervariasi bergantung pada jenis kelamin dan usia. Risiko ISK selama dekade pertama setelah kelahiran adalah 1% pada laki-laki dan 3% pada perempuan. Pada usia sekolah, 5% pada anak perempuan dan hingga 0.5% pada anak laki-laki mengalami setidaknya satu episode ISK.

Terapi lini pertama yang digunakan untuk mengobati ISK tanpa komplikasi adalah dengan penggunaan antibiotik antara lain meliputi nitrofurantoin, sulfamethoxazole/trimpethoprim, trimethoprim, fosfomisin, dan sefalosporin generasi pertama seperti cefadroxil. Sedangkan pada pasien anak dapat digunakan antibiotik golongan penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, dan sulfonamida. Obat-obatan ini adalah golongan antibiotika yang perlu dikonsumsi sesuai dengan resep dari dokter untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotika yang akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus dalam dunia kesehatan. Alternatif terapi obat-obatan antibiotika sangat terbatas dan jarang ditemukan namun pada 3 Maret 2025 FDA telah menyetujui sebuah obat yaitu Blujepa yang mengandung gepotidacin sebagai obat antibiotika baru yang dapat digunakan untuk terapi ISK tanpa komplikasi pada pasien perempuan dewasa dan pasien anak.

Seputar Obat

Blujepa adalah obat yang mengandung gepotidacin yang diindikasikan untuk terapi pengobatan ISK tanpa komplikasi pada pasien perempuan dewasa dan anak berusia 12 tahun keatas yang memiliki berat badan setidaknya 40 Kg. Blujepa ditargekan untuk mengatasi ISK tanpa komplikasi akibat bakteri penyebab seperti Klebsiella pneumoniae, Citrobacter freundii complex, Staphylococcus saprophyticus, dan Enterococcus faecalis. Rekomendasi dosis pemberian Blujepa adalah 1.500 mg (dua tablet 750 mg) yang dikonsumsi secara oral, dua kali sehari selama lima hari. Pemberian Blujepa disarankan setelah makan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya intoleransi gastrointestinal. Tidak ada data yang tersedia tentang penggunaan Blujepa pada wanita hamil untuk mengevaluasi risiko terkait obat untuk cacat lahir mayor, keguguran, atau hasil buruk ibu atau janin lainnya.

Blujepa adalah antibakteri triazaasenaftilena yang menghambat topoisomerase tipe II, termasuk topoisomerase II bakteri (DNA girase) dan topoisomerase IV, sehingga menghambat replikasi DNA. Gepotidacin memiliki aktivitas bakterisida terhadap patogen sebagaimana ditentukan oleh time-kill study. Studi in vitro menunjukkan efek pasca-antibiotik gepotidacin berkisar antara 1,8 hingga 2,2 jam untuk Escherichia coli, 1 hingga >6,6 jam untuk Klebsiella pneumoniae, 1,4 hingga 3 jam untuk Proteus mirabilis, 1 hingga 2,6 jam untuk Citrobacter freundii, 2,7 hingga 4,3 jam untuk Staphylococcus saprophyticus, dan 1,2 hingga 2,7 jam untuk Enterococcus faecalis pada 5 kali Minimun Inhibitory Concentration (MIC).

Uji Klinis

Uji klinis melibatkan sebanyak 3.136 pasien perempuan dengan ISK tanpa komplikasi diacak dalam 2 uji coba multicenter, kelompok paralel, double-blind, double-dummy, uji non-inferiority (NI) (uji coba 1 [NCT04020341] dan uji coba 2 [NCT04187144]). Kedua uji coba membandingkan Blujepa 1.500 mg (diberikan secara oral dua kali sehari dengan makanan selama 5 hari) dan nitrofurantoin 100 mg (diberikan secara oral dua kali sehari selama 5 hari).

Pasien yang mengikuti uji coba setidaknya memiliki dua gejala yang konsisten terhadap ISK. Pasien dengan kondisi medis yang menunjukan ISK komplikasi atau ISK pada bagian atas (misalnya pyelonephritis dan urosepsis) tidak diikutsertakan dalam uji klinis ini. Efikasi dievaluasi berdasarkan kombinasi antara kesembuhan klinis dan respons mikrobiologis pada Test-of-Cure (TOC) Visit yaitu kunjungan pada hari ke-10 sampai 13 setelah terapi dimulai. Populasi dievaluasi dengan menggunakan microbiological ITT nitrofurantoin-susceptible (micro-ITTS) sebagai dasar perhitungan utama efikasi.

Hasil dari dua uji coba menunjukkan bahwa Blujepa setidaknya sama efektifnya dengan nitrofurantoin dalam terapi ISK tanpa komplikasi yang sensitif terhadap nitrofurantoin. Pada uji coba pertama, tingkat kesembuhan klinis dan respons mikrobiologis pada Blujepa serupa dengan nitrofurantoin, sementara pada uji coba kedua Blujepa terbukti lebih unggul, khususnya pada respons gabungan antara kesembuhan klinis dan respons mikrobiologis. Analisis berdasarkan jenis bakteri menunjukkan bahwa Blujepa lebih efektif terhadap bakteri Escherichia coli, Citrobacter freundii complex, dan Enterococcus faecalis, sedangkan nitrofurantoin menunjukkan keunggulan terhadap Staphylococcus saprophyticus. Temuan ini menegaskan potensi Blujepa sebagai alternatif yang setara bahkan lebih baik dibanding nitrofurantoin pada sebagian besar kasus.

Kebaruan

Blujepa yang mengandung gepotidacin hadir sebagai antibiotik baru yang menunjukkan efektivitas tinggi dalam terapi pengobatan ISK tanpa komplikasi pada pasien perempuan dewasa dan anak. Hasil uji klinis membuktikan bahwa obat ini tidak hanya setara dengan nitrofurantoin, namun unggul pada beberapa aspek khususnya pada hasil evaluasi efikasi dan sensitivitas yang tinggi pada sebagian besar bakteri penyebab. Dengan profil tersebut, Blujepa berpotensi menjadi alternatif dalam terapi pengobatan ISK tanpa komplikasi yang menjanjikan ditengah meningkatnya kasus resistensi antibiotik.

Kesimpulan

Blujepa yang mengandung gepotidacin muncul sebagai antibiotik baru untuk terapi ISK tanpa komplikasi pada pasien perempuan dewasa dan anak usia di atas 12 tahun dengan berat badan minimal 40 Kg. Efektivitas Blujepa terbukti setara bahkan lebih unggul dibanding nitrofurantoin dalam uji klinis. Obat ini bekerja dengan cara menghambat topoisomerase II dan IV sehingga menghambat replikasi DNA. Blujepa sensitif terhadap bakteri penyebab ISK seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Citrobacter freundii complex, dan Enterococcus faecalis. Dengan profil tersebut, Blujepa menawarkan alternatif terapi baru ditengah meningkatnya kasus resistensi antibiotik yang terjadi, sekaligus menjadi alternatif penting dari regimen standar yang selama ini digunakan.

Pustaka

  1. Barola S, Grossman OK, Abdelhalim A. Urinary Tract Infections In Children. [Updated 2024 Jan 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK599548/
  2. Bono MJ, Leslie SW. Uncomplicated Urinary Tract Infections. [Updated 2025 Feb 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/
  3. Seputra, K. P. (2020). Panduan Tata Laksana Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria 2020. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
  4. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2025/218230s000lbl.pdf
  5. https://www.fda.gov/drugs/drug-approvals-and-databases/drug-trials-snapshots-blujepa
  6. https://www.gsk.com/en-gb/media/press-releases/blujepa-gepotidacin-approved-by-us-fda-for-treatment-of-uncomplicated-urinary-tract-infections/, diakses pada 22 September 2025.
Jeremy Marcelino

Mahasiswa Pascasarjana Farmasi di Universitas Padjadjaran

Share
Published by
Jeremy Marcelino

Recent Posts

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

11 jam ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

11 jam ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

2 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

3 minggu ago

Suplemen Kolagen Viral Byoote vs Coolvita vs Noera, Mitos atau Fakta : Benarkah Sampai ke Kulit?

Majalah Farmasetika - Fenomena kolagen minum tak terbantahkan. Tapi, sebagai farmasetika, kita harus bertanya: Bagaimana…

3 minggu ago

Alasan Obat Jerawat Benzolac (BPO) Bisa Bikin Sunscreen Azarine (Avobenzone) Gagal Melindungi?

Majalah Farmasetika - Banyak pejuang jerawat tidak sadar. Menggabungkan Benzoyl Peroxide dengan filter sunscreen yang…

3 minggu ago