Farmasetika.com – Beredarnya fakta dan hasil penelitian yang ada telah membuktikan bahwa air minum dalam kemasan terdapat mikroplastik di dalamnya. Hal ini dikatakan wajar karena sifat plastik sendiri yang sulit terurai secara sempurna dan menjadikannya berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penelitian tersebut telah menguji 250 botol air minum dalam kemasan dibeberapa negara. Dan sebagai hasilnya partikel mikroplastik terpadat pada 93% merek air minum yang terkenal, seperti Aqua, Dasani, Nestle Pure Life, dan San Pellegrino.
Mikroplastik yang ditemukan adalah polypropylene, nilon, polyethylene terephthalate (PET). Senyawa ini biasanya digunakan untuk pembuatan botol plastik dan hanya boleh untuk sekali pemakaian. Karena bila dipakai terlalu sering apalagi digunakan untuk wadah menyimpan air panas akan menyebabkan lapisan polimer yang terdapat pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik, yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker dalam jangka panjang.
BAGAIMANA PLASTIK DIBUAT ?
Plastik yang sering digunakan adalah jenis polikarbonat. Plastik ini mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Plastik disebut juga polimer dihasilkan oleh konversi produk alami atau oleh sintesis dari bahan kimia utama yang umumnya berasal dari minyak, gas alam, atau batubara. Monomer-monomer berikatan sekara kimia membentuk suatu rantai yang disebut polimer.
Ada dua mekanisme pembentukan polimer atau polimerisasi yaitu reaksi penambahan dan reaksi kondensasi. Dalam reaksi penambahan ditambahkan katalis khusus yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Reaksi ini menyebabkan satu monomer berikatan dengan monomer berikutnya, yang berikutnya, dan seterusnya.
Polimerisasi penambahan digunakan untuk membuat polietilena, polistiren, dan polivinil klorida. Reaksi ini tidak menghasilkan produk sampingan. Reaksi dapat dilakukan saat fase gas yang terdispersi dalam cairan (American Chemistry Council, 2005).
Mekanisme polimerisasi kedua yaitu reaksi kondensasi. Reaksi ini juga menggunakan katalis sehingga monomer bereaksi dengan monomer yang berdekatan. Reaksi kondensasi menghasilkan dua monomer yang membentuk dimer dan produk sampingan.
Produk sampingan harus dilepas agar reaksi kimia membentuk polimer yang dapat dimanfaatkan. Beberapa produk sampingan adalah air yang harus dibuang. Reaksi kondensasi dilakukan biasanya dalam massa polimer cair. Poliester dan nilon merupakan produk polimerisasi kondensasi (American Chemistry Council, 2005).
BPA PADA PLASTIK
Bisphenol A yang kita ketahui sebagai BPA memiliki rumus kimia (CH3)2C(C6H4OH)2 atau C15H16O2. BPA adalah senyawa organik yang tersusun atas dua gugus fungsional fenol (Pubchem, 6623).
BPA merupakan bahan kimia penyusun plastik polikarbonat dan resin epoksi. Plastik polikarbonat banyak digunakan untuk bahan peralatan makan, botol air, dan botol susu. Penggunaan inilah yang menyebabkan konsumen terpapar BPA melalui makanan (WHO, 2009).
Banyak penelitian mengenai bahaya BPA. Tingkat toksisitas dan aktivitas endokrin BPA telah diidentifikasi melalui hewan percobaan. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan pedoman peraturan. Studi mengenai karsinogenitas di bawah program Toksikologi Nasional AS, menggunakan tikus menunjukkan peningkatan kecil pada tumor sel interstisial testis dan leukemia pada tikus jantan (WHO, 2009).
BPA memiliki karakteristik sedikit lipofilik dalam keadaan bebas. Tetapi setelah mengalami metabolisme di dalam hati, BPA diubah menjadi senyawa lebih hidrofilik. Saat berbentuk aktif, BPA beraktivitas seperti hormon estrogen sehingga jika masuk dalam tubuh BPA bisa meniru hormon estrogen. BPA dapat mengganggu sekresi, biosintesis, kerja, bahkan metabolisme alami suatu hormon. Cara utama BPA masuk ke dalam tubuh adalah tertelan melalui pangan. BPA berpindah ke dalam pangan melalu kemasan pangan tersebut.
Selain melalui oral, BPA dapat masuk kedalam tubuh melalui kontak dengan kulit. Udara dan debu dalam ruangan juga mengandung BPA tetapi dalam keadaan rendah. Namun tingkat paparan dari udara lebih rendah dibandingkan paparan melalui pangan.
SEBENARNYA APA ITU MIKROPLASTIK?
Menurut ahli lingkungan hidup dari Universitas Sebelas Maret, Prabang Setyono, mikroplastik adalah plastik dengan ukuran mikroskopis atau ukuran yang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang.
Ahli toksikologi dari Universitas Indonesia, Budiawan. Mengatakan bahwa partikel yang sama atau lebih kecil ukurannya dari sel manusia berpotensi menjadi bahaya, karena dapat diserap masuk ke dalam aliran darah. Bahkan dapat menyumbat sel darah merah dan menyebabkan sirkulasi aliran darah terganggu
Selain itu, akumulasi mikroplastik dalam tubuh dapat mengganggu kerja organ vital seperti ginjal dan hati. “Akumulasi terjadi kalau tubuh tidak mengeluarkan partikel asing secara alami lewat ekskresi,” kata Budiawan kepada Tempo
Tubuh sebenarnya mampu untuk dapat menguraikan zat-zat asing dan mengubahnya menjadi zat yang tidak berbahaya lagi untuk tubuh kita agar dapat disekresikan dan keluar melalui urin atau keringat. Namun untuk kasus mikroplastik ini berbeda. Plastik pada lingkungan tempat tinggal saja membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh tahun untuk dapat terurai. Bagaimana jika hal itu terakumulasi di tubuh manusia? Tentunya fungsi dari sel tubuh akan terganggu (Budiawan, 2018).
Menurut Dr Rita Ramayulis, DCN, Mkes, dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) mengatakan memang masih sedikit penelitian tentang mikroplastik, namun telah diketahui pada penelitian kepada satwa liar bahwa mikroplastik dapat melepaskan senyawa kimia berupa logam berat dan dikhawatirkan juga terdapat beberapa mikroorganisma patogen yang menempel pada mikroplastik.
Menurutnya 90 persen mikroplastik yang ditelan oleh manusia akan masuk melalui saluran cerna yang pada akhirnya akan dibuang melalui feses, namun jika terdapat mikroba yang bersifat patogen yang menempel pada mikroplastik dan masuk ke peredaran darah dapat menginfeksi tubuh. Jika mikroplastik tersebut mencapai ginjal dan hati. Semua zat kimia yang terakumulasi masuk ke dalam tubuh akan memberikan efek. Mulai dari keracunan, kerusakan jaringan hingga dapat menyebabkan kematian
Semakin kecil partikel mikroplastik, maka akan semakin mudah dan semakin banyak juga yang diserap oleh sel, menurut Tan Shot Yen seorang ahli nutrisi, penelitian menyeluruh tentang dampak mikroplastik bagi kesehatan manusia masih minim. Nemun menurutnya dampak terberat bagi perkembangan mikroplastik dalam tubuh adalah dapat mengganggu pertumbuhan dan reproduksi, jika mencetuskan radikal bebas, dan dapat menyebabkan kanker.
Sebenarnya, mengurangi penggunakan plastik sangat penting tidak hanya tentang tubuh kita melalui tentang alam dan lingkungan di sekitar kita. Seperti yang telah diketahui bahwa plastik sangat sulit untuk terurai. Dan dapat menyebabkan berbagai macam polusi salah satunya tanah dan udara.
Sumber :
American Chemistry Council. 2005. How Plastic are Made. Tersedia online https://plastics.americanchemistry.com/How-Plastics-Are-Made/. (accessed Mar. 17, 2018).
National Center for Biotechnology Information. Pubchem CID=6623, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Bisphenol_A#section=Top (accessed Mar. 17, 2018).
WHO. 2009. BISPHENOL A (BPA) – Current state of knowledge and future actions by WHO and FAO. Tersedia online http://www.who.int/foodsafety/publications/fs_management/No_05_Bisphenol_A_Nov09_en.pdf. [Diakses 17 maret 2018 pukul 11.03].
Klik untuk mengakses Bahaya-paparan-Bisphenol-A.pdf
https://investigasi.tempo.co/240/mikroplastik-dalam-botol-air-mineralmu
https://plastics.americanchemistry.com/How-Plastics-Are-Made/
https://sains.kompas.com/read/2018/03/16/210100323/mikroplastik-masuk-tubuh-ini-yang-bakal-terjadi-menurut-ahli
Klik untuk mengakses bahaya-plastik-kesehatan.pdf
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180315163628-255-283309/studi-air-minum-kemasan-terkontaminasi-mikroplastik
penulis : Garit de Nene Nada Bisturi dan Amilia Shafa