Majalah Farmasetika – Pebisnis, miliarder, dan Pemilik Klub Basket NBA Dallas Mavericks, Mark Cuban, memperluas bidang usahanya ke StartUp farmasi terkait penjualan obat murah dengan mendisrupsi sistem penentuan harga obat di Amerika Serikat melalui perusahaan Cost Plus.
Tak main-main, Cost Plus saat ini terasa manfaatnya hingga menekan harga obat generik hingga 200 kali lipat lebih murah, misalnya obat leukimia imatinib, dari harga retailer USD 9.657 /bulan menjadi USD 47 /bulan. Hal ini berhasil memangkas biaya yang salah satunya muncul dari oknum jahat.
Fenomena ini dikupas lengkap oleh youtuber Dr. Indrawan Nugroho. Bahkan kemungkinan apa yang terjadi di Indonesia pun dibahas.
Siapa itu Mark Cuban?
Mark Cuban (lahir bulan juli 31, 1958)[1] adalah seorang pengusaha Amerika dan investor. Dia adalah pemilik NBA’s Dallas Mavericks, Landmark Theatres, AudioNet, 2929 enterteinment, Magnolia Pictures, dan ketua dari HDTV kabel jaringan AXS TV. Ia juga seorang “hiu” investor di serial televisi, Shark Tank. Pada 2011, Cuban menulis sebuah e-book, Bagaimana untuk Menang di Bisnis Olahraga, dimana ia mengambil cerita tentang pengalaman hidupnya dalam bisnis dan olahraga.
Cuban populer sebagai pebisinis olahraga, tapi di tahun 2022, masuk ke bisnis Farmasi dengan mendirikan Costplus Drug Company yang bertujuan untuk mendisrupsi bisnis farmasi dengan prinsip harga obat murah dan pemerataan akses obatnya.
Cara industri farmasi di AS bekerja
Untuk menentukan harga sebuah obat sangat kompleks, banyak pihak yang terlibat, seperti Produsen obat, Distributor, Pengelola Keuntungan Farmasi (Pharmacy Bussines Manager/PBM), perusahaan asuransi, institusi Pemerintah.
Di AS, penentuan harga sangat ditentukan oleh PBM yang bernegosiasi dengan perusahaan asuransi untuk menentukan 3 tier/kelas harga dalam Formulary, harga termurah, medium, dan tertinggi pada jenis obat tertentu perusahaan asuransi memberikan subsidi harga.
Transparansi penentuan harga menyebabkan harga obat tak terkendali bisa berbeda tergantung perusahaan asuransi, hal ini menyebabkan kecurigaan publik. Riset yang dilakukan oleh lembaga indenpenden menyimpulkan bahwa harga obat didasarkan pada harga penerimaan di pasaran. Jadi ketika harga obat diserahkan ke mekanisme pasar, perusahaan farmasi mendapatkan keuntungan luar biasa. Selain itu, dalam kondisi tertentu pemerintah juga berperan dalam menentukan harga obat.
Inilah yang didisrupsi oleh Cost Plus, memotong rantai dari produsen obat langsung ke konsumen.
Strategi disrupsi Cost Plus
Cuban melihat kompleksnya penentuan harga obat di Industri Farmasi sebagai peluang.
“Ketika melihat industri farmasi begitu berbelit-belit dan kacau, saya melihat itu sebagai peluang besa” ujar Mark Cubain.
Cost Plus meniadakan peran perusahaan PBM, Perusahaan yang bernegoisiasi dengan perusahaan asuransi.
Cost Plus bernegosiasi dengan produsen obat dengan harga awal, lalu margin keuntungan sebesar 15%, dan menetapkan biaya apoteker 2 USD, dan pengiriman 5 USD.
Biaya marketing pun dihapus Cost Plus, dengan demikian harga obat dijual sangat murah dan signifikan.
Selain obat imatinib yang turun 200 kalinya, Mesalamin contohnya obat ulseratif dengan harga retailer USD 940/bulan menjadi USD 32/bulan.
Cost Plus melangkah lebih jauh berkolarasi dengan Truepill, perusahaan digital kesehatan dimana pasien bisa mengakses obat obat murah dimanapun dalam satu situs yang terintegrasi dengan layanan pengiriman obat ke seluruh negara bagian.
Hingga saat ini Cost Plus terus berkembang dan menjual 374 jenis obat, termasuk 10 obat generik yang sering digunakan, seperti obat diabetes, migrain, alergi, kanker, kolesterol, HIV, dan penyakit lainnya.
Di pertengahan 2023, Cubain menargetkan bisa menjual 2000 jenis obat, selain itu, berencana untuk integrasi vertikal sebagai produsen obat, distributor, dan PBM.
Alex Oshmyansky, CEO Cost Plus, menyatakan bahwa selama ini dalam penentuan harga adanya pihak-pihak jahat yang terlibat, oleh karenanya integrasi vertikal adalah jawaban yang tepat.
Dampak dari Cost Plus, kemudian diteliti dan telah dipublikasikan dalam jurnal Annals, seandainya perusahaan asuransi Medicare membeli obat dari Cost Plus sejak 2020, maka akan terjadi penghematan sebesar 3.6 miliar dolar.
Respon stakeholder farmasi
Dengan kondisi ini, Partai Demokrat berusaha membuat Undang-Undang baru tujuannya membuat masyarakat mendapatkan harga obat lebih murah dengan memunculkan Inflation Reduction Act. Dengan demikian, Medicare bisa bernegoisiasi agar harga lebih murah dan bisa menghemat biaya kesehatan individu USD 2000 setiap tahunnya.
Model bisnis ini sudah ada dengan perusahaan lain, namun, Cost Plus menjadi besar karena peran Mark Cuban yang populer sehingga lebih mudah ekpos dan marketingnya.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Di Indonesia ada 220 Industri Farmasi dimana 90% merupakan industri hilir, sisanya adalah perusahaan bahan baku.
Fakta membuktikan, harga obat mahal karena ditentukan oleh lebih dari 90% bahan baku impor.
Inilah yang harus dijadikan sebuah peluang untuk didisrupsi.
Selengkapnya