Download Majalah Farmasetika

Efek Samping Vaksin dan Peran BPOM dalam Memastikan Keamanannya

Farmasetika.com – Di seluruh dunia, lebih dari 2,5 juta kematian anak dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin begitu istimewa karena vaksin menjaga kesehatan seseorang, vaksin memiliki jangkauan yang luas, vaksin mempunyai dampak cepat, vaksin menyelamatkan jiwa, menghemat biaya perawatan dan pengobatan.

Vaksin merupakan program imunisasi rutin di tiap negara, dijamin aman dan efektif apabila diberikan dengan cara yang benar sesuai dengan SOP.

Apa itu vaksin?

Tujuan pemberian vaksin yaitu merangsang sistem kekebalan tubuh dalam melawan antigen, sehingga apabila antigen tersebut menginfeksi kembali, menghasilkan reaksi imunitas yang lebih kuat.

Vaksin mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan suatu penyakit, namun antigen yang ada pada vaksin sudah dilemahkan maka pemberian vaksin tidak menyebabkan orang menderita penyakit seperti jika orang tersebut terpapar dengan antigen yang sama secara alamiah. Imunisasi memicu respon sistem kekebalan tubuh dimana vaksin akan membentuk kekebalan dalam jangka panjang yang biasanya didapat secara alamiah setelah penyembuhan penyakit infeksi.

Efek Samping?

Walaupun demikian pemberian vaksin ke dalam tubuh manusia tidaklah seratus persen bebas dari risiko dan efek samping, kadang-kadang masih bisa terjadi setelah pemberian imunisasi. Hal itu dikenal sebagai KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Kejadian ikutan pasca imunisasi tak dapat dipungkiri.

Vaksin mengandung berbagai komponen untuk membuatnya efektif dan memberikan perlindungan kepada orang yang menerimanya. Namun komponen – komponen tersebut mempunyai potensi menimbulkan risiko terjadinya reaksi yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, adalah anak mengalami demam setelah diberikan vaksin difteri. Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP, dan lain-lain. Efek samping yang paling umum setelah vaksinasi adalah sakit, bengkak, atau kemerahan dimana suntikan diberikan, demam ringan, panas dingin, merasa lelah, sakit kepala, sakit otot dan sendi.

Baca :  Persiapan Izin Edar Darurat, BPOM Inspeksi Vaksin COVID-19 Sinovac Hingga Ke Tiongkok

Efek samping ini terjadi merupakan pertanda bahwa tubuh anda mulai membangun kekebalan (kekebalan) terhadap suatu penyakit. Efek samping vaksin dapat berbeda-beda pada setiap anak, tergantung dari sistem imunitas anak itu sendiri.

Peranan BPOM terkait Vaksin

Dalam hal ini, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) berperan penting untuk memastikan kualitas, keamanan, dan efektivitas vaksin dan produk farmasi lainnya dengan cara produk vaksin harus selalu di review secara terus mennerus, BPOM harus memantau dan menginvestigasi KIPI untuk memastikan keamanan vaksin, sebelum diedarkan vaksin harus dinilai dalam suatu uji klinis.

BPOM bertanggung jawab untuk menjamin bahwa setiap produk farmasi termasuk vaksin yang digunakan di suatu negara agar berkualitas baik, efektif dan aman sesuai dengan tujuannya. Pusat farmakovigilans mempunyai peran yang signifikan dalam surveilans efek samping obat pasca pemasaran. Beberapa fungsinya antara lain:

  1. Surveilans efek samping obat pasca pemberian lisensi
  2. Pengumpulan data KIPI menggunakan metodologi standar
  3. Analisis data
  4. Komunikasi teratur dengan BPOM untuk memutakhirkan profil keamanan (safety profiles)

Berikut adalah beberapa Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I):

  1. Bacillus tuberculosis, Vaksin BCG (Bacillus Calmete Guirine)
  2. Poliovirus Vaksin polio oral (diteteskan)/ OPV, vaksin polio in active (disuntikkan)/ IPV
  3. Corynebacterium diphteriae, (Difteri) Vaksin DT (difteri vaksin yang dikombiansikan dengan tetanus)
  4. Clostridium tetani, Vaksin TT (Tetanus Toksoid), DT (Difteri Tetanus), DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
  5. Pertusis, Vaksin pertusis ada dua macam yaitu wP dan aP (bebas dari sel)
  6. Campak (measles virus), vaksin campak
  7. Hepatitis B virus, Vaksin Hepatitis B
  8. Ritavirus, Vaksin Rotavirus
  9. Haemophilus influenza type B (Hib), Vaksin Hib conjugate
  10. Streptococcus pneumoniae (infeksi oleh penumococcus), Vaksin pneumonia
  11. Yellow fever virus, Vaksin Yellow Fever
Baca :  Kemenkes dan BPOM Ajak Masyarakat Hidup Sehat dan Cerdas Konsumsi Obat di HKN 2016

Reference:

World Health Organitation. 2013. Vaccine Safety Basics. Switzerland: WHO Press.

Gambar diambil dari pencarian google. (https://tirto.id/perang-argumen-anti-vaksin-dan-pro-vaksin-cqGb)

Share this:

About Susan Susanti

Fakultas Farmasi, Program Studi S1 Farmasi , Universitas Padjadjaran (2013-2017) Fakultas Farmasi, Program Studi Profesi Apoteker, Universitas Padjadjaran (2017-sekarang)

Check Also

fda

FDA Menyetujui mRNA-1345 untuk Perlindungan terhadap Penyakit Saluran Pernapasan Bawah yang Disebabkan oleh RSV

Majalah Farmasetika – Ini adalah persetujuan vaksin mRNA kedua dari Moderna dan vaksin mRNA pertama …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.