Farmasetika.com – Obat didefinisikan sebagai zat yang digunakan dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi penggunanya(1).
Namun, dalam kondisi tertentu ternyata obat juga dapat membahayakan penggunanya, misalnya pada pemakaian dengan dosis yang melebihi dari dosis yang dianjurkan atau dosis maksimal. Nah dalam kondisi ini obat yang seharusnya dapat menyembuhkan malah dapat menjadi racun yang mematikan.
Sejarah penemuan obat
Sejarah membuktikan pada penemuan obat pernah ditemukan dari sebuah tanaman yang dianggap racun bagi para peternak sapi. Pada tahun 1920-an di padang rumput Kanada dan Amerika Utara.
Ternak yang sehat tiba-tiba menjadi sekarat karena pendarahan internal dan tidak diketahui penyebabnya dengan jelas.
Pada saat itu para ternak sapi dan domba-domba itu hanya sedang memakan jerami semanggi manis (Melilotus alba dan Melilotus officinalis) dimana setelah para ternak memakan jerami tersebut terjadi perdarahan internal sehingga pada saat itu dikenal sebagai penyakit “Semanggi Manis”(2).
Penelitian turunan kumarin
Banyak penelitian yang dilakukan terhadap hal tersebut, Link dan rekannya memulai identifikasi dan isolasi senyawa aktif yang menjadi penyebab penyakit hemoragik. Pada tahun 1940, Link dan rekan menetapkan bahwa ada zat alami yang disebut kumarin dioksidasi dalam jerami semanggi manis menghasilkan 3,3ʹ-metilen-bis (4-hydroxycoumarin), yang dikenal sebagai dicoumarol. Pekerjaannya didanai oleh Wisconsin Yayasan Penelitian Alumni (WARF), yang dianugerahi penghargaan paten untuk dicoumarol pada tahun 1941.
Pada tahun 1945, Link mencoba menggunakan turunan kumarin sebagai bahan beracun untuk membasmi hama tikus. Link dan rekannya menemukan warfarin sebagai zat yang sangat manjur untuk membasmi hama tikus dan berhasil dipasarkan pada tahun 1948.(3)
Penelitian terapi warfarin
Pada tahun 1951 dilakukan penelitian untuk melihat dosis terapi warfarin sebagai antikoagolan disertai dengan penggunaan vitamin K.
Antikoagulan klinis sudah banyak tersedia saat ini, namun seperti heparin penggunaannya memerlukan penghantaran secara parenteral (injeksi) sedangkan pada dicoumarol onset terapi yang memiliki cukup lama untuk mencapai efek terapi.
Oleh karena itu, pada tahun 1954 warfarin dijadikan sebagai alternatif antikoagulan dengan nama dagang Coumadin.(4) Warfari makin popular pada tahun 1955, pada saat itu Presiden AS Dwight D. Eisenhower yang terserang infark miokard diberi resep warfarin sebagai terapinya. Meskipun pada saat itu warfarin digunakan secara luas, namun mekanismenya aksi warfarin belum diketahui, hingga pada tahun 1978 John W. Suttie dan rekannya melakukan penelitian dan menemukan bahwa warfarin bekerja mengganggu metabolisme vitamin K dengan menghambat enzim epoksida reduktase.(2)
Bioavailabilitas warfarin sangat baik, konsentrasi maksiumnya dalam darah dicapai dalam waktu 90 menit dan dengan cepat terakumulasi dalam hati. Warfarin terikat dengan protein plasma dalam jumlah yang besar yaitu 98,7%-99,9%.
Jika ada faktor yang mendesak ikatan protein plasma ini lepas dari tempat ikatannya sehingga kadar obat yang bebas meningkat, maka akan sangat mempengaruhi hasil dari terapi dan dapat menyebabkan toksik. Warfarin berinteraksi dengan makanan, alkohol, produk herbal dan obat lainnya.(5)
Meskipun sudah lama ditemukan, warfarin sampai saat ini masih digunakan sebagai antikoagulan lini pertama dalam berbagai terapi. Bahkan warfarin termasuk ke dalam obat-obatan esensial yang di banyak rumah sakit. Dari perjalanan penemuannya yang bermula dari sebuah racun, rodentisida dan berakhir pada antikoagulan klinis, kita bisa berasumsi bahwa segala sesuatu bisa bermanfaat bila sesuai dengan dosisnya pun bisa menjadi racun bila tidak sesuai takarannya.
Sumber :
- BPOM. Peduli obat dan Pangan Aman. 2015;
- Warfarin : from rat poison to clinical use. 1951;1945.
- Bioassay THE, Hemorrhagic OF, Rabbit OF, The IN. Hemorrhagic Sweet Clover. 1938;(9).
- Wardrop D, Keeling D. The story of the discovery of heparin and warfarin. 2008;(March):757–63.
- Fibrillation A. Perbandingan Dosis Warfarin terhadap Durasi Tercapainya Target INR pada Pasien CHF dengan Fibrilasi Atrial. 2016;2(May):162–70.