Majalah Farmasetika – Hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) adalah hormon polipeptida yang berperan dalam mengontrol sebagian proses fisiologis kompleks yaitu pertumbuhan dan proses metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Proses sekresi hormon ini diatur secara sentral oleh hormon hipotalamus, yaitu GHRH dan melalui proses umpan balik (Ratnayanti, 2012).
Kekurangan hormon pertumbuhan dapat dicurigai pada anak ketika anak mempunyai perawakan yang pendek, wajah yang belum matang, rambut tipis dan jarang, pertumbuhan kuku lambat, suara bernada tinggi, massa otot rendah, dan densitas kolesterol lipoprotein rendah (Bozzola and Meazza, 2016).
Pengobatan jangka panjang untuk gangguan pertumbuhan anak yang disebabkan oleh insufisiensi sekresi hormon pertumbuhan di Indonesia saat ini adalah somatropin. Somatropin adalah rhGH (recombinant human growth hormone) biosimilar yang identik dengan somatotropin yang diproduksi di kelenjar pituitari. Obat ini bekerja dengan merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan lunak melalui promosi pembelahan sel, penyerapan asam amino, dan sintesis protein. Di Indonesia, merek dagang somatropin yang dijual di pasaran diantaranya Genotropin 16 UI, Genotropin Combo, Genotropin Miniquick, Humatrope, Norditropin 12 IU, Norditropin Nordiflex, Norditropin Nordilet, Nordittropin Simplex, Nordittropin Simplex, Novell Eutropin, dan Saizen. Selain itu, somatropin dapat digunakan pada gangguan pertumbuhan anak yang disebabkan oleh
Di Indonesia, merek dagang somatropin yang dijual di pasaran diantaranya Genotropin 16 UI, Genotropin Combo, Genotropin Miniquick, Humatrope, Norditropin 12 IU, Norditropin Nordiflex, Norditropin Nordilet, Nordittropin Simplex, Nordittropin Simplex, Novell Eutropin, dan Saizen. Selain itu, somatropin dapat digunakan pada gangguan pertumbuhan anak yang disebabkan oleh Turner syndrome, insufisiensi ginjal kronik, born small for gestational-age, Prader-Willi syndrome, dan digunakan sebagai terapi sulih pada orang dewasa dengan defisiensi hormon pertumbuhan (PIONAS, 2015; Beck-Peccoz et.al., 2019).
Pada tanggal 25 Agustus 2021, FDA menyetujui obat Skytrofa sebagai pengobatan hormon pertumbuhan manusia mingguan untuk anak-anak berusia 1 tahun ke atas yang mempunyai BB min 11,5 kg dan memiliki masalah pada sekresi hormon pertumbuhan endogen (endogenous growth hormone) (RAPS, 2021). Skytrofa merupakan hormon pertumbuhan manusia pegilasi (somatropin) yang diinjeksikan secara subkutan selama sekali seminggu. Somatropin akan berikatan dengan reseptor GH di membran sel. Sel target menghasilkan transduksi sinyal intraseluler dan sejumlah efek farmakodinamik. Somatropin memiliki efek metabolisme jaringan langsung dan tidak langsung yang dimediasi oleh hormon pertumbuhan. Somatropin merangsang pertumbuhan tulang pada anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan (GHD) sebagai akibat dari epifisis tulang panjang (FDA, 2021). Efek samping yang kemungkinan muncul dari penggunakan skytrofa meliputi demam, batuk, mual dan muntah, perdarahan, diare, sakit perut, dan artralgia dan radang sendi (Ascendis Pharma, 2021).
Skytrofa merupakan hormon pertumbuhan manusia pegilasi (somatropin) yang diinjeksikan secara subkutan selama sekali seminggu. Somatropin akan berikatan dengan reseptor GH di membran sel. Sel target menghasilkan transduksi sinyal intraseluler dan sejumlah efek farmakodinamik. Somatropin memiliki efek metabolisme jaringan langsung dan tidak langsung yang dimediasi oleh hormon pertumbuhan. Somatropin merangsang pertumbuhan tulang pada anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan (GHD) sebagai akibat dari epifisis tulang panjang (FDA, 2021). Efek samping yang kemungkinan muncul dari penggunakan skytrofa meliputi demam, batuk, mual dan muntah, perdarahan, diare, sakit perut, dan artralgia dan radang sendi (Ascendis Pharma, 2021).
Studi klinis skytrofa dilakukan di bawah kondisi yang sangat bervariasi, oleh karena itu tingkat reaksi yang merugikan diamati dalam studi klinis obat tidak dapat secara langsung dibandingkan dengan tingkat di studi klinis obat lain dan mungkin tidak mencerminkan tingkat yang diamati dalam praktek klinis.
Skytrofa dilihat dalam 52 minggu, open-label, active-controlled trial pada 161 pasien pediatrik prapubertas yang naif pengobatan dengan defisiensi hormon pertumbuhan (GHD). Subyek berkisar usia 3,2-13,1 tahun dengan rata-rata 8,5 tahun. Sebanyak 132 orang (82%) dari subjek adalah laki-laki dan 29 orang (18%) adalah perempuan. Subjek dari penelitian ini berasal dari Asia sebanyak 1 orang, 3 orang kulit hitam atau Afrika-Amerika, 152 orang Kaukasia, dan 5 orang dikategorikan sebagai “lainnya.”
Lebih banyak pasien yang diobati dengan SKYTROFA bergeser dari tingkat dasar normal ke peningkatan fosfat dan tingkat alkaline phosphatase pada akhir percobaan dibandingkan dengan kelompok somatropin harian (44,2% vs 30,2% dan 19,2% vs 9,4%, masing-masing); perubahan laboratorium ini terjadi sebentar-sebentar (Ascendis Pharma, 2021).
Meskipun pengobatan dengan somatropin harian aman dan mampu memberikan potensi pada anak-anak untuk mencapai tinggi badan orang dewasa yang normal, namun hasil yang sesungguhnya belum sesuai harapan. Baik anak-anak dan pengasuhnya merasa frekuensi injeksi harian cukup membebani, yang mana hal ini menyebabkan tingkat ketidakpatuhan 5% sampai 82%. Pada tahun 2015, Growth Hormone Research Society mengakui perlunya hormon pertumbuhan kerja panjang atau long-acting growth hormone (LAGH) yang disetujui dengan mengurangi frekuensi injeksi dan menawarkan sifat farmakokinetik yang berbeda, dimana LAGH berpotensi meningkatkan kepatuhan dan hasil (Thornton et al., 2021).
Lonapegsomatropin adalah satu-satunya LAGH dalam perkembangan Fase 3 yang melepaskan somatropin dengan urutan asam amino 191 dan ukuran (22 kDa) yang identik dengan GH endogen dan terapi somatropin harian. Dengan demikian, lonapegsomatropin dapat dirancang untuk mempertahankan cara kerja, distribusi, dan sinyal intraseluler yang sama. Waktu paruh somatropin yang dilepaskan dari lonapegsomatropin adalah sekitar 25 jam, seperti yang ditetapkan dalam uji klinis Fase 1, memungkinkan interval pemberian dosis sekali seminggu (Thornton et al., 2021).
Skytrofa adalah pengobatan pertama untuk anak-anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan dengan dosis pemakaian seminggu sekali. Skytrofa mengandung lonapegsomatropin-tcgd, yang merupakan prodrug somatropin kerja panjang yang melepaskan somatropin yang sama yang digunakan dalam terapi hormon pertumbuhan manusia sehari-hari sebelumnya. FDA menyetujui penggunaan skytrofa sebagai terapi defisiensi hormon pertumbuhan berdasarkan hasil dari The Phase 3 heiGHt Trial yang mengevaluasi efikasi, keamanan dan tolerabilitas dari lonapegsomatropin sekali dalam seminggu dibandingkan dengan somatropin (Genotropin) sekali sehari. Sebagai perbandingan, skytrofa menunjukkan annualized height velocity (AHV) yang lebih tinggi pada minggu ke-52, dengan keamanan dan tolerabilitas yang serupa (Drugs.com, 2021; Thornton et al., 2021).
Pada hasil dari pengujian, ditemukan bahwa lonapegsomatropin sekali dalam seminggu lebih baik dibandingkan dengan somatotropin dosis harian. Pengujian ini dilakukan dengan mempertahankan kemajuan usia tulang, profil AE, dan imunogenisitas sehingga dapat menjadi salah satu pilihan terapi penting untuk anak-anak yang mengalami GDH. Hal ini menjawab tantangan mendasar dari terapi yang penggunaan yang jarang, keamanan yang baik, manjur, dan tolerabilitas. Hasil pada penyuntikan lonapegsomatropin diketahui tidak terkait dengan peningkatan AE, imunogenitas, komplikasi metabolik atau reaksi tempat suntikan dibandingkan somatotropin harian (Thornton et al., 2021).
Penggunaan Skytrofa yaitu satu kali dalam seminggu dengan dosis yang disesuaikan pada berat badan pasien. Desain obat dari Skytrofa yaitu auto-injector dengan didiamkan 15 menit dari lemari pendingin sebelum digunakan. Skytrofa dalam penggunaannya harus memperhatikan pasien diabetes karena dapat menyebabkan intoleransi insulin. Efek samping yang dapat muncul umumnya di saluran pencernaan (Drugs.com, 2021).